Mohon tunggu...
Muka Lusuh
Muka Lusuh Mohon Tunggu... -

Coretan tentang kisah perjalanan mencari arti hidup https://mukalusuh.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Ciremai, Perjalanan Menaklukkan Diri

22 November 2017   20:22 Diperbarui: 22 November 2017   20:54 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sangga buana gunung ciremai (Dokumentasi Pribadi)

Setelah beberapa menit istirahat. 10 pemuda itu kembali melanjutkan perjalanan. Nusa kali ini tidak berjalan di belakang. Dia berada di tengah rombongan. Tak mau dia tertinggal lagi di belakang. Dan yang paling penting, dia tidak lagi nyeker. Sudah cukup penderitaan yang dia rasakan setelah berjam-jam mendaki tanpa alas kaki. Sebuah pengalaman yang tidak ingin terulang.

Tidak banyak orang mendaki. Sepanjang perjalanan hanya ada satu rombongan pendaki lain yang mereka temui. Padahal mereka mendaki di bulan Juni, waktu yang bagus untuk mendaki karena telah memasuki musim kemarau. Namun kegiatan mendaki gunung memang belum terlalu hype saat mereka mendaki.

Sekitar pukul satu dini hari mereka tiba di Pos Sangga Buana 1. Nusa langsung menyeduh pop mie menggunakan air panas pada termos mininya. Awan dan Arya sibuk menggelar tenda. Henry dan Iqal sedang mengenakan pakaian hangatnya. Sedangkan Rio dan antek-anteknya memasak air menggunakan kompor paravin dan nesting yang dibawa Nusa.

sangga buana gunung ciremai (Dokumentasi Pribadi)
sangga buana gunung ciremai (Dokumentasi Pribadi)
Sebenarnya bukan hanya Nusa yang tidak matang mempersiapkan kebutuhan pendakian. Baik perlengkapan individual maupun team, sebagian besar tidak menggunakan perlengkapan khusus untuk mendaki. Misalnya sepatu. Bukan cuma Nusa yang memakai sepatu casual. Arya, Henry, Rio dan antek-anteknya juga memakai sepatu yang biasa dipakai untuk pergi ke sekolah. 

Sementara Awan dan Iqal memakai sepatu futsal. Lalu sleeping bag. Dari sepuluh orang yang mendaki, hanya Nusa seorang yang membawa selimut kepompong itu. Yang lainnya malah hanya membawa sarung.

Logistik team lebih parah lagi. Tenda sebagai barang yang wajib dan vital dalam pendakian gunung, mereka hanya membawa 1 milik Awan. Itu pun tenda kapasitas 2 person yang dipaksa dimasuki oleh 5 orang. Awan, Arya, Henry dan Iqal yang mendapat seat. Henry dihitung 2. Sedangkan Nusa, Rio dan antek-anteknya terpaksa harus tidur beralaskan matras, berselimutkan sleeping bag/sarung dan beratapkan langit berbintang. Semoga mereka tidak hypothermia.

Di ketinggian yang hampir menyentuh angka 3000 mdpl, Nusa mencoba tidur dalam kondisi yang sangat tidak nyaman. Tekstur tanah yang tidak rata membuat punggungnya sakit sehingga sering bergonta-ganti posisi. Terpaan angin gunung secara langsung tanpa perlindungan tenda lama-kelamaan membuat suhu tubuhnya menurun. Dia mengakalinya dengan tidur berdempet-dempetan dengan Rio dan antek-anteknya untuk menjaga suhu tubuh supaya tetap hangat.

Nusa mulai memejamkan mata dan mencoba tidur. Rasa lelah setelah mendaki membuatnya dapat tertidur. Namun tetap tak dapat mengusir rasa dingin udara di Pos Sangga Buana 1. Angin gunung terus-menerus menerpa tanpa ampun.

Pukul empat pagi, Nusa terbangun oleh rasa dingin yang luar biasa. Tubuhnya mengigil hingga giginya bergemeletuk. Begitu juga dengan Henry, Iqal dan Awan yang tidur di dalam tenda. Bahkan Arya yang paling kebal, tak kuasa menahan udara dingin di Sangga Buana 1. Sampai-sampai dia menghangatkan diri dengan membakar tablet paravin.

Air mineral yang disimpan pada botol berubah menjadi air kulkas saking dinginnya udara di sana. Roti pun menjadi keras ketika Rio menggigitnya. Seperti telah disimpan berhari-hari di dalam freezer. Bahkan rambut menjadi sangat kaku saat Nusa mencoba menyisir rambut ikalnya. Beku!

Mereka berangkat untuk summit attack meninggalkan Arya yang katanya akan menyusul. Begitu pula dengan Henry dan Iqal yang masih leyeh-leyeh di tenda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun