Sebanyak tiga kali beliau mengulang pertanyaan yang sama, sampai berdirilah Sa'ad bin Ubadah Ra., tokoh Anshar "Wahai Rasulullah Saw, kami kah yang engkau maksudkan, adapun kami, kami tidak akan meninggalkan engkau berjuang sendirian walaupun engkau membawa kami tempat paling sulit sekalipun kami akan senantiasa bersama dengan mu. Kami tidak akan berkata sebagaimana perkataan Bani Israil kepada
Musa.
فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقٰتِلَآ إِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُونَ
Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja". (QS. Al-Midah: 24)."
Melihat kebulatan tekad kaum Anshar dalam Bai'at Aqobah itu, bertambah semangat dan teratur lah barisan kaum muslimin. Walaupun kondisi mereka sangat lemah sebagaimana Allah Abadikan dalam Surat Al-Imran: 123-126
"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (QS 3: 123)
"(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" (QS 3: 124)
"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." (QS 3: 125)
"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa." (QS 3: 126)
Lihatlah, bagaimana senjata iman bekerja. Ia mampu menggerakkan pasukan yang lebih hebat dari semua senjata hipersonik yang dimiliki oleh siapa pun, yaitu malaikat. Sebenarnya satu malaikat sudah cukup, 3000-5000 malaikat adalah sebagai kabar gembira saja dan untuk menenangkan hati.
b. Senjata Ilmu
Bersambung....