“Whats?? Kenapa ?” tanya Bagus heran.
Karena nungguin kamu Gus... gumam Gina dalam hati.
“Kamu gimana ?” tanya Gina malas. Takut akan jawaban Bagus. Selama ini ia memang selalu takut akan kata ending atau akhir. Ia bahkan tak pernah baca buku hingga akhir karena ia takut akhirnya tidak seperti yang ia inginkan.
“Aku....” Bagus menahan katanya sambil mengambil hape nya dan mulai mencari sesuatu.
“Lihat deh ini...” kata Bagus sambil memperlihatkan sebuah foto di hape nya.
Gina melihatnya, foto keluarga.
“Itu foto ku dan anak-anak. Anakku sudah 2 Gin...” ia menerangkan dengan cerianya, seolah ingin mengatakan pada dunia kalau saat ini ia lelaki paling bahagia.
“Ohhhhhhh....” cuma itu yang bisa keluar dari mulut Gina.
Setelah itu lagi-lagi percakapan didominasi oleh Bagus, dan Gina cuma oh-ah-ih-uh-eh saja.
Gina begitu sibuk dengan pikirannya, bagaimana bisa ia mengharapkan orang yang sama sekali tak memandangnya, tak mengacuhkannya, bahkan mungkin tak menyadari kehadirannya.
Hati memang tak bisa ditebak. Mata pun tak dapat dipercaya. Rasa juga bisa berdusta.