Di Era Society 5.0 membawa kecerdasan masyarakat dalam membangun jejaring interaksi yang supercerdas secara mudah dengan menggunakan teknologi yang dibuat oleh manusia sendiri. Adanya perkembangan teknologi informasi memberikan perubahan yang signifikan bagi masyarakat mulai dari perubahan budaya, norma sosial dan etika masyarakat yang ada. Khalayak yang menikmati teknologi informasi juga beragam mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Penyebaran Teknologi Informasi sangat beragam, salah satunya yang dapat kita rasakan ialah Teknologi media sosial. Media sosial adalah sebuah platfrom digital yang memudahkan para penggunanaya untuk saling berinteraksi satu sama lain dan berbagi konten berupa foto, video maupun tulisan yang dilakukan secara online tanpa ada batasan ruang dan waktu. Dengan demikian, memudahkan penggunanya untuk melakukan aktivitas sosial yang diinginkan. Berbagai macam media soisal yaitu Facebook, YouTobe, WhatsApp, Telegram, Line, X atau Twitter, Tiktok dan Instagram.
Instagram merupakan platfrom media sosial yang sangat digemari penggunanya karena terdapat fitur yang menarik sehingga memikat para penggunanya. Instagram dapat mengunggah postingan berupa foto dan video serta dapat bertukar pesan menggunakan chating pada direct massage. Berbagai macam fitur yang tersedia di aplikasi instagram diantaranya dapat membuat snapgram harian, memposting feed instagram, reels, Â live streaming, dan adanya fitur like, comment dan share serta yang terbaru anda juga dapat menikmati fitur obrolan saluran siaran instagram yang digunakan oleh kreator untuk berinteraksi langsung dengan followersnya.
Dilansir dari DataIndonesia.id menyatakan bahwa ada 116,16 juta pengguna Instagram di Indonesia pada Agustus 2023. Hal tersebut menyatakan bahwa Instagram mengalami peningkatan sebanyak 6,54% dibandingkan pada bulan sebelimnya yang mencapai 109,03 juta pengguna. Perbandingan dengan tahun 2022 penggunaan Instagram mengalami peningkatan sebanyak 11,8% dengan total 103,95% pengguna. Pengguna Instagram di Indonesia didominasi oleh perempuan sebanyak 55,5% sementara laki-laki sebanyak 44,5%. Dari rentan usianya pun pengguna Instagram mulai dari usia 18-24 tahun sebanyak 39,1%, usia 25-34 tahun sebanyak 28,7%, kemudian usia 35-44 tahun sebanyak 12,3%, usia 13-17 tahun sebanyak 12,2% dan sisanya 7,7% pengguna berusia 45 tahun keatas. Hal tersebut membuktikan bahwa generasi Z paling banyak menggunakan aplikasi Instagram.
Masalah utama yang sering dihadapi oleh generasi Z diantaranya, Gangguan kesehatan mental  berupa munculnya anxiety yang mempengaruhi cara berpikir dan perilaku seseorang sehingga menyebabkan depresi yaitu perasaan sedih dan kehilangan semangat untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa. Timbulnya krisis identitas juga menjadi faktor yang dialami generasi Z yaitu sulitnya membuat keputusan, tidak punya teman curhat, membandingkan diri dengan orang lain dan selalu mengikuti standar yang dibuat orang lain. Terakhir yaitu Media sosial yang menyebabkan rasa takut ketinggalan. FOMO (Fear Of Missing Out) yaitu rasa tak mau ketinggalan suatu informasi pada media soisal. FOMO menyebabkan seseorang merasa tertinggal dan berpikir kehidupan orang lain yang ada media soisal lebih menyenangkan dibandingkan dengan kehidupan diri sendiri. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya mental health seseorang. Pada instagram sering kali kita melihat postingan mutual kita yang terlihat lebiih menyenangkan dari pada diri kita sendiri. Kemudian pada diri kita timbul rasa keinginan dalam hal yang sama, kita merasa hidup mereka lebih menyenangkan dari pada hidup kita sendiri. Jika perasaan ini berlanjut bisa menyebabkan depresi dan terganggunya mental health seseorang.
Generasi Z kelahiran tahun 2000an sangat menyukai interaksi menggunakan media sosial, dikutip dari DataIndonesia.id waktu yang digunakan masyarakat Indonesia dalam bermedia sosial mencapai 3 jam 18 menit pada setiap harinya. Dengan kata lain masyarakat Indonesia tentunya memperoleh informasi yang update mengenai berita maupun lifes update para mutualnya. Instagram sebagai tempat membangun interaksi dengan sesama mutual dan tempat untuk membangun branding atas value yang kita miliki serta, Â pencurahan isi hati penggunanya yang sering kali membagikan moment kebahagiaan maupun kesedihannya.
Perlu diketahui dalam bermedia sosial tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Jika dapat mengendalikanya maka kita dapat memperoleh kebahagiaan dan motivasi lewat media soisal tersebut. Namun, jika kita tidak dapat mengontrol media sosial dengan bijak, akan memberikan efek yang negatif salah satunya bagi mental health kita sendiri, dimulai dari rasa kurang percaya diri, rasa cemas dan perilaku suka membanding-bandingkan diri dengan pencapaian orang lain yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan depresi.
Dalam media soisal Instagram terdapat benang merah yang menyebabkan terjadinya depresi, fomo dan anxiety yang dirasakan, yaitu kita sebagai penikmat media soisal hanya melihat postingan atau highlight dari luar saja tanpa mengetahui bagaimna kondisi di balik postingan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa kita sebagai penikmat instagram jangan selalu merasa tersakiti karena tidak seberuntung mereka yang ada di postingan instagram. Hal yang perlu di ingat, bukankah media soial Instagram hanya sebagai tempat membranding agar terlihat keren dan menakjubkan? Pada media soisal pastinya kita tidak mau terlihat menyedihkah dan lemah bukan? Maka dari itu coba lebih berfikir dengan jernih ketika sedang menikmati media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H