Mohon tunggu...
Mujibur Rahman
Mujibur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Low profil

Seeker of God

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Amanah Terkhianati: Santriwati dan Bayang-bayang Pelecehan di Pesantren

14 Agustus 2024   20:23 Diperbarui: 14 Agustus 2024   21:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture ilustrasi 

Gubahan: MUJIBUR RAHMAN 

       Pesantren, sebagai lembaga pendidikan yang dianggap suci dan penuh berkah, seringkali dipandang sebagai tempat yang aman untuk menimba ilmu agama. Namun, di balik dinding-dinding tempat yang seharusnya menjadi pelindung bagi para santri, tersimpan kisah-kisah kelam yang jarang terungkap ke permukaan: pelecehan seksual terhadap santriwati. Ironisnya, tindakan tak bermoral ini kerap kali dilakukan oleh oknum yang seharusnya menjadi teladan, termasuk pengasuh pesantren itu sendiri.


A. Kepercayaan yang Dikhianati

         Pelecehan seksual di lingkungan pesantren merupakan sebuah ironi besar. Para santriwati yang datang dengan niat suci untuk belajar dan mendalami ajaran agama, justru menjadi korban dari orang-orang yang mereka percayai. Pengasuh pesantren, yang seharusnya memberikan bimbingan dan perlindungan, malah menyalahgunakan posisinya untuk melakukan tindakan yang merusak fisik dan mental para santriwati.

       Banyak korban pelecehan yang memilih diam karena rasa takut, malu, atau khawatir akan mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Dalam budaya pesantren yang menjunjung tinggi norma agama dan kehormatan, berbicara tentang pelecehan seksual seringkali dianggap sebagai hal yang tabu. Akibatnya, kasus-kasus seperti ini seringkali tersembunyi dan tidak mendapatkan perhatian yang semestinya.

B. Dampak yang Menghancurkan

           Dampak dari pelecehan seksual sangat luas dan mendalam. Bagi santriwati, pelecehan ini tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang bisa bertahan seumur hidup. Rasa percaya diri yang hancur, ketakutan yang terus menghantui, dan bahkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, sering kali menjadi bagian dari kehidupan korban setelah mengalami pelecehan.

          Tidak hanya itu, pelecehan seksual di lingkungan pesantren juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Pesantren yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pendidikan moral, malah dicemari oleh tindakan segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan yang besar dan bisa mempengaruhi reputasi pesantren secara keseluruhan.


C. Salah satu faktor Pelecehan Seksual Bisa Terjadi

          Ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya pelecehan seksual di lingkungan pesantren diantaranya:.

1. konsep kesetaraan dan keadilan gender belum sepenuhnya diterima oleh semua pesantren. 

            Menurut Muhammad Naziful Haq,  seorang staf dari International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), gagasan keadilan gender masih menimbulkan perdebatan di beberapa pesantren karena dianggap mengandung nilai-nilai Barat.

        Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa konsep tersebut tidak sejalan dengan ajaran Islam dan dapat merusak tatanan serta nilai-nilai pesantren. Kekhawatiran ini membuka peluang bagi munculnya kasus kekerasan seksual di pesantren yang belum menerapkan pemahaman keadilan gender.

2. Prinsip 'kepatuhan total' (sami'na wa atha'na) 

       Prinsip tersebut di pesantren terkadang menjadi alat untuk menekan korban. Walaupun prinsip ini penting sebagai bentuk adab santri kepada Kyai, atau hubungan antara anak dengan orang tua, dan yang muda kepada yang tua dalam hal-hal yang baik, jika disalahgunakan, prinsip ini dapat menjadi celah untuk melakukan kejahatan, termasuk kekerasan dan pelecehan seksual.

       Di samping itu, Siti Komariah (2022) menyebutkan bahwa konsep 'kepatuhan total' di pesantren cenderung mengultuskan para pemimpin pesantren, yang justru bisa menjadi bumerang bagi santri.

3. penyalahgunaan kekuasaan. 

            Masih banyak pimpinan pesantren yang sering menyalahgunakan status atau jabatannya yang dianggap sakral untuk mendapatkan kepercayaan korban dan orang-orang di sekitarnya, guna melakukan kekerasan dan pelecehan seksual.

          Penelitian Geoff McMaster (2020) berjudul "Researches Reveal Patterns of Sexual Abuse in Religion Settings" menjelaskan bahwa karakteristik lembaga agama, termasuk pesantren, seperti kekuasaan, patriarki, ketaatan, dan penghormatan terhadap figur otoritas, justru dapat mempermudah terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual.

4. doktrin 

        Doktrin yang dibalut dengan label agama sering digunakan sebagai alat untuk mendominasi.

5. regulasi di negara 

         Regulasi negara kita tampaknya belum mampu menjangkau secara efektif kasus kekerasan seksual di pesantren.


D. Langkah Menuju Perubahan

      1. mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang serius dan terkoordinasi dari berbagai pihak. Pertama, perlu ada peningkatan kesadaran di kalangan pengasuh, santri, dan masyarakat mengenai pentingnya melindungi santriwati dari segala bentuk pelecehan seksual. Edukasi tentang hak-hak santriwati dan prosedur pelaporan pelecehan harus menjadi bagian integral dari kurikulum pesantren.

     2. lembaga pesantren perlu menerapkan kebijakan yang tegas dan transparan dalam menangani kasus pelecehan seksual. Pengawasan yang ketat dan independen harus dilakukan untuk memastikan bahwa lingkungan pesantren benar-benar aman bagi semua santri. Selain itu, korban pelecehan harus diberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk bantuan hukum maupun layanan psikologis.

     3. pemerintah dan organisasi masyarakat sipil harus lebih proaktif dalam menangani dan mencegah pelecehan seksual di lingkungan pesantren. Penegakan hukum yang adil dan konsisten sangat penting untuk memastikan bahwa pelaku pelecehan mendapat hukuman yang setimpal, dan bahwa pesantren tetap menjadi tempat yang suci dan aman bagi para santri.


E. Kesimpulan

         Pelecehan seksual di lingkungan pesantren adalah masalah serius yang tidak boleh diabaikan. Kepercayaan dan amanah yang diberikan kepada pengasuh pesantren harus dijaga dengan baik, demi melindungi masa depan santriwati dan menjaga reputasi lembaga pesantren. Dengan kesadaran, kebijakan yang tepat, dan penegakan hukum yang tegas, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan bermartabat bagi semua santri di pesantren.


*DISCLAIMER: Artikel ini tidak bermaksud untuk merendahkan nilai-nilai agama, keyakinan tertentu, persepsi terhadap dunia pesantren. melainkan untuk mengajak refleksi dan perbaikan bersama demi kebaikan seluruh pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun