Mohon tunggu...
Mukhamad Kurniawan
Mukhamad Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh -

Buruh. Seluruh tulisan mewakili diri. Mari menyalakan lilin. Bukan mengutuk kegelapan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kawan Seperjalanan...

19 Juli 2015   07:06 Diperbarui: 19 Juli 2015   10:00 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima tahun kemudian, keinginan itu terwujud. Pada Agustus 2012, rekening utama saya mendapat ”limpahan” dari rekening tapenas yang saldonya telah terakumulasi sekitar Rp 33 juta. Ada perasaan yang tak biasa ketika 60 bulan menabung tanpa bisa mengambilnya, lalu tiba-tiba dananya yang terakumulasi dialirkan ke rekening.

Seketika itu pula, saya memutuskan untuk melanjutkan program mendisiplinkan diri menabung dengan membuka rekening tapenas baru. Kali ini saya ambil tiga tahun. Harapannya, saya bisa menikmatinya di Agustus 2015.

Cerita tentang BNI adalah cerita tentang keluarga besar saya. Adik, bapak, serta istri adalah pemilik rekening BNI. Hubungan ini sangat membantu dalam hubungan sehari-hari. Transfer uang pun jadi mudah. Beberapa tahun terakhir semakin mudah dengan sms dan internet banking.

[caption caption="Kartu ATM anak dengan latar foto sendiri"]

[/caption]

Tahun 2014, Mika, anak pertama yang kini berumur enam tahun, kami tulari virus BNI. Ketika itu, ada lebih dari Rp 800.000 uang tabungannya selesai disimpan oleh pengelola TK (taman kanak-kanak), tempat Mika bersekolah. Kami pikir, ketimbang repot menyimpannya di rumah, lebih baik mengajarkannya menabung di bank.

Rupanya tak susah menjelaskan bagaimana menyimpan dan mengambil uang di bank. Kami ajak dia ke BNI terdekat rumah untuk membuka rekening. Beruntung, ada program tabungan untuk anak, dengan desain kartu ATM yang bisa didesain dengan latar belakang foto anak.

Sepekan kemudian, kartu ATM khusus dengan latar foto Mika telah rampung. Kami menerimanya dan syukur Mika menyukainya! Sejak itu, setelah mengumpulkan sisa uang saku sekolah beberapa pekan, Mika selalu mengajak untuk menyetorkan dan memasukkan ke rekening pribadinya.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun