Mohon tunggu...
MUJIANTO
MUJIANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Darul Qur'an Jakarta

hidup tak seindah yang kita bayangkan, tetapi tak tak seburuk yang kita pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila di Era Globalisasi

8 November 2021   15:08 Diperbarui: 8 November 2021   16:00 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa yang mengatakan dunia tak sebesar daun kelor, itu benar adanya. Ketika kita menginginkan makanan hotdog khas Amerika, kita tidak perlu jauh-jauh untuk terbang ke negara asalnya. Bahkan sekarang ini hanya dengan menggunakan gawai, semua didapatkan dengan mudah. Berita tentang virus dapat dengan cepat sampai ke desa-desa terpencil di Indonesia. Itulah, salah satu efek adanya globalisasi.

Budaya-budaya luar dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Seperti masuknya budaya Jepang dan Korea. Ditambah dengan adanya pandemi seperti sekarang yang serba dilakukan dengan daring. Melalui media, masyarakat dengan mudah mengikuti tren tanpa terlebih dahulu disaring bahkan bertentangan dengan nilai budaya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Globalisasi adalah proses masuknya keruang lingkup dunia.

Selain budaya yang dapat terpengaruh akibat adanya globalisasi. Bisa kita lihat banyaknya produk-produk luar yang disenangi oleh kaum muda pada saat ini. Seperti produk perawatan wajah dan makanan yang berasal dari negeri ginseng selain itu drama-dramanya cukup banyak digandrungi. 

Pemikiran yang mesti diubah dari masyarakat kita itu bahwa tidak semua barang yang berasal dari luar negeri itu layak dipakai di Indonesia. Padahal begitu banyak produk-produk lokal yang tak kalah bagus dan bahkan dengan harga yang lebih mudah dijangkau baik dari kalangan bawah sampai atas.

Pada dasarnya produk-produk diluar sana, diproduksi berdasarkan bagaimana iklim dan kebiasaan-kebiasan yang berlaku di negara asalnya. Maka bukan menjadi jaminan kalau produk yang berasal dari luar itu cocok untuk masyarakat Indonesia.

Pada era globalisasi penggunaan bahasa inggris penting untuk digunakan. Dapat kita temui, anak-anak yang mulai menyepelekan bahasa Indonesia dan akan berakibat sulitnya mengutarakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 

Pengajaran bahasa Inggris yang terbebas dari belenggu kolonial adalah jalan untuk merengkuh globalisasi tanpa menggadaikan harga diri. Maka dari itu bukan berarti kita harus melupakan bahasa kita sendiri.

Penjajahan bahasa bukan sekedar ditandai dengan maraknya kebutuhan bahasa Inggris atau masuknya istilah-istilah asing dalam perbendaharaan bahasa nasional. 

Adanya kesadaran bahwa bahasa asing adalah panutan yang harus ditiru sedangkan bahasa lokal dianggap ketinggalan zaman, disitulah letak penjajahan bahasa.

Globalisasi memang tidak bisa untuk dihindari namun dapat kita sikapi dengan baik. Seperti menyaring budaya yang masuk, membeli produk lokal yang bahkan tak kalah bagus dengan produk luar, memahami arti nilai-nilai pancasila dan memanfaatkaan adanya forum kerja sama Internasional untuk memperkenalkan Indonesia pada bangsa lain.

Selain kita harus melawan arus globalisasi dari luar, kita bahkan harus melawan ancaman dari dalam. Dimulai dari banyaknya masyarakat yang masih meremehkan adanya virus corona, tidak taat akan adanya prokes pemerintah dan terbaru seperti adanya masyarakat yang masih meragukan vaksin. Masyarakat kita, sekarang lebih cenderung memilih mempercayai apa yang ingin mereka percayai dibandingkan fakta yang ada dilapangan.

Namun walaupun begitu, sebagai mahasiswa kita tidak boleh bersikap tidak peduli atas apa yang terjadi saat ini. Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa dikala pandemi seperti ini. Seperti melaksanakan dan mengajak masyarakat untuk melakukan prokes dengan baik dan benar. 

Menjadi relawan bantuan logistik untuk makanan, obat-obatan ataupun menggalang donasi untuk mereka yang membutuhkan bantuan pada saat ini. Bahkan bukan hanya mahasiswa saja yang dapat melakukan hal tersebut, seluruh rakyat Indonesia selayaknya mampu melakukan hal tersebut.

Satu-satunya cara untuk melawan itu semua dengan ampuh adalah dengan memperkuat persatuan bangsa. Dengan menerapkan nilai-nilai pancasila pada kehidupan dapat meningkatkan rasa nasionalisme kita. Pancasila merupakan antitesis dari imperialisme dan kolonialisme yang terjadi selama 350 tahun di bumi nusantara. Maka dari itu nilai luhur Pancasila perlu digali untuk menanggulangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia.

Sebagai warga negara, sudah seharusnya kita menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila. Walaupun masih banyak masyarakat kita yang kurang sadar akan hal tersebut. Alangkah baiknya, jika kesadaran tersebut kita tanamankan pada diri kita terlebih dahulu. Barulah kita mengajak masyarakat untuk saling menerapkan nilai-nilai pancasila.

Dapat disimpulkan bahwa segala permasalahan yang ada, dapat diselesaikan dengan adanya persatuan dan kesatuan. Dengan adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia bisa lebih maju, segala perbedaan dapat diatasi dengan cepat serta mempertahankan ketahanan nasional baik ancaman dari dalam ataupun luar, terutama akibat adanya globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun