Tayangan fantasi memiliki penggemar tersendiri. Beberapa film fantasi yang terkenal adalah trilogi Lord of the Rings dan Harry Potter, keduanya diadaptasi dari novel yang terkenal pula.
Pada serial televisi, serial fantasi paling populer dalam satu dekade ini disematkan pada serial Game of Thrones (GoT) yang tayang di HBO selama delapan musim. Basis penggemarnya juga sangat fanatik dan besar.
Serial GoT diadaptasi dari novel fantasi yang berjudul A Song of Ice and Fire yang kemudian menginspirasi George R. R.Â
Martin untuk membuat serial televisi GoT. Menariknya adalah ketika serial GoT sudah tayang di televisi, rangkaian novel tersebut belumlah selesai.Â
Artinya Penulisan rangkaian novel terus berlanjut berbarengan dengan tayangnya serial GoT di televisi.
Setelah serial ini berakhir di tahun 2019, terdapat kekosongan bagi para penggemar konten fantasi. Pada momentum inilah Netflix merilis adaptasi live-action dari serial The Witcher yang diadaptasi dari novel fantasi yang ditulis oleh penulis Polandia Andrzej Sapkowski. The Witcher juga sangat populer dan terkenal melalui game Geralt of Rivia.
Kedua serial fantasi ini sangatlah luar biasa dari sisi lingkungan, kostum, pencahayaan, efek visual, dan biaya produksi. Pertanyaannya adalah apakah The Witcher mampu menyamai atau bahkan melampaui kesuksesan yang diraih oleh Game of Thrones?
Untuk menjawabnya tentunya masing-masing orang punya pendapat dan analisanya sendiri. Namun sebagai penikmat film atau tayangan yang bertema kerajaan, budaya Geek dan heroik, menonton The Witcher pada musim pertama harus diakui memang tidak bisa lepas dari bayang-bayang serial GoT.
Keduanya memiliki latar gelap yang cukup mendominasi, sesuatu yang sangat akrab dengan penggemar fantasi. Ditambah dengan adanya peran berbaju besi, konsep bahwa pahlawan bisa mati dan kebaikan tidak selalu menang menjadikan cerita semakin menarik. Dan tentu saja intrik politik menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita.
Keseluruhan episode pada musim pertama The Witcher, berpusat pada 3 tokoh yaitu Geralt sang Penyihir pembunuh monster, Yennifer seorang penyihir, dan Cirilla seorang putri yang memiliki kekuatan jeritan ajaib.
Jika pada GoT penonton disuguhkan ke dalam plot cerita yang rumit dan melekat pada beragam karakter yang dikembangkan, maka pada The Witcher menonjolkan karakter dan perkembangan pada tokoh utama dengan sisi sihir dan sejumlah besar monster yang berbeda.
Memprediksi kesuksesan The Witcher tampaknya terlalu dini jika hanya melihat dari musim perdananya. Karena biar bagaimanapun penilaian kesuksesan GoT disimpulkan setelah delapan musim tayang dengan cerita dan tokoh yang terus berkembang dan semakin menarik pada setiap musimnya.
Agar seimbang, maka sebaiknya membandingkannya setara antara musim pertama GoT dan musim pertama The Witcher. Itu baru pas.
Henry Cavill sebagai Geralt dari Rivia, dengan nama besar sebagai aktor ternama tentu menjadi daya tarik tersendiri terhadap tayangan ini. Karakter Superman begitu melekat padanya menjadi semacam jaminan kesuksesan. Tentu selain chemistry antara Cavil dengan kedua tokoh utama lainnya juga sangat baik.
Namun ada sedikit kebingungan yang muncul bagi saya dan bisa jadi dialami oleh penonton setelah menuntaskan musim pertama The Witcher.
Catatan ini terletak pada alur cerita yang tidak linier pada setiap episodenya. Bisa dibilang alur ceritnya melompat-lompat dan cukup rumit dalam beberapa kasus karena berkisar pada tiga karakter yang masing-masing memiliki garis waktu sendiri. Dari sekarang, kita kembali ke masa lalu dan kemudian ke masa depan. Setelah itu, kita melihat garis waktu kembali ke masa lalu lagi.
Hal inilah yang mungkin tidak dialami oleh penonton musim pertama Game of Thrones. Ceritanya lebih ngalir dan liner. Bagaimana kisah antara persahabatan Eddard Stark dan Robert Baratheon yang kemudian berkembang menjadi intrik dan perebutan kekuasaan. Bagian dari cerita ini sebagian besar mengambil bagian di kota paling terkenal di Westeros, King's Landing.
Oleh karena itu, masih terlalu dini rasanya jika membuat kesimpulan tentang kesuksesan dan kepuasan penggemar terhadap serial The Witcher jika hanya menonton musim perdananya.
Dan akhirnya musim kedua yang telah ditunggu selama 2 tahun dari serial fantasi populer Netflix ini telah tayang pada 17 Desember 2021.Â
Sekilas setelah menonton 2 episode awal, kelanjutan cerita Geralt membawa Putri Cirilla ke tempat yang aman, rumah masa kecilnya di Kaer Morhen.
Plot cerita mulai berkembang dengan munculnya kisah elf, manusia, dan iblis dan tentu saja ketiga tokoh utama. Semakin menarik.Â
Selamat menonton The Witcher session 2. Semoga seusai ekspektasi dari para penggemar.
Dari info yang beredar dari forum-forum penggemar, rencananya akan dibuat tujuh musim dari serial ini. Sang Superman, Henry Cavill, juga mengatakan siap untuk mengikutinya.Â
Dan sebagai bocoran, skrip untuk musim 3 mendatang yang sudah dikonfirmasi oleh Netflix dan siap diproduksi pada awal 2022.Â
Semoga lancar dan sukses deh. Dan Semoga tidak berakhir seperti serial Marcopolo yang tayang hanya 2 musim karena mengalami kerugian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H