Mohon tunggu...
Mujiyanti
Mujiyanti Mohon Tunggu... Freelancer - seseorang yang ingin mencoba hal baru

IAIN TULUNGAGUNG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Peran Pendidik dalam Menanamkan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini

13 November 2019   16:22 Diperbarui: 13 November 2019   16:29 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pentingnya Peran Pendidik Dalam Menanamkan

Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini

 

Oleh:

Mujiyanti

Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung

yantiafianti81@gmail.com

Abstrak

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pendidik dalam menenamkan pendidikan karakter pada anak usia dini. Dengan berkembangnya zaman, banyak kalangan remaja yang menyimpang dari norma-norma yang telah ada, baik norma hukum, sosial maupun agama. 

Melihat hal tersebut, maka pendidikan karakter perlu ditanamkan pada setiap individu sejak dini. Pendidikan karakter dipilih sebagai upaya untuk membentukan karakter pada setiap individu sehingga dapat mencipttakan individu yang berakhlak mulia. 

Pada masa golden age yaitu masa keemasan anak merupaka masa yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya. Pada masa ini kita harus memaksimalkan kemampuan dan potensi anak serta memanfaatkan masa golden age sebagai masa pembinaan, pemimbingan, pengarahan dan pembentukan karakter pada anak usia dini. 

Pendidikan karakter pada anak usia dini bertujuan untuk menanmkan nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan baik ketika dewasa atau pada masa jenjang pendidikan selanjutnya.

Kata Kunci: Pendidikan karakter, anak usia dini, menanamkan pedididikan karakter pada anak usia dini

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini pendidikan karakter sebagai bahan perbicangan dikalangan masyarakat, terutama pada kalangan akademis. Perilaku dan sikap masyarakat sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah mengakar dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari seperti kejujuran, kebersamaan, kesantunan dan relegius.  Hal tersebut akan tergerus sedikit demi sedikit oleh budaya asing yang cenderung individualistik, materialistik dan hedonistik.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. 

Karakter merupakan watak atau bisa diartikan sebagai budi pekerti. Pendidikan karakter adalah usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi pederta didik untuk membangun karakter pribadinya sehingga menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan serta keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Penanaman pendidikan karakter pada anak usia dini agar anak memiliki akhlak, moral, etika serta budi pekerti yang baik

Tanpa adanya pendidikan karater, seseorang akan mudah melakukakn sesuatu yang dapat menyakiti orang lain. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi pendidik pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menanamkan nilai karakter sejak usia dini dengan metode yang tepat dengan menyesuaikan perkembangan peserta didik.

METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian menggunakan metode studi pustaka.

ANALISIS

A. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian pendidikan karakter

Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah usaha untuk medidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Screnko pendidikan karakter merupakan upaya sungguh-sungguh dengan ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian serta praktik emulasi.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa  pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan tentang akhlak, kepribadian, maupun sikap sehingga terbentuk suatu individu yang diharapkan.

2. Tujuan pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan akhlak dan akhlak mulia secara utuh, seimbang, terpadu, utuh dan sesuai dengan standar kompetensi kelulusan.

Nilai-nilai pendidikan karakter

Nilai-niali pendidikan karakter tang ditanamkan dan di terapkan pada anak usia dini adalah sebagai berikut:

  • Relegius: sikap dan perilaku yang patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya.
  • Jujur: perilaku yang menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam ucapan, tindakan dan pekerjaan.
  • Toleranso: sikap menghargai perbedaan agama, ras, suku, etnis dan lain sebagainya.
  • Displin:  tindakan menunjukkan perilaku patuh dan tertib terhadap peraturan.
  • Kreatif: melakukan sesuatu untuk menciptapkan atau memperoleh cara maupun hasil baru yang tela dimiliki.
  • Mandiri: sikap yang tidak mudah untuk bergantung pada orang lain.
  • Demokratis: menilai hak dan kewajiban  yang sama antara dirinya dan orang lain.

B. Konsep Anak Usia Dini

1. Pengertian anak usia dini

Menurut Yuliani Nurani sujiono anak usia dini adalah individu yang mengalami proses perkembangna denga pesat dan fundamental untuk kehidupan selanjutnya. Rentang anak usia dini yaitu umur 0-8 tahun yang mana mengalami pertumbuhan daan perkembangan hidup mereka.

Sedangkan menurut Santrock, anak pada usia 2 tahun akan mengalami perkembangan otak sekitar 75 persen dari ukuran otak dewasa. Sedangkan pada umur 5 tahun perkembangan otak sudah mencapai 90 persen dari ukuran otak orang dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa usia dini dimulai saat bayi berumur 0-6 tahun yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak serta memiliki karakteristik berpikir konkret, sederhanan, dan berimajinasi.

2. Karakteristik anak usia dini

Anak usia dini memiliki ragam karakteristik, karena anak usia dini tumbuh da berkembang dengan banyak cara dan tentu saja berbeda. Dengan karakteristik setiap anak yang beragam, maka karakteristik tersebut  akan menjadi pusat perhatian untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi karakter positif. Berikut ini merupakan kaakteristik dasar yang dimiiki oleh anak usia dini:

a. Bekal kebaikan, sejak lahir anak sudah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan bekal kebaikan dan lingkungan yang berperan aktif dalam mengarahkanserta mengembangkan bekal keabikan.

b. Suka meniru, anak akan menirukan apa yang mereka lihat.

c. Suka bermain, bermain merupakan kegiatan yang disukai oleh anak dan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya hanya utuk bermain.

d. Rasa ingin tahu, pada dasarnya anak  usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang ditandai dengan bertanya kepada siapapun yang ia temui dan hadapi.

3. Aspek-aspek anak usia dini

Anak usia dini memiliki aspek perkembangan yang unik adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik

Menurut Hurlock perkembangan fisik akan mempengaruhi kehidupan anak secara langsung maupun tidak. Perkembangan fisik secara langsung akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Sedangkan tidak langsung akan mempengaruhi bagaimana anak akanmemandang dirinya dan orang lain.

b. Perkembangan kognitif

Menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga anak dapat berpikir.

c. Perkembangan bahasa

Bahasa merupakan bentuk penyampaian pesan terhadap sesuatu yang diinginkan. Dengan bahasa, pendidik atau orang tua akan tahu apa keinginan dari anak. Ketika usia anak masih kecil (bayi) bahasa yang digunakan yaitu bahasa isyarat yang ditunjukkan melalui ekpresi wajahnya. Ketika mulai beranjak dewasa, maka mereka akan bisa untuk berbicara mulai dari perkata hingga kompleks.

d. Perkembangan emosi

Emosi merupakan perasaan melibatkan antara gejolak fisiologis dan gejala perilaku yang terlihat. Perkembang emosi akan muncul ketika anak mengalami interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

e. Perkembangan moral

Moral merupakan nilai yang digunakan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Moral harus dikenalkan dan ditanamkan pada anak usia dini, supaya kelak akan terbiasa dan dapat membedakan antara benar dan salah.

f. Perkembangan sosial

Perkembangan ini melibatkan hubungan interaksi dengan orang lain seperti membutuhkan bantuan orang lain ketika anak mengalami kesulitan yang dihadapinya.

g. Perkembangan imajinasi

Imajinasi merupakan daya cipta untuk meciptakan tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang lama.

C. Peran Pendidik Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini

Dalam menyelenggarakan pendidikan karakter pada anak usia dini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu perancangan, pelaksanaa, dan penilaian serta evaluasi. 

Pada tahap perancangan pendidik akan merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan tema tertentu serta merencanakan yang ditanamkan dan dijadikan sebagai kebiasaan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya tema rekreasi, dalam tema ini maka karakter yang akan ditanamkan. 

Tahap selanjutnya yaitu pelaksaan, di mana seorang pendidik mengaplikasikan kegiatan pembelajaran dengan cara karakter dapat menjadi prinsip, kemudian akan menjadi tindakan, ucapan dan akhirnya kebiasaan berperilaku. Kebiasaan baik ini disebut dengan karakter. Tahap terakhir yaitu penilaian dan evaluasi. 

Dalam evaluasi ini yang dimaksud adalah evaluasi terhadap kegiatan perencanaan dan pelaksanaan guna untuk mengetahui apakah berjalan dengan lancar atau tidak dengan cara melihat hasil dan perilaku yang ada dalam diri siswa.

Untuk mendapatkan pemahman yang baik dalam menanamkan karakter pada anak, seorang guru dapat melakukannya pada saat pembelajaran. Sebagai contoh, pada saat anak berada di sekolahan dan sebelum pulang guru akan meminta anak untuk mengembalikan mainan yang telah diambilnya ke tempat semula. 

Akan tetapi tidak semua anak melakukan hal tersebut, guru membiarkan kejadian tersebut dengan alasan "memang sudah biasa anak-anak seperti itu", "ia masih kecil, jadi wajar sajar saja".dengan alasan tersebut maka guru belum optimal dalam menerapkan karakter pada anak.

Dengan adanya kasus di atas, guru sudah menerapkan karakter bertanggungjawab pada anak dengan cara meminta dan mengarahkan mereka untuk meletakkan mainan ke tempat semula. Kekurangannya  adalah guru belum menerapkan secara optimal dengan membiarkan beberapa anak  tidak memiliki karakter tanggungjawab yang sama dengan teman lainnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan guru yaitu memberi satu mainan dan mengantarkan anak yang tidak mengembalikan mainan untuk mengembalikan mainan di tempat semula. 

Selain itu, bisa dilakukan dengan cara  bernyanyi serentak  untuk memberi motivasi kepada anak. Hal yang paling penting  yaitu memberi apresiasi pada anak yang mengalami perubahan karakter dari tidak mengembalikan mainan menjadi mau mengembalikan mainan dengan kata-kata "Bagus, anak pintar", "Wah, ini anak shaleh", dan lain-lain.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menerapkan karakter pada anak, yaitu:

1. Karakter percya diri

Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru memulai pembelajaran dengan salam dan dilanjutkan dengan berdoa bersama. Sebelum masuk pembelajaran inti, guru biasanya memulai kegiatan pembelajaran dengan bernyanyi bersamauntuk memberi motivasi dan memiliki tujuan agar anak bisa bersosialisasi dengan teman yang lain. Setelah melakukan kegiatan bernyanyi bersama, guru memberi motivasi agar anak maju satu persatu untuk bernyanyi. Pada saat guru bertanya "Hayo siapa yang berani maju untuk menyanyikan lagu "balonku ada lima?", biasanya semua anak akan menjawab, "Saya, Saya,". Namun, setelah guru menunjuk salah satu anak untuk maju ke depan, biasanya anak tiba-tiba malu karena semua teman melihat dan mendengarkannya. Pada saat inilah, guru memberi motivasi dengan cara atau kalimat "Ayo Mas Lana, pasti bisa!"

Setelah adanya pemberian motivasi tersebut, anak akan merasa bahwa ia mampu bernyanyi sendiri di depan kelas. Dengan ini, maka ia akan mulai mengembangkan rasa percaya dirinya dan diharapkan anak akan terus meningkatkan rasa percaya dirinya

2. Karakter disiplin

Saat proses pembelajaran berlangsung, guru akan mengevaluasi peserta didik satu persatu dengan cara ditanya tentang hasil karya yang mereka buat. Pada saat yang bersamaan, kebanyakan  anak  akan meminta didahulukan dari pada temannya. Maka disini peran guru sangat penting untuk menanamkan karakter disiplin dan antri dengan cara memberi motivasi, misal "Anak pintar, bergantian ya", "Tunggu, sampai dipanggil bu guru.", "Ayo, buat barisan yang rapi kebelakang, mari budayakan antri", dan banyak kalimat lainnya.

Setelah pembelajaran berakhir, motivasi dan apresiasi yang dilakukan oleh guru sangat penting untuk menanamkan bahwa yang dilakukan anak adalah hal yang baik dan perlu dilakukan seterusnya.

3. Hormat dan Santun

Menerapkan karakter hormat perlu dilakukan sejak dini. Sebab dengan menghormati orang, maka anak akan dihargai oleh orang lain. Cara menghormati orang yang lebih tua bisa dilakukan oleh anak dengan cara bersalaman dan mencium tangan orang (lebih tua) serta mengucapkan salam.

Dengan menerapkan pembiasaan seperti ini dan menjelaskan bahwa sikap mencium tangan yang baik adalah dengan mencium menggunakan hidung atau kening, maka anak akan mengingatnya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya tugas seorang guru untuk menyampaikan cara  paling sederhana ini untuk menghormati orang tua, tetapi peranan orang tua dan keluarga juga sangat penting. Di sekolah, anak adalah tanggungjawab guru untuk membimbing dan mendidik, akan tetapi pada saat anak berada di rumah, orang tua harus membiasakan anak dengan kegiatan yang telah diterapkan guru. Hal ini tentu membutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua untuk membentuk karakter baik pada anak.

Pembiasaan melakukan cium tangan dapat diterapkan pada anak masuk sekolah, akan pulang, dan bertemu guru di tempat lain. Begitu juga pada orang tua, teman orang tua, tamu dan lainnya. Untuk itu diharapkan anak akan memiliki kebiasaan baik untuk menyapa atau ramah serta hormat pada orang lain.

4. Anak shaleh

Anak shaleh adalah anak yang mengerjakan perintah Allah, yang salah satunya yaitu shalat dan puasa. Guru  bisa melakukan kegiatan praktek shalat dengan membaca doa bersama-sama dengan suara keras untuk melatih anak agar menghafal doa shalat dan tahu tata cara shalat. Selain itu, di sekolah guru juga melarang siswa untuk membeli jajan di waktu istirahat pada saat bulan ramadan.  Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi himbauan kepada orang yang berjualan agar tidak berjualan di bulan puasa, sehingga tujuan penerapan karakter pada anak untuk  menghargai puasa dan berlatih berpuasa dapat berhasil.

KESIMPULAN

Periode usia dini merupakan masa yang mendasari kehidupan manusia pada tahap selanjutnya. Masa ini biasa disebut dengan the golden age yaitu masa-masa keemasan anak. 

Atas dasar ini, penting dilakukan pendidikan karakter pada anak usia dini dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Masa golden age harus dimanfaatkan sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukkan karakter pada anak usia dini. 

Pendidikan karakter bagi anak usia dini dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan agar dapat menjadi kebiasaan ketika mereka dewasa atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan karakter, sebab anak usia dini belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkunganya.

SARAN

Sebagai pendidik perlu memperdalam pengetahuannya lagi terkait dengan metode pembelajaran pendidikan karakter, agar proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter berhasil dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidik juga perlu mengoptimalkan komunikasi yang lebih baik dengan anak didiknya, agar proses pendidikan karakter lebih efektif. Pendidik juga mengoptimalkan fasilitas pembelajaran yang mendukung agar proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

  1. La Hadisi. 2015. "Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini". Vol.8 (2): 53-59.
  2. Yulianti. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter Di Kantin Kejujuran. Malang: Gunung Samudera.
  3. Eka Sapti, dkk. 2017. "Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan". Vol 6 (2): 206-208.
  4. Thoyyibah. 2017. "Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Di TK Pertiwi II Gagaksipat Ngemplak Boyolali". Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
  5. Zubaida. 2016. "Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini." Vol 1 (10): 129.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun