Mohon tunggu...
MUJDALIFAH
MUJDALIFAH Mohon Tunggu... Wiraswasta - Geografi

Mahasiswa Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Valuasi Ekonomi dengan Metode WTP dan WTA Nilai Air PDAM Rumah Tangga

20 Desember 2023   23:04 Diperbarui: 20 Desember 2023   23:15 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penentuan nilai air PDAM untuk rumah tangga melalui metode Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA) memberikan gambaran tentang seberapa besar konsumen bersedia membayar untuk layanan air bersih atau seberapa besar kompensasi yang mereka minta untuk menerima perubahan dalam pasokan air.

Pendahuluan

Valuasi ekonomi dengan metode Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA) adalah dua pendekatan yang digunakan untuk menghitung nilai jasa lingkungan yang hilang dan nilai ekonomi dampak lingkungan. Valuasi ekonomi dengan metode WTP (Willingness to Pay) adalah teknik valuasi ekonomi yang menanyakan kepada individu tentang nilai atau harga suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar. Metode ini menentukan preferensi konsumen terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar. Dalam penelitian, WTP digunakan untuk mengetahui seberapa besar masyarakat bersedia membayar untuk mendapatkan manfaat dari suatu proyek atau program. Sedangkan valuasi ekonomi dengan metode WTA (Willingness to Accept) adalah teknik valuasi ekonomi yang menanyakan kepada individu tentang nilai atau harga suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar. Metode ini digunakan untuk mengukur nilai ekonomi dari suatu dampak negatif lingkungan dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar kompensasi yang mereka butuhkan untuk menerima kerusakan lingkungan yang terjadi. Keduanya memiliki keuntungan dalam menilai sumber daya berkaitan erat dengan sistem penguasaan yang baik dan dapat digunakan untuk mengukur kehilangan ekonomi akibat kerusakan lingkungan.

Di Indonesia, pelayanan publik bidang penyediaan dan pegelolaan air bersih dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di masing-masing kabupaten / kota di setiap provinsi. Dari waktu ke waktu jumlah permintaan air bersih PDAM oleh Rumah Tangga di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin sulitnya mendapatkan air bersih. Sampai saat ini penetapan harga berlangganan air (PDAM) ditetapkan berdasarkan sudut pandang PDAM sebagai produsen saja. Ini mengindikasikan bahwa selaku produsen, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bertindak sebagai monopolis yang menetapkan harga belum berdasarkan dengan harga pasar. Alasan yang menjadi dasar berpijak adalah karena air merupakan barang publik yang mesti didistribusikan kepada masyarakat atas dasar keadilan. Dalam keadaan semacam ini menunjukkan adanya diskriminasi penentuan harga/tarif air (PDAM) berdasarkan kelompok konsumen. Oleh karena itu, untuk memenuhi asumsi teori permintaan tersebut maka variabel harga atau tarif dapat diproksi dengan konsep willingness to pay (WTP). Proksi harga/tarif dengan WTP diartikan sebagai upaya untuk memperoleh langsung berapa kesediaan untuk membayar oleh konsumen terhadap harga/tarif air (PDAM) yang digunakan dan untuk menentukan nilai kompensasi yang individu atau rumah tangga perlukan untuk menerima perubahan yang tidak diinginkan dengan konsep Willingness to Accept (WTA).

Hasil Pembahasan

Metode WTP

Metode WTP (Willingness to Pay) digunakan untuk menentukan seberapa besar konsumen bersedia membayar untuk mendapatkan suatu barang atau jasa, terutama ketika barang atau jasa tersebut tidak memiliki harga pasar. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat membantu dalam menentukan nilai penawaran suatu produk atau jasa yang tidak memiliki harga pasar. Dalam operasionalnya untuk menentukan nilai Willingness To Pay (WTP) melalui pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dilakukan lima tahapan kegiatan atau proses, yaitu:

  • Membuat pasar hipotetis Pasar hipotetis dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada responden tentang permasalahan yang sedang dihadapi. Peneliti mendeskripsikan keadaan seolah-olah permasalahan yang sebenarnya tampak didepan mata. Responden diharapkan mampu mencermati dengan baik sehingga dapat memberikan nilai yang WTP yang maksimal.
  • Mendapatkan nilai lelang/penawaran (bids) WTP Untuk memperoleh nilai lelang/penawaran dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Tujuannya adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap permintaan air bersih PDAM. Nilai lelang/penawaran ini dilakukan dengan teknik membuat pertanyaan berstruktur sehingga akan diperoleh nilai WTP yang maksimum.
  • Menghitung nilai rata-rata WTP Nilai ini didasarkan nilai lelang/penawaran (bid) yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai "mean" (rataan) dan nilai "median" (nilai tengah). Pada tahap ini akan diperhatikan kemungkinan timbulnya "outlier" (nilai yang sangat jauh menyimpang dari nilai ratarata).
  • Memperkirakan kurva lelang (bids) Kurva lelang (bid curve) diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel terikat dengan Harga (P), pendapatan (P), ukuran/luas bangunan rumah (SHB), jumlah anggota keluarga (NFAM), dan usia kepala rumah tangga (AGE), sebagai variabel bebasnya. Maka secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut:
  • WTP = f (P,Y,SHB, NFAM,AGE) 
  • Mengagregatkan data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan nilai rata-rata lelang/penawaran yang diperoleh pada tahap ke-tiga. Proses ini melibatkan konversi dari data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga didalam populasi.
  • Analisis Persepsi Responden Karakteristik sosial ekonomi responden dianalisis secara deskriptif. Hal ini akan sangat berguna sekali dalam memberikan gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Willingnes To Pay (WTP) responden.

Pertanyaan (1) : Apakah anda bersedia membayar untuk permintaan air bersih PDAM di kelompok Rumah Tangga?

Jawaban: "Ya, saya bersedia membayar untuk layanan air bersih PDAM karena ketersediaan air bersih sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Saya menganggapnya sebagai kebutuhan dasar yang perlu diakomodasi dalam anggaran rumah tangga."

Pertanyaan (2) : Berapa nilai maksimum yang Anda bersedia bayar untuk layanan air bersih dari PDAM?

Jawaban: "Saya bersedia membayar hingga [jumlah tertentu] per bulan untuk layanan air bersih dari PDAM. Angka ini mencerminkan sejauh mana saya menghargai kualitas dan keandalan pasokan air bersih di rumah saya, dan tentu saja, akan bergantung pada kualitas pelayanan yang saya terima."

Metode WTA

Metode WTA (Willingness to Accept) digunakan untuk menentukan nilai kompensasi yang individu atau rumah tangga perlukan untuk menerima perubahan yang tidak diinginkan dalam pasokan air bersih, seperti penurunan kualitas atau gangguan layanan.

Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi suatu barang atau layanan yang tidak memiliki harga pasar langsung, seperti keberlanjutan lingkungan atau, dalam konteks ini, nilai air bersih dari PDAM. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menggunakan CVM untuk menentukan Willingness To Accept (WTA):

  • Identifikasi Studi dan Populasi Target: tentukan tujuan studi, seperti menilai nilai ekonomi layanan air bersih dari PDAM. Identifikasi populasi target, yaitu orang-orang yang menggunakan atau dipengaruhi oleh layanan tersebut.
  • Pemilihan Variabel dan Atribut: tentukan variabel dan atribut yang akan dievaluasi. Misalnya, frekuensi pasokan air, kualitas air, atau tingkat pelayanan.
  • Pengembangan Skenario CVM: kembangkan skenario yang menjelaskan perubahan dalam layanan air bersih yang akan dievaluasi oleh responden. Skenario ini harus realistis dan dapat dimengerti oleh populasi target.
  • Pengembangan Pertanyaan: rancang pertanyaan survei untuk mengukur Willingness To Accept (WTA) responden. Pertanyaan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan perkiraan nilai yang realistis.
  • Implementasi Survei: lakukan survei kepada populasi target menggunakan pertanyaan dan skenario yang telah dikembangkan. Pastikan bahwa metode dan alat pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik responden.
  • Analisis Data: kumpulkan data dari survei dan analisis data tersebut untuk mengidentifikasi pola dan tren dalam nilai yang diberikan oleh responden. Gunakan metode statistik dan ekonometri untuk menginterpretasikan hasil.

Pertanyaan (1) : Berapa jumlah kompensasi yang Anda anggap cukup untuk menggantikan pasokan air PDAM di rumah tangga Anda dengan sumber air alternatif seperti sumur atau pengolahan air pribadi?

Jawaban: "Saya akan mempertimbangkan untuk meninggalkan pasokan air PDAM jika saya mendapatkan kompensasi sebesar jumlah tertentu, yang dapat digunakan untuk membangun dan memelihara sistem air alternatif di rumah saya."

Pertanyaan (2) : Sejauh mana Anda bersedia menerima gangguan dalam pasokan air PDAM jika kompensasi yang ditawarkan mencukupi kebutuhan dan keinginan Anda?

Jawaban: "Saya bersedia mengalami gangguan sementara dalam pasokan air PDAM jika kompensasi yang diberikan mencakup biaya pengadaan dan pemeliharaan sumber air alternatif serta memberikan perlindungan terhadap dampak negatif yang mungkin timbul."

Pertanyaan (3) : Apakah ada faktor khusus, seperti waktu tanpa air atau kualitas air yang memengaruhi seberapa besar kompensasi yang Anda perlukan untuk bersedia menerima perubahan dalam pelayanan air bersih?

Jawaban: "Saya akan mempertimbangkan faktor waktu tanpa air dan kualitas air dengan serius. Kompensasi yang saya perlukan akan bergantung pada seberapa lama pasokan air terganggu dan standar kualitas air yang dijamin."

Pertanyaan (4) :Bagaimana peningkatan atau penurunan kualitas layanan air PDAM dapat memengaruhi tingkat kompensasi yang Anda pertimbangkan?

Jawaban: "Peningkatan kualitas layanan dapat mengurangi jumlah kompensasi yang saya butuhkan, sementara penurunan kualitas layanan dapat meningkatkannya. Saya ingin memastikan bahwa kompensasi mencerminkan mutu pelayanan yang saya terima."

Pertanyaan (5) :Apakah terdapat kebijakan atau layanan tambahan dari PDAM yang dapat menjadi faktor penentu dalam menentukan nilai kompensasi yang diinginkan?

Jawaban: "Kebijakan atau layanan tambahan, seperti program pemeliharaan sistem air alternatif atau jaminan kelancaran pasokan air dalam kondisi darurat, dapat memengaruhi seberapa besar kompensasi yang saya pertimbangkan.".

Kesimpulan 

Penentuan nilai air PDAM untuk rumah tangga melalui metode Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA) memberikan gambaran tentang seberapa besar konsumen bersedia membayar untuk layanan air bersih atau seberapa besar kompensasi yang mereka minta untuk menerima perubahan dalam pasokan air.

Willingness to Pay (WTP):

  • Nilai Layanan: Metode WTP memberikan gambaran nilai yang ditempatkan oleh konsumen pada layanan air bersih PDAM. Ini mencerminkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap pasokan air yang andal dan berkualitas.
  • Determinan Harga: Menentukan harga yang dapat diterima oleh konsumen untuk mempertahankan atau meningkatkan layanan air bersih. Ini membantu otoritas penyedia air dalam menentukan tarif yang wajar dan dapat diterima oleh masyarakat.
  • Kelayakan Finansial: Memberikan informasi tentang sejauh mana masyarakat bersedia memasukkan biaya layanan air PDAM ke dalam anggaran rumah tangga mereka, mencerminkan kelayakan finansial dan prioritas pengeluaran.

Willingness to Accept (WTA):

  • Harga untuk Kompensasi: Metode WTA memberikan wawasan tentang seberapa besar konsumen menghargai pasokan air bersih dan seberapa mahal kompensasi yang mereka butuhkan untuk menerima perubahan dalam pelayanan.
  • Toleransi terhadap Gangguan: Mengidentifikasi sejauh mana konsumen bersedia menghadapi gangguan atau perubahan dalam pasokan air PDAM. Ini dapat memberikan informasi tentang tingkat ketahanan masyarakat terhadap perubahan.
  • Penetapan Kebijakan: Membantu otoritas penyedia air dan pemerintah dalam merancang kebijakan yang meminimalkan ketidaknyamanan atau dampak negatif pada konsumen dengan memberikan kompensasi yang memadai

Daftar Pustaka

Analisis Willingness To Pay Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Masyarakat Sebagian Desa Sitimulyo Dan Bawuran Garda Rika Harini Penilaian Sumberdaya Air Di Desa Sitimulyo Dan Bawuran Dapat Dilakukan Dengan Analisis Kesediaan Membayar Atau WTP . Nilai WT. (N.D.). 2.

Asrizal, Syahnur, S., & Nasir, M. (2018). Analisis Kemauan Masyarakat Dalam Membayar Tarif Air Minum Pdam Sektor Rumah Tangga Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Indonesia, 5(1), 67--82.

Erfrissadona, Y., Sulistyowati, L., & Setiawan, I. (2020). Valuasi Ekonomi Lingkungan AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN (Suatu Kasus Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat). JSEP (Journal Of Social And Agricultural Economics), 13(1), 1. Https://Doi.Org/10.19184/Jsep.V13i1.15784

Putri, N. R., Fauzi, M., & Sandhyavitri, A. (2015). Analisis Willingness To Pay (Wtp) Dan Kebutuhan Air Bersih Di Kota Pekanbaru. Jom FTEKNIK, 2(2), 251--256.

Sutjahjo, N., Anggraini, F., & Pamekas, R. (2011). Konsumsi Dan Pelanggan Air Minum Di Kota Besar Dan Metropolitan. Jurnal Permukiman, 6(3), 138. Https://Doi.Org/10.31815/Jp.2011.6.138-146

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun