Mohon tunggu...
Mujizat U
Mujizat U Mohon Tunggu... Wira Swasta Berdikari -

Pemerhati Aktip Sekitar Yang Berusaha Obyektip Dan Gemar Serta Sudi Belajar Dari Massa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Raksasa Ganas Jepang Telah Menggeliat Bangun dari Tidurnya

6 Juni 2018   01:58 Diperbarui: 7 Juni 2018   16:08 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana diketahui, telah terjadi perubahan yang ekstrim dari situasi keamanan di Asia Timur. Di mana Jepang merasakan tekanan dari negara tetangganya yakni Korea Utara yang gencar melaksanakan uji missil yang telah berkali-kali jatuh ke wilayah perairan Jepang.

Di tambah lagi dengan berbagai uji coba bom nuklir yang berkali-kali di lakukan oleh Korea utara, yang saat ini di yakini bahwa kemampuan Korea Utara, di sinyalir telah mampu membuat dan "memiliki senjata nuklir" yang bisa di "pasang di hulu ledak missilnya", menjadikan ancaman nyata bahaya bom nuklir dari Korea Utara bukan hanya fiksi, membuat Jepang makin ketakutan. 

Di sisi lain nampak ambisi militer Tiongkok di laut Cina timur dan di laut Cina selatan telah nyata nampak dengan munculnya "kekuatan militer Tiongkok yang sudah luar biasa besar dan canggih", membuat Jepang ketar ketir khawatir akan "agresi Tiongkok ke wilayah perbatasannya".

Kekhawatiran Jepang diperkuat dengan sikap Tiongkok yang telah mengklaim secara sepihak "hampir semua laut China Selatan" menjadi wilayahnya, dan menerapkan area udara pertahanan di atas wilayah itu.

Diketahui pula Jepang memiliki sengketa wilayah dengan Tiongkok di pulau Sengkaku, sengketa wilayah dengan Korea Selatan di Pulau Dokdo, dan sengketa wilayah Etorufu (bagian luar Hokkaido) dengan Rusia. Situasi dan kondisi ini memaksa Jepang untuk melengkapi dirinya dengan angkatan perang dan alat perang yang canggih.

Jepang menunjukkan sikap yang sigap dengan meningkatkan kapabilitas militernya untuk menjadi lebih siaga dalam menghadapi tingkat ancaman yang meningkat yang dekat di halaman wilayahnya. 

Hal itu terkoreksi di mana Jepang di masa pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, melakukan Amandemen Konstitusinya. Khususnya "amandemen Undang-undang keamanannya". Dan pada tanggal 29 Maret 2016, amandemen konstitusi itu "telah di sahkan".

Dewasa ini militer Jepang sudah tidak lagi berkonsep militer "hanya untuk beladiri" bila di invasi dari luar, tapi sudah diperbolehkan untuk "siap ekspansi ke luar negeri" bila di perlukan.

Perubahan ini akan berlaku di tahun 2020 (dua tahun dari saat ini), dimana Jepang "berhak" untuk melengkapi dirinya dengan "angkatan perang" dan "segala perangkat perangnya" untuk tujuan menjaga diri dari berbagai ancaman.

Jepang telah sigap berbenah dan memulai membangun "industri peralatan senjata tempurnya". Dan untuk pertamakalinya "setelah Perang Dunia II", Jepang mengizinkan militernya boleh "beroperasi ke luar negeri".

Dewasa ini Jepang telah membeli senjata misil yang ditujukan untuk menangkal ancaman misil Korea Utara yang senilai 133 juta US Dolar atau setara dengan 1.8 triliun rupiah, atas restu dan dukungan dari Amerika Serikat dibawah pemerintahan Donald Trump.

Anggaran militer petahanan Jepang sendiri tidak main-main, di tahun 2018, mereka menganggarkan 637 trilliun, yang di proyeksikan akan melonjak drastis di tahun 2020 mendatang. Dengan kekuatan militer baru Jepang, diprediksi akan membawa suasana baru pula di kawasan asia pasifik.

Sebagaimana di ketahui, Jepang adalah salah satu negara industri terkemuka di dunia. Di yakini, Jepang akan mampu "membangun industri perangnnya" yang canggih "dengan segera".

Suka tidak suka, mau tidak mau, akan muncul lah kekuatan angkatan perang Jepang yang di proyeksikan menjadi super canggih, yang akan membuat negara-negara yang di perang dunia ke 2  menjadi korban keganasan Jepang, menjadi khawatir mengingat angresi perangnya dimasa lalu. 

Dan dewasa ini, sang raksaksa buas dan ganas telah menggeliat dan mulai bangun dari tidurnya. Sang raksaksa yang di masa lalu, sangat haus darah dan makan korban jutaan nyawa dimulai dari pearl harbour di lautan pasifik, korea, tiongkok, sampai semua kawasan asia tenggara, semua pernah merasakan kekejaman si raksaksa itu.

Tentu situasi dan kondisi sekarang, tidak sama seperti masa silam. Negara-negara yang dahulu menjadi korban ke ganasan fasis Jepang di masa silam belum menjadi negara merdeka. Tapi sekarang sudah menjadi negara berdaulat dan memiliki angkatan bersenjatanya masing-masing yang pastinya tidak semudah ditaklukan seperti dahulu.

Situasi dan kondisi dewasa ini berubah drastis serta jauh berbeda dengan masa silam. Di Asia timur, selain raksaksa Jepang yang mulai menggeliat bangkit kembali, telah lahir raksaksa baru yakni Tiongkok, Korea selatan dan Korea utara.

Sepertinya bagi asia tenggara tidak ada jalan lain selain harus bersatu padu agar "kemungkinan" tidak menjadi "korban ke ganasan para raksaksa" tersebut. Karena juga di sebelah selatan ada raksaksa Australia yang tentu pula harus di waspadai!? 

           ***** Vox Populi Vox Dei *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun