Mohon tunggu...
Muka Lusuh
Muka Lusuh Mohon Tunggu... -

Coretan tentang kisah perjalanan mencari arti hidup https://mukalusuh.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Ciremai, Perjalanan Menaklukkan Diri

22 November 2017   20:22 Diperbarui: 22 November 2017   20:54 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan kembali berlanjut. Puncak Ciremai sudah sangat dekat. Pucuknya dapat terlihat dari Pos Pangasinan. Nusa sangat yakin dapat menggapai puncak tersebut. Tinggal sedikit lagi, mimpinya untuk mendaki hingga ke puncak dapat terwujud. Namun walaupun tinggal sedikit lagi, perjalanan justru semakin berat. 

Medan semakin menanjak. Jalur tanah mulai berganti menjadi bebatuan sedimen. Udara yang sebelumnya sangat dingin berubah drastis menjadi panas. Bahkan oksigen pun semakin menipis, membuat nafasnya tidak teratur. Meski begitu dia tetap berjuang, dia tak akan menyerah untuk mimpinya.

edelweiss gunung ciremai
edelweiss gunung ciremai
Beruntung, selepas Pos Pangasinan merupakan habitat dari pohon edelweis. Konon, bunganya tidak akan layu meski di petik. Si bunga abadi. Bunga itu menjadi penyemangat Nusa. Melihat keberadaan bunga edelweis membuatnya sumringah. Tak ayal, perlu perjuangan besar untuk bisa melihat secara langsung edelweiss yang cuma ada di ketinggian gunung. Sepanjang perjalanan ke puncak, pohon edelweiss mendominasi di sisi kanan dan kiri jalur pendakian. Namun sebagian besar bunganya belum mekar.

samudra awan
samudra awan
Sekitar jam tujuh pagi, Nusa untuk pertama kali menginjakkan kakinya di Puncak Gunung Ciremai. Gunung yang selama ini hanya bisa dia pandangi dari belakang rumah selama 17 tahun, akhirnya dapat dia daki hingga ke pucuknya. Perasaanya campur aduk antara kesal, bahagia, lega hingga haru. Rasa lelahnya seketika lenyap. Dia sangat bersyukur. Perjuangannya tidak sia-sia, karena kini impiannya telah terwujud.

kawah gunung ciremai
kawah gunung ciremai
Nusa mengambil posisi duduk di bibir kawah. Sejenak dia terdiam memandangi Kawah Ciremai. Kemudian dia mengalihkan pandangan ke arah timur. Didapatinya samudra awan yang berada di bawahnya bak kapas raksasa. Lebih rendah lagi nampak rumah-rumah yang terlihat sangat kecil. Sembari mengagumi Maha Karya Tuhan yang luar biasa indah, dia menyadari bahwa manusia betapa kecil dibandingkan dengan gunung, apalagi dimata Tuhan. Maka apa yang dapat disombongkan dari seorang manusia?

Nusa sering mendengar pendaki yang katanya telah menaklukkan gunung ketika pendaki tersebut berhasil mencapai puncaknya. Namun bagi Nusa itu sebuah pernyataan yang terkesan angkuh dari seorang manusia. Setelah tahu bagaimana rasanya perjuangan untuk dapat menginjakkan kaki di puncak gunung, dia menyadari bahwa bukanlah gunung yang dia taklukkan, melainkan dirinya sendiri.

"It's not the mountain we conquer, but ourselves." ~ Edmund Hillary

Keesokan harinya Nusa berbaring di kursi sembari menonton televisi. Dia tertawa mengingat dirinya yang putus asa ketika mendaki. Dia sempat berpikir bahwa pendakian kemarin akan menjadi satu-satunya yang akan dia lakukan. Namun setelah turun gunung, dengan percaya diri dia bertekad bahwa pendakian Gunung Ciremai ini hanyalah permulaan dari gunung-gunung lainnya yang akan dia daki.

Terima kasih untuk seluruh kawan-kawan sependakian, khususnya untuk Awan yang tetap setia menyemangati di kala mental jatuh dan fisik telah mencapai batas.

photo2757-5a15796ffcf681393d3c6342.jpg
photo2757-5a15796ffcf681393d3c6342.jpg
photo2815-5a15798fc81c636e8f72c012.jpg
photo2815-5a15798fc81c636e8f72c012.jpg
photo2824-5a15799ac81c636e47458802.jpg
photo2824-5a15799ac81c636e47458802.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun