Mohon tunggu...
Mujiyanto -
Mujiyanto - Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menjadi Geographer yang interest dalam bidang Spatial epidemiology, GIS, and Remote Sensing. Mencintai olahraga bola, bulutangkis serta music. Selalu tersenyum buat Indonesia tercinta... http://www.mujiyanto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

PT KERETA API Janganlah persulit orang mudik !!!

15 Agustus 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_200275" align="aligncenter" width="630" caption="Harga tiket KA yang telah kena tuslah"][/caption]

Boleh dibilang dalam tiga tahun terakhir ini saya masuk dalam “Frequent Flyer” nya kereta api. Jalur Jogja – Bandung merupakan rute yang favorit saya jalani…Mulai dari KA Argo Wilis, Turangga ,Lodaya , ,Malabar, Mutiara Selatan, ataupun KA “Rakyat” Pasundan dan Kahuripan pun pernah saya coba. Memang kereta favorit yang saya naiki kebanyakan KA Lodaya , baik malam ataupun pagi. Stasiun Tugu – Wates – Kutoarjo – Kebumen – Gombong – Kroya – Maos – Sidareja – Banjar – Tasikmalaya – Cipendeuy – Kiara Condong – Stasiun Bandung adalah rute wajib yang harus dilewati dan berhenti

Dalam tiga tahun memang banyak perubahan yang terjadi di tubuh PT KAI . Perubahan signifikan adalah ketika Menteri BUMN dijabat Pak Dahlan Iskan, dengan dia beberapa kali naik KRL. Perubahan yang ada di KRL yang merupakan kereta jarak pendek, lambat laun juga dicoba di kereta api jarak jauh. Dahulu pada  KA jarak jauh di kelas bisnis maupun ekonomi masih menerapkan tiket berdiri akhirnya sekarang disesuaikan dengan jumlah kursi tempat duduk. Kelas bisnis yang dulunya sebagai pesaing lokomotif, karena banyaknya asap perokok akhirnya sudah bersih dari asap, meski banyak juga yang merokok di ruang antar gerbong. Pedagang asongan  pun dilarang naik kereta api tetapi yang terkahir ini sampai sekarang belum bisa diatasi.

Dan yang terbaru-baru ini saya baca si stasiun Tugu Jogja, bahwa mulai 1 September 2012 akan diperlakukan “boarding system” dimana setiap penumpang akan diperbolehkan masuk ke stasiun dalam beberapa waktu kurang lebih 30 menit dimana Nama yang tercantum di tiket harus sama dengan identitas penumpang yang berangkat….Aturan ini memang bagus untuk mengurangi penumpukan di stasiun dan juga mengurangi calo..tetapi harusnya disosialisasikan jauh-jauh hari..

Tanggal 13 Agustus kemarin saya pun harus balik ke Jogja karena acara yang sangat penting dan naik KA Lodaya Pagi Bandung – Jogja via  Stasiun Kiara Condong. Jadwal keberangkatan sekitar pukul 08.10, ambil kelas bisnis, dimana kalau hari Senin biasa harga tiket Rp 120.000,- kemarin  ternyata sudah masuk tuslah dan harus membayar Rp. 220.000,-… Ketika sampai depan pintu masuk sekitar pukul 07.20, saya pun dilarang untuk masuk ke stasiun dan tiket pun harus disesuikan dengan identitas saya..Penjagaan yang biasanya sepi kemarin nampak banyak sekali dengan pakaian security. Saya sempat bilang dan berdebat  bukannya aturan boarding bakalan diterapkan mulai September 2012, dan dibalas katanya masih sekedar “sosialisasi”.

Setelah masuk sekitar pukul 07.40, saya kepikiran tiket mudik buat anak istri, dimana tercantum nama Istri untuk 2 tiket dan nama saya untuk 1 tiket dengan pembelian H-90 yaitu sekitar bulan Mei, dimana belum ada aturan yang mewajibkan ID di tiket harus sama dengan ID penumpang…Daripada ribet kemarin istri saya mencoba mengkonfirmasi perihal tersebut ke layanan informasi  di Stasiun Bandung, dimana dijelaskan kalau PEMBELIAN TIKET SEBELUM BULAN JULI 2012 DIPERBOLEHKAN NAMA YANG TERTERA DI TIKET BOLEH BERBEDA DENGAN IDENTITAS PENUMPANG YANG BERANGKAT dan itu ada peraturan yang mengaturnya. Namun alangkah terkejutnya kemarin ketika melihat tayangan televisi, di Stasiun Senen Jakarta banyak sekali penumpang yang tidak boleh naik meski memiliki TIKET ASLI baik itu dari calo atapun dibelikan oleh teman/saudaranya karena berbeda identitas (saya tidak tahu kapan pembelian tiket itu terjadi karena tidak disebutkan)…dan dianggap hangus dan penumpang harus mengganti tiket harga 100 persen, dan tentunya dengan harga yang SUPER TINGGI.

Sebagai moda transportasi rakyat…”mbok iya”…PT Kereta Api berbaik sedikit janganlah mempersulit orang berangkat ketika aturan yang ditetapkan belum masuk waktu berjalan.. Apalagi dalam musim mudik ini, sudah berapa keuntungan yang diperoleh dengan kenaikan mencapai 100 % dari hari biasa. Sosialisasikan dengan waktu yang relatif lama, dan jangan dicobakan ketika musim mudik begini..Kasihan rakyat ini ketika harga kebutuhan bahan pokok naik, ditambah harga tiket yang mahal,,,Beruntung masih dapat tiket..kalau pun susah memang calo sangat membantu meski dengan harga lebih tinggi…tetapi bagaimanapun sangat tidak tepat kalau aturan itu DIPAKSA DICOBAKAN pada musim mudik lebaran tahun ini.

[caption id="attachment_200277" align="aligncenter" width="360" caption="Subway ticket, no Id"]

1344992580924909858
1344992580924909858
[/caption]

Sebagai perbandingan di luar negeri, saya pernah naik subway  – Underground- betapa mudahnya naik  kereta di sana, bahkan tanpa memakai Identitas pun dengan mudah dilayani, tinggal memasukan tiket maka pintu masuk akan terbuka sendiri tanpa harus melewati penjaga-penjaga yang sombong dan angkuh..Harapannya semoga PT Kereta Api janganlah persulit orang mudik dengan aturan yang belum tersosialisasi dan janganlah perberat beban rakyat, karena bagaimanapun perkereta api an di Indonesia masih dimonopoli oleh PTKAI.

Selamat bermudik, ....Hati-hati di jalan.....

twitter : @mujiyanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun