Mohon tunggu...
Muka Lusuh
Muka Lusuh Mohon Tunggu... -

Coretan tentang kisah perjalanan mencari arti hidup https://mukalusuh.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Ciremai, Perjalanan Menaklukkan Diri

22 November 2017   20:22 Diperbarui: 22 November 2017   20:54 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sunrise gunung ciremai (Dokumentasi Pribadi)

"Nanti aja kalo nemu tanah yang datar. Jangan pas tanjakan gini atuh. Banyak break mah malah tambah lama entar," protes Awan karena Nusa terlalu sering minta break.

"Sumuhun, Akang."

Semakin lama mereka berdua semakin tertinggal di belakang. Awan mau tidak mau harus menemani Nusa. Sebagai seorang leader, dia memiliki rasa tanggung jawab atas keselamatan anggota pendakiannya. Terlebih, dia yang telah mengajak Nusa supaya ikut mendaki. Sebagai sahabat dekatnya, dia tidak bisa begitu saja membiarkan sohibnya terpuruk.

Pikiran Nusa semakin tidak fokus. Fisiknya seolah memberi tanda bahwa sudah mencapai batasnya. Melanjutkan perjalanan terasa begitu berat. Kembali turun pun bukan solusi yang bagus. Mengingat mereka sudah setengah jalan dan hari sudah larut malam. Keluhan demi keluhan terus dia ekspresikan baik secara lisan maupun sikap. Akan tetapi sesering apapun dia mengeluh, Awan tetap setia menyemangatinya. Seolah ingin menjaga mental sahabatnya supaya tidak jatuh.

Ketika tiba di Pos Batu Lingga, semangat Nusa yang telah memudar mulai kembali. Setelah beberapa lama tertinggal, dia dan Awan akhirnya dapat menyusul teman-temannya. Dengan napas memburu, dia merebahkan badan di tanah. "Ada yang bawa sendal nggak? Sepatuku jebol euy." Itu kata pertama yang keluar dari mulutnya saat bertemu teman-temannya. Wajar, dia cukup menderita setelah beberapa lama mendaki tanpa alas kaki.

"Ada. Pake punyaku aja nih." Rio menawari sambil merogoh sandal di dalam ranselnya.

"Kenapa bisa jebol gitu, Kang?" tanya Iqal heran.

"Nggak tau. Udah waktunya masuk museum paling. Kampret emang." jawab Nusa kesal sambil mengubah posisinya dengan bersender di pohon.

"Dari tadi kamu nyeker atuh, Sa?" susul Arya ikut bertanya.

"Heu-euh." timpal Nusa singkat sembari meminum air gula yang ditawari oleh anteknya Rio.

"Gelo euy. Nggak kebayang. Kalo aku mah udah minta gendong ke Pak Kuwu." seloroh Henry sambil melirik Awan. Awan hanya tertawa mendengarnya. Pak Kuwu adalah panggilan anak-anak sispala ke Awan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun