Mohon tunggu...
Mujib Almarkazy
Mujib Almarkazy Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk memanen pahala

Menulis itu adalah rangkaian dari huruf itu-itu saja bisa membuat sedih atau bahagia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Jabatan yang "Mewakili Tuhan" dari Kacamata Al Quran

21 Januari 2020   07:07 Diperbarui: 21 Januari 2020   12:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum dunia diciptakan tuhan sebagai pengejawantahan terhadap kekuasaan-Nya. Tidak ada sebab-akibat yang terjadi kecuali telah digariskan oleh-Nya. Manusia adalah makhluk superior yang Allah ciptakan sendiri. 

Dengan berbagai kekurangan apa adanya tentunya. Manusia diberikan tanggung jawab untuk mengurus dunia untuk mewakili sang pencipta. Hal ini bisa dibaca dari firman-Nya. 

"Ketika Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya:"Aku hendak menciptakan (manusia) sebagai khalifah-Ku di bumi." (QS. Al-Baqarah: 30) 

Dalam dialog Allah SWT. Dengan malaikat tersebut, seakan malaikat menyangsikan capability (kemampuan) dari calon makhluk tersebut. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang layak karena begitu banyak tasbih dan zikir yang mereka senantiasa lakukan. Kemudian Allah SWT., Membuat uji kandidat calon Khalifah tersebut setelah diciptakan. 

Sang Adam yang dikaruniai akal oleh Allah mampu menunjukkan secara meyakinkan, bahwa ia lebih mampu untuk memimpin dan menjabat posisi Khalifah dimaksud dibandingkan para malaikat. 

Dengan akalnya Adam memberikan "Asma" nama. Ia mampu menjelaskan sifat dan atau memberi nama sesuai dengan sifat yang ada pada makhluk di bumi kepada malaikat dihadapan majelis Allah SWT. 

Sejak saat itu Sang Adam dan keturunannya dilantik menjadi khalifah, wakil Allah dipermukaan bumi. Terlepas dari cerita miring mengenai "kesalahan" sang khalifah pertama di surga ujian itu. Tindakan yang dianggap salah bagi sebagian orang itu hanyalah sebab yang telah digariskan oleh Sang Kreator untuk Adam as, turun ke bumi menjalankan tugasnya. Ia diciptakan bukan untuk menjadi khalifah di surga tapi di bumi. 

Khalifah bermakna wakil. Seperti julukan Sayyidina Abu Bakar ra, sebagai Khalifah Rasulullah Saw. Ia dipanggil seperti itu karena dialah pengganti atau yang mewakili Rasulullah Saw, dalam menegakkan agama dan melindungi umat yang ada dibawah kepemimpinannya. 

Makna khalifah tidak selamanya identik dengan sistem kepemimpinan yang dianut oleh sebagian paham. Semacam satu ormas yang memperjuangkan satu sistem kepemimpinan yang dianggap itu satu-satunya sistem yang turun dari langit untuk diperjuangkan. 

Padahal sejak Khalifah pertama dan para Nabi selanjutnya, Allah tidak mewajibkan sistem tertentu secara khusus. Cuman secara garis besar kepemimpinan Islam haruslah berdasarkan musyawarah. Hal ini telah diulas panjang lebar oleh Buya Hamka dalam bukunya, "Keadilan Sosial dalam Islam".

"Atas Rahmat Allah kamu berlaku kasih sayang kepada mereka. Jika kamu berlaku kasar dan berhati bengis, mereka akan lari menjauhi mu. Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun atas mereka dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam urusan itu. Jika keputusan telah diambil maka bertakwalah kamu dalam menjalankannya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Al-Imran: 159). 

Asas kepemimpinan dan manajemen jelas. Berdasarkan kasih-sayang dan musyawarah. Hal ini sesuai dengan amanat dalam sila keempat. "Kebijaksanaan dalam hikmat permusyawaratan...". Filosofi kepemimpinan adalah "Dengan cinta, kebersamaan dan musyawarah untuk mencapai tujuan kebahagiaan."

Jabatan dan Khalifah.

Tujuan diciptakan manusia sudah jelas, untuk beribadah kepada Sang Pencipta. 

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku." (QS. Adz Zariyat:56)

Semua potensi yang tuhan berikan, harta, kecerdasan, prestasi, keluarga, dan jabatan adalah sebagai sarana untuk mengabdi kepada-Nya. 

Sudah disinggung sejak awal, bahwa khalifah bermakna mewakili. Pejabat adalah pemangku kebijakan untuk mewakili sifat kasih sayang dari Allah dan mewakili orang yang dibawahi. 

Tentunya, orang yang dibawahi menginginkan kemajuan dan kesejahteraan. Maka, pejabat adalah seorang konektor antara tuhan dan umat. Dalam Islam dikenal dengan "Hablum minallah dan Hablum minannas". 

Ada catatan khusus yang perlu diperhatikan adalah fungsi kekhalifahan tidak berlaku pada satu posisi saja. Seperti pemimpin tertinggi, tapi berlaku kepada semua lapisan. 

Dalam artian semua bentuk pekerjaan adalah mewakili tuhan dalam fungsi positif sebagai pelayan masyarakat atau menjalankan tupoksi sebagai amanah yang diembannya. 

Singkat kata, kuli adalah khalifah, petani adalah khalifah, wartawan adalah khalifah, hakim adalah khalifah, pengusaha adalah khalifah, mahasiswa adalah khalifah, guru atau dosen adalah khalifah, dokter adalah khalifah. 

Semua profesi dan tugas adalah khalifah. Semua pekerjaan adalah sarana memanen pahala jika benar dalam bertugas dan bisa menjadi ladang dosa jika keliru dan curang dalam meraih jabatan dan mengembannya.

Fungsi Kontrol

Allah SWT, yang menciptakan manusia. Dia pula yang mengetahui kelemahan dan kealpaan yang akan terjadi padanya. Maka dalam menjalankan fungsi kekhalifahan, Allah memberikan perintah yang lain kepada manusia agar turut menjalankan kontrol kepada "khalifah" lainnya. Agar tugas kemanusiaannya berjalan sebagaimana mestinya. 

"Dan hendaknya ada sekumpulan diantara kamu orang yang mengajak kepada yang baik, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari kemungkaran. Dan mereka (yang saling mengingatkan) itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Imran: 104).

Allah sebagai penggagas dan pencipta sistem dalam tubuh manusia. Mengetahui jelas akan ada ketimpangan dalam menjalankan tugasnya. Maka fungsi kontrol pada sebagian lainnya adalah cara yang jitu agar roda kepemimpinan dan layanan masyarakat senantiasa berjalan sesuai tupoksi dan tujuan penciptaan dimaksud. Jika fungsi kontrol telah bersinergi dengan pemangku kebijakan maka akan tercipta masyarakat yang sukses dan beruntung. 

"Bekerjalah kamu. Maka, Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman akan menyaksikan apa yang kamu karyakan. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada-Nya. Dia akan memberitahukan (ganjaran pahala atau siksa) terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. At Taubah: 105)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun