Mohon tunggu...
Mujiburrohman Bakri
Mujiburrohman Bakri Mohon Tunggu... Guru - A Lifelong Learner

Menulis Bentuk Hidup dalam Keabadian | Be An Inspiration | mujiburrohmanbakri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Kekinian: Menuhankan Akal, Merendahkan Akhlak dan Adab

26 September 2023   05:00 Diperbarui: 17 Oktober 2023   01:17 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Pengantar

Fenomena manusia yang semakin menuhankan akal dan merendahkan akhlak serta adab merupakan permasalahan yang tengah menarik perhatian dalam berbagai diskursus, kalangan bahkan dunia pendidikan khususnya di kalangan santri yang notabene adalah pelajar dengan pengetahuan agama dan akhlaq serta adab yang baik. Tulisan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang fenomena ini dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Melalui analisis teoritis dan pengamatan empiris, tulisan ini mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan antara pemuliaan akal dan perhatian terhadap akhlak dan adab dapat menghasilkan dampak negatif yang signifikan pada kehidupan sosial dan moral manusia.

Dalam perkembangan masyarakat modern dewasa ini, khususnya di dunia pecitraan demi eksistensi diri, akal pikiran manusia seringkali menjadi fokus utama, sementara nilai-nilai moral dan adab sering diabaikan yang tidak jarang menjadi pemicu konflik sosial dan kesenjangan antar individu. Fenomena ini dapat ditemui dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kebijakan pemerintah, lingkungan pendidikan, organisasi perkantoran hingga tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari yang tidak peka dalam memposisikan dirinya sesuai kapasitasnya dan nilai yang berlaku.

Akal, Akhlak, dan Adab

Akal adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia. Akal memungkinkan manusia untuk berpikir, merencanakan, dan memecahkan masalah. Namun, pengkultusan akal yang berlebihan dapat mengakibatkan manusia merendahkan nilai-nilai moral dan etika bahkan di kalangan santri yang banyak di antara mereka tidak menyadari bahwa dirinya telah meninggalkan nilai sejati apa yang telah diajarkan para kiai. Akhlak dan adab adalah aspek-aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Akhlak mencakup perilaku dan moralitas individu, sementara adab berkaitan dengan tata krama dan perilaku yang sesuai dalam masyarakat.

Dampak Negatif Pengkultusan Akal

Pengkultusan akal adalah istilah yang mengacu pada tindakan atau kecenderungan manusia untuk mengagungkan atau menganggap akal atau rasionalitas sebagai sesuatu yang sangat penting atau bahkan sebagai satu-satunya jalan untuk memahami dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan padahal justru semakin memperkeruh keadaan dan menjauhkan dari solusi yang diharapkan. Meskipun akal atau rasionalitas adalah alat yang sangat berharga dalam memahami dunia dan mengambil keputusan yang tepat, terlalu banyak penekanan pada pengkultusan akal juga dapat memiliki dampak negatif. Beberapa dampak negatif pengkultusan akal antara lain:

  • Ketidakpekaan terhadap Aspek Emosional: Terlalu fokus pada akal dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang peka terhadap aspek emosional dalam kehidupan. Ini bisa mengakibatkan kurangnya empati terhadap perasaan orang lain dan kesulitan dalam mengelola emosi sendiri (egosentrisme).
  • Kesulitan Berhadapan dengan Masalah Kompleks: Meskipun akal adalah alat yang kuat, tidak semua masalah dalam kehidupan dapat dipecahkan dengan pemikiran rasional. Beberapa masalah kompleks dapat melibatkan aspek-aspek yang tidak dapat diukur atau dihitung, seperti nilai-nilai moral, etika, atau perasaan.
  • Kebingungan Kepuasan Hidup: Terlalu banyak menekankan akal seringkali berarti mengejar kebahagiaan melalui pencapaian materi, keberhasilan karir, atau pemahaman intelektual. Ini bisa menyebabkan seseorang merasa kecewa dan bingung ketika mencapai semua itu tetapi masih merasa kurang puas atau bahkan tidak bahagia.
  • Pengabaian Intuisi dan Kearifan Tradisional: Beberapa kebijaksanaan dan nilai-nilai yang ada dalam budaya dan tradisi mungkin tidak selalu dapat dijelaskan dengan akal. Pengkultusan akal bisa membuat orang mengabaikan sumber-sumber pengetahuan lainnya, seperti intuisi, kearifan tradisional, dan spiritualitas.
  • Konflik dalam Hubungan: Terlalu berfokus pada akal juga dapat menghasilkan konflik dalam hubungan interpersonal. Seseorang yang terlalu kritis atau analitis dapat sulit bekerja sama atau berempati dengan orang lain yang memiliki pendekatan berbeda terhadap masalah.
  • Kurangnya Fleksibilitas: Pengkultusan akal dapat mengakibatkan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertindak. Orang mungkin cenderung mempertahankan pandangan dan pendekatan tertentu tanpa mempertimbangkan alternatif atau berubah ketika situasi memerlukannya.
  • Ketidakseimbangan dalam Keputusan: Ketika manusia terlalu berfokus pada akal, mereka cenderung mengabaikan pertimbangan moral yang sering diabaikan oleh egonya sendiri (merasa paling benar). Keputusan yang didasarkan hanya pada akal seringkali mengabaikan nilai-nilai etika, yang dapat merugikan individu dan masyarakat.
  • Kurangnya Empati: Pengkultusan akal dapat mengurangi empati terhadap sesama. Manusia mungkin cenderung memutuskan berdasarkan keuntungan pribadi dan kenyamanannya sendiri tanpa mempertimbangkan dampak sosial atau moral dari tindakan mereka. Tidak jarang berkoar di media sosial tentang kesalahan orang lain yang sejatinya dampak kebodohannya sendiri.

Penting untuk diingat bahwa akal dan emosi keduanya memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, dan keseimbangan antara keduanya seringkali merupakan kunci untuk kesejahteraan psikologis dan sosial yang baik. Penting juga untuk mengakui bahwa tidak semua aspek kehidupan dapat dijelaskan atau diatasi dengan pemikiran rasional semata.

Pentingnya Mengintegrasikan Akal, Akhlak, dan Adab

Untuk mencapai keseimbangan yang sehat dalam kehidupan, penting untuk mengintegrasikan akal, akhlak, dan adab. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan dan pembiasaan yang mempromosikan pemahaman tentang nilai-nilai moral, etika, dan tata krama, serta bagaimana mengintegrasikannya dalam pengambilan keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun