A. Â Â Â Â Pendahuluan
SMA Negeri 1 Sampung sebagai  salah satu sekolah yang terletak di daerah pinggiran Kabupaten Ponorogo memiliki siswa-siswi dengan karakteristik berbeda dengan SMA di wilayah     perkotaan. Sekolah         menengah    atas       yang   sejatinya mencetak lulusan   untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, pada kenyataannya tidak sampai 30% lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Daya dukung orang tua yang cukup rendah karena alasan ekonomi,  ajakan teman/saudara untuk bekerja, dua hal tersebut yang membuat lulusan cenderung memilih bekerja dari pada melanjutkan. Adapun mereka yang melanjutkan hampir semua dengan biaya bantuan, baik itu bidikmisi ataupun program mahasiswa asuh di kampus swasta di kabupaten Ponorogo.
Untuk membekali kemampuan siswa tersebut pihak sekolah melaksanakan program pengembangan kewirausahaan untuk melatih kemandirian bagi siswa siswi SMA Negeri 1 Sampung Ponorogo pasca lulus sekolah. Menurut Takdir dkk (2015: 20): kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko dengan sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya. Sedangkan Menurut Purwana & Wibowo (2017: 30) Pendidikan kewirausahaan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar, terencana melalui kurikulum dan aplikatif untuk membangun karakter kewirausahaan dalam diri anak didik, baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga mereka memiliki kompetensi diri yang diwujudkan dalam prilaku kreatif inovatif dan berani mengelola resiko.
Istilah "kemandirian" berasal dari kata dasar "diri" yang mendapat awalan "ke" dan akhiran "an", kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian berasal dari kata dasar "diri", maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian adalah autonomy (Desmita, 2017).
Menurut Monks, dkk (dalam Astuti, 2013) mengatakan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, mampu menerima realita serta dapat memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan diri.
Selanjutnya kemandirian menurut Steinberg (dalam Purbasari, 2016) dapat diartikan sebagai kemampuan remaja dalam berpikir, merasakan dan membuat keputusan secara pribadi berdasarkan diri sendiri dibandingkan mengikuti apa yang orang lain percayai.
Berdasarkan definisi di atas kemandirian adalah suatu keadaan pada seseorang untuk mengontrol tindakan diri sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri tanpa harus adanya bimbingan orangn tua atau orang dewasa lainnya dan mampu melakukan suatu hal untuk dirinya sendiri, memiliki harsat bersaing untuk maju demi kebaikkan dirinya, mempunyai inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, merasa puas dengan hasil usahanya, dan mampu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Menyadari pentingnya jiwa entrepreneur untuk kemandirian siswa, maka SMA Negeri 1 Sampung mengembangkan program kewirausahaan sebagai salah satu budaya untuk meanamkan jiwa kewirausahaan dan mewadahi potensi keterampilan berwirausaha sebagai salah satu bekal kemampuan meningkatkan kualitas hidup di era yang terus berkembang.
Keberadaan program double  track  yang diadakan  oleh Dinas  Pendidikan Provinsi Jawa  Timur  bekerja sama   dengan ITS Surabaya merupakan wujud upaya nyata, bahwa pemerintah provinsi Jawa Timur berkomitmen mengurangi tingkat pengangguran dan disiapkan sejak usia SMA. Program double track di SMA Negeri 1 Sampung  telah berjalan pada tahun ke lima sangat bermanfaat bagi sekolah dan juga bagi siswa . Peningkatan kualitas pelatihan dan pemasaran produk semakin diprioritaskan, sehingga melalui program double track yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Jawa Timur bisa mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Program Double Track juga sangat sesuai dengan Visi SMA Negeri 1 Sampung, yaitu "Terwujudnya insan yang "Beriman dan bertaqwa, Berwawasan global, terampil, peduli lingkungan,Berkarakter dan Berbudaya bangsa "
B. Â Pembahasan
Secara geografi SMA Negeri 1 Sampung terletak di Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Â Wilayah Kecamatan Sampung terletak pada ketinggian antara 91 meter hingga 381 meter di atas permukaan laut. Batas sebelah utara berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Â Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Sukorejo, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Badegan dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri.