KOMPETENSI KUNCI
Dalam teori pembelajaran ada tiga aspek (ranah) menurut Taksonomi Bloom yang menjadi pusat perhatian pembelajaran, yaitu : Ranah Kognitif, Ranah Afektiv, dan Ranah Psikomotorik. Ketiga ranah kompetensi ini sampai sekarang merupakan dasar bagi pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah ataupun jenis-jenis pendidikan lainnya. Dan ketiga ranah ini juga menjadi pusat perhatian banyak ahli pendidikan untuk mempelajari dan mengembangkannya. Sehingga tidak dapat dipungkiri taksonomi Bloom ini menjadi dasar bagi pengembangan pendidikan.
· Ranah Kognitif berhubungan dengan mental skills (knowledge) yang sifatnya menonjolkan kemampuan berfikir dan mengembangkan kemampuan intelektual. Didalamnya termasuk cara berfikir procedural, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah
· Ranah Afektiv , berhubungan dengan tingkat emosional, dan rasa dari individu pembelajar. Didalamnya akan dikemas perasaan, cara mengapresiasi objek atau situasi, motivasi, sikap dan antusiasme.
· Ranah Psikomotorik, berhubungan dengan kemampuan fisik individu pembelajar, yang didalamnya dinyatakan tentang physical movement (gerakan fisik), koordinasi fisik (gerakan tubuh). Pengembangan dari keahlian ini dilakukan dengan praktek, diantaranya akan mengukur kecepatan, kepresisian, prosedur, teknik penyelesaian.
Dalam perkembangannya taksonomi Bloom ini selalu dilengkapi dengan konsep-konsep lain yang mendukung sehingga proses pembelajaran selalu berkembang dengan metode-metode pendukung dan ide-ide baru. Salah satunya ialah konsep “Schlüsselkompetenzen“ (Kompetensi Kunci). Kompetensi kunci ini banyak dikembangkan di negara maju khususnya Jerman. Sebagai salah satu konsep yang pernah dialami oleh penulis sewaktu mengikuti pelatihan selama satu tahun di Negara Jerman (2010-2011).
Mengapa ini dikembangkan? Konsep ini dimaksudkan sebagai jawaban untuk menghasilkan lulusan ataupun peserta diklat/seminar yang mempunyai kemampuan disamping kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk dapat beradaptasi ataupun mengimplikasikan tiga kemampuan menurut Bloom. Ada banyak kasus dimana peserta didik/peserta diklat memiliki kemampuan atau kecerdasan dalam kognitif, afektif dan psikomotorik yang unggul, akan tetapi kenyataannya banyak diantaranya gagal dalam melakukan pekerjaan, ataupun kesulitan untuk mencari lapangan kerja dan atau bahkan menciptakannya. Dengan kata lain konsep ini adalah suatu konsep yang datang dari tantangan dunia kerja terhadap dunia pendidikan / lembaga diklat.
Apa saja komponen Kompetensi Kunci tersebut ?
Kompetensi kunci mempunyai banyak ragam sesuai dengan disiplin, bidang ilmu dan atau kebutuhan kerja yang mendasarinya. Kompetensi ini diberikan layaknya sebagai suplemen wajib yang terintegarasi kedalam proses pembelajaran. Dapat juga diintegrasikan kedalam rangka kurikulum sebuah pendidikan atau pelatihan. Berdasarkan pengalaman yang diikuti penulis mengikuti pelatihan di Internationales Institut für Berufsbildung (IfB) Mannheim (http://www.ifb-ma.de ) Jerman (suatu lembaga pelatihan vokasi dibidang Teknik Otomotif, Mekanik, dan Didaktik-Pedagogik) yang dikhususkan sebagai kerjasama internasional. Sehingga peserta pelatihan dapat berasal dari berbagai negara, terutama dari Asia, Afrika dan Amerika Selatan.Kompetensi kunci yang menjadi bahan dialog disana merupakan kompetensi kunci yang dianggap sesuai dengan pendidikan kejuruan (Berufsbildung / Vocational).
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Diagram Tuntutan Dunia Kerja
Berdasarkan diagram diatas dapat diuraikan bahwa lembaga pendidikan di Jerman baik itu formal atau lembaga-lembaga pelatihan (Ausbildung/ Weiterbildung) telah mengintegrasikan keinginan dunia kerja kedalam proses pembelajaran / pelatihan mereka. Dan yang menarik bahwa dunia pendidikan dan dunia industri adalah dua sisi yang saling melengkapi. Sehingga banyak metode belajar, Pedagogi, berasal dari dunia industri dan diterapkan di dunia pendidikan. Hal ini terjadi karena memang banyak dunia Industri itu sendiri sangat respon dengan dunia pendidikan, sehingga tidak heran kalau banyak dunia industri mempunyai lembaga diklat sendiri. Sehingga melalui lembaga diklat ini mereka juga mendesain metode-metode belajar bahkan kepada Pedagogi berbasis dunia kerja (Berufspedagogi). Tidak heran jika banyak konsep-konsep pembelajaran diadopsi dari pengembangan yang dilakukan pihak industri. Alasannya adalah bahwa industri akan maju jikalau lulusan dari sekolah, atau lembaga pendidikan adaptif dengan tuntutan dunia kerja. Sinergitas antara dunia pendidikan dan dunia industri merupakan kekuatan besar dalam menggerakkan perekonomian dengan memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memberdayakan Sumberdaya manusianya.Â
Melalui sinergitas inilah maka Kompetensi Kunci sebagai pelengkap daripada Kemampuan Kognisi, Afektif dan Psikomotorik dikembangkan. Melihat diagram tuntutan dunia kerja diatas jelas bahwa tidaklah cukup lulusan dunia pendidikan itu hanya memiliki tingkat kognisi yang baik dan memiliki rasa dan emosional yang bagus pada ranah afektifnya serta memiliki keterampilan psikomotorik yang cekatan dan presisi, namun ada hal lain yang dibutuhkan agar siap mengembangkan diri untuk berpartisipasi dalam dunia kerja. Jika dianalogikan bahwa tiga aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik merupakan aspek yang harus digali dan dikembangkan melalui metode pendidikan, baik itu belajar, pelatihan dan lain sebagainya. Ketiga aspek ini cenderung memiliki parameter tersendiri yang dapat dan harus dinilai untuk melihat perkembangannya. Akan halnya ketiga aspek tersebut diatas komponen Kompetensi Kunci juga dapat digali dan dikembangkan melalui belajar, hanya penilaian terhadap Kompetensi Kunci ini berbeda dengan ketiga aspeklah diatas. Kompetensi Kunci dikatakan berhasil jika telah  berhasil menjembatani ketiga kemampuan diatas untuk dapat diaplikasikan kepada keadaan riil pada dunia kerja. Sehingga dapat dinyatakan kompetensi kunci inilah sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengaplikasikan kemampuan / kecerdasan yang diperoleh dari pendidikan, baik itu kemampuan ilmu pengetahuan, kemampuan emosional dan kemampun psikomotorik agar lebih berguna dan semakin berkembang.
Mungkinkah seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual, afektif dan keterampilan (skill) yang tinggi akan gagal di masyarakat atau secara spesifik dunia kerja. Hal ini sangat banyak terjadi. Karena dunia kerja merupakan arena riil yang didalamnya akan berkaitan dengan berbagai aspek, baik itu sosial berupa hubungan masyarakat, hubungan kerja dan lainnya.Â
Kompetensi Kunci seperti diagram diatas terdiri atas beberapa kemampuan yang diharapkan dapat menjadi jembatan bagi tiga komponen kecerdasan yang ada, yaitu :
1. Metode Belajar dan Kerja, kemampuan ini dimaksudkan adalah bahwa dalam pembelajaran dan pengembangan diri sendiri perlu diajarkan kepada peserta agar mereka juga memiliki metode ataupun konsep belajar. Yang dijumpai selama ini adalah metode belajar itu seringnya hanya menjadi konsumsi daripada tenaga pengajar atau guru. Namun sebaiknya peserta didik juga harus mengetahui bagaimana cara belajar yang benar sehingga mereka juga dapat mengarahkan cara belajarnya dengan baik. Jika selama ini yang terjadi adalah peserta didik/pelatihan diarahkan sesuai dengan kemauan tenaga pengajar tanpa jelas tahu, apa dan bagaimana sebenarnya proses dan tujuan belajar tersebut. Mari kita lihat diagram dibawah ini :Â
Â
Metode kerja, kemampuan ini dimaksud agar mampu menganalisa sistem kerja pada dunia industri ataupun dimasyarakat sehingga dapat mengkoneksikan kemampuan-kemampuan yang ada berdasarkan hasil proses belajar. Berikut gambarnya :
Â
Â
Keterangan gambar diatas menyatakan tuntutan bagi penyiapan lulusan pendidikan untuk siap menghadapi dunia kerja. Ada yang mengatakan bahwa ini lebih cenderung kepada pendidikan kejuruan. Jawabnya adalah ya dan benar, akan tetapi  bukan menjadi dikotomi dengan pendidikan umum. Karena muara dari seluruh proses pembelajaran adalah dunia riil pada masyarakat secara spesifik dunia kerja atau dunia industri. Sehingga peserta didik perlu mengetahui bagaimana sebenarnya jenis-jenis pekerjaan itu dan apa tuntutannya.Â
2. Kemandirian, inisiatif, kemampuan ini perlu ditumbuhkan kepada peserta didik agar tidak selalu tergantung kepada lembaga pengajar saja, ataupun sistem pendidikan monoton. Perlunya sikap mandiri yang menghasilkan pribadi tangguh dengan berbagai macam ide untuk menolong dirinya agar tidak selalu tergantug kepada orang lain. Kemandirian ini penting karena akan berkaitan dengan pengambilan keputusan. Dalam dunia kerja sangat diharapkan pekerja-pekerja yang mandiri. Sekalipun hal ini tidak berarti meniadakan kerjasama.Â
3. Komunikasi, dalam berbagai bahasan, topik komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Bayangkan jika seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, itu berarti , banyak hal yang tidak dapat diraihnya. Karena kesempatan , pekerjaan, ilmu pengetahuan, tidak datang menghampiri seseorang begitu saja. Sehingga komunikasi yang baik akan memberikan hasil yang baik pula. Diagram berikut memberikan gambaran bagi proses komunikasi yang baik.
Â
Â
Â
6.  Tanggungjawab, kemampuan ini juga perlu ditumbuhkan pada sikap setiap peserta didik/latih. Karena dalam dunia kerja hasilnya adalah produk, dimana kualitas merupakan ukuran keberhasilan produk. Kualitas itu sendiri harus melalui proses yang harus dijalankan. Oleh karenanya sepanjang proses maka perlu ada tanggungjawab yang tinggi dari semua pihak. Tanggungjawab itu sendiri akan dituntut di banyak sisi. Disetiap waktu, tempat, peristiwa maka disana ada sesuatu yang harus ditanggungjawabi. Berikut gambaran kemampuan tanggungjawab, seperti diagram berikut :
Penutup :
Sepertinya tidak berlebihan jika kompetensi kunci seperti yang diuraikan diatas perlu diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Kompetensi Kunci diatas memang dipandang dari sudut pendidikan kejuruan, akan tetapi dianggap hal tersebut juga merupakan kemampuan-kemampuan umum yang dibutuhkan dalam masyarakat riil, khususnya dunia kerja/industri. Jika di negara Jerman bahasan tersebut merupakan hasil dari sinergitas antara dunia industri dan dunia pendidikan, maka perlu kiranya juga hal tersebut menjadi contoh bagi pendidikan Indonesia. Keterlibatan dunia industri untuk mengembangkan pendidikan, baik itu melalui konsep-konsep, alih ilmu pengetahuan, keterampilan. Sehingga lulusan dunia pendidikan akan adaptif dengan kebutuhan dunia kerja.Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H