Mohon tunggu...
Mujizat U
Mujizat U Mohon Tunggu... Wira Swasta Berdikari -

Pemerhati Aktip Sekitar Yang Berusaha Obyektip Dan Gemar Serta Sudi Belajar Dari Massa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fahri Hamzah Pendukung DI/TII?

3 Juni 2018   22:43 Diperbarui: 4 Juni 2018   00:37 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 16 Mei 2018 Penulis membuat tulisan di Kompasiana dengan Judul "Kebangkitan DI/TII Dan Pemindahan Basis ISIS Asia Tenggara Ke Indonesia" di dalamnya ada memuat tulisan: 

"Kader intelek mereka disusupkan dan menyusup menjadi pegawai negri, dosen dan mungkin politisi atau anggota dewan? Yang paling berbahaya mungkin menjadi polisi dan atau menjadi tentara?"

"Indikasinya tergambar dari semaraknya pembela HTI tatkala dibubarkan oleh pemerintah. Ada beberapa pensiunan jendral TNI tersirat membela mereka. Partai Gerindra, PKS  dan PAN terang benderang berfihak mendukung keberadaan HTI".           

Maksud penulis, bahwa HTI yang ber-idiologi pan-islamisme yang ingin mendirikan khilafah islam yang notabene adalah Darul Islam (DI) bukan tidak mungkin sudah merasuki "oknum anggota dewan" Republik Indonesia. Contohnya tersirat dari pernyataan di medsos seperti:

Wakil ketua DPR-RI, Fahri Hamzah mengecam penggeledahan kasus dugaan radikalisme yang dilakukan aparat Densus 88 Antiteror Polri di gedung FISIP, Universitas Riau, Kota Pekanbaru. Dia menyampaikan pendapatnya lewat Twitter dan selalu diberi tanda #SaveKampus.

"Kampus harus menyiapkan tim khusus untuk melakukan penyelidikan sendiri. Jangan biarkan suasana kampus mencekam dan dipenuhi ketakutan. Jangan biarkan mahasiswa terutama aktifis Islam menjadi terasa dalam ancaman". #SaveKampus," tulis Fahri di Twitter.

"Pengeledahan dengan membawa senjata laras panjang ke kampus seperti perang dengan mahasiswa dan seolah kembali ke zamam batu" Dan Fahri bahkan men-tag akun Twitter Presiden Joko Widodo @jokowi, yang menyebut Jokowi tidak pernah menjadi aktivis.

"Memang, bangsa kita sedang dipimpin oleh akal yang kurang sehat. Kegagalan dianggap prestasi dan semua menyembah mediokrasi. Ini krisis yang akan segera berakhir. Insya Allah cahaya akan datang sebentar lagi. Amin". #SaveKampus," Fahri menambahkan.

Dan ternyata, hasil dari penggeladahan itu diperoleh fakta mengejutkan. Densus 88 telah mengamankan tiga tas ransel, menyita 4 bom siap pakai dan mengamankan 3 terduga teroris. Temuan ini membuktikan akurasi dari hebatnya inteljen polri yang bisa mendeteksi kegiatan teroris di kampus tersebut.

Tiga orang terduga teroris masing-masing berinisial Z, B, dan K ditangkap tim gabungan di Gedung Gelanggang Mahasiswa, FISIP, Universitas Riau.

Ketiga terduga teroris tersebut merupakan alumni Jurusan Pariwisata, Komunikasi dan Administrasi Negara Univeritas Riau pada tahun angkatan 2002 hingga 2005.

Dari tangan ketiganya, polisi menyita empat unit bom rakitan yang memiliki daya ledak tinggi. Selain itu, polisi juga menyita sejumlah serbuk-serbuk bahan pembuat bom dari gedung yang sejatinya merupakan sekretariat bersama kelembagaan mahasiswa.

Ketiga terduga teroris itu sengaja menggunakan kampus untuk menutupi jejak mereka, terutama dalam merakit bom.

Barang bukti itu dirakit di Sekretariat Kelembagaan Gelanggang Mahasiwa. Mereka numpang tidur di mes Mapala Sakai selama sebulan (selama perakitan bom).

Kita patut mengapresiasi kerja keras Polri, khususnya Densus 88, yang berhasil melakukan tindakan pencegahan. Jika saat penggeledahan ke kampus, aparat membawa senjata api laras panjang, bukan semata tindakan berlebihan atau kesewenang-wenangan belaka.

Yang digrebek itu bukan cuma "segerombolan pencuri" atau hanya "aktivis kampus" yang kritis kepada pemerintah semata. Mereka itu, "sang teroris" yang sangat berbahaya dan "mematikan".

Disinyalir Tiga terduga teroris yang ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror bersama dengan Polda Riau di kampus Universitas Riau menargetkan peledakan di Gedung DPR RI dan DPRD Provinsi Riau.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan akan diledakkan di DPRD dan DPR RI," kata Kapolda Riau Irjen Pol. Nandang dalam keterangan pers di Pekanbaru, Sabtu (2/6) malam.

Terbukti bahwa pernyataan oleh BIN yang mengatakan beberapa perguruan tinggi telah di masuki idiologi radikalisme, bukan hanya isapan jempol semata. 

Dan tersirat cukup terang, bahwa seorang Fahri Hamzah patut untuk di cermati dan di sorot tajam karna diragukan kesetiaannya kepada NKRI Dan Dasar Negara yakni Pancasila.

Sebagai wakil ketua DPR RI yang seharusnya mendukung perang melawan pemberantasan kepada terorisme, malah bersikap berlawanan dengan upaya membangun opini "membenturkan" mahasiswa dengan pemerintahan Jokowi. 

Berharap agar generasi milenial supaya satu kata, "lawan" kepada anasir pro Khilafah islam atau DI/TII dengan cara: Jangan pilih anggota dewan dan partai politik yang disinyalir pro kepada HTI yang nyata-nyata ingin mendirikan negara khilafah islam sesat! Sekali lagi, ayo lawan!

           ***** Vox Populi Vox Dei *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun