Setelah beberapa saat Indonesia dinyatakan minus kasus Omicron, pada Kamis, 16 Desember 2021 akhirnya diumumkan oleh Menteri Kesehatan bahwa telah ditemukan kasus terkonfirmasi positif Omicron pada salah satu pekerja kebersihan di Wisma Atlet Kemayoran setelah dilakukan genome sequencing.
Sebenarnya tidak begitu mengherankan bahwa Omicron ditemukan di Indonesia. Mengingat beberapa pakar telah memprediksi akan masuknya varian Omicron di negara kita.
Diantara beberapa alasan yang mendasari adalah laju penularan Omicron lebih tinggi dan lebih cepat daripada varian Delta. Selain itu adanya kemungkinan varian Omicron mampu menghindari imunitas dari vaksin COVID-19 terutama jenis vaksin berbasis mRNA.
Meskipun pemerintah telah melakukan upaya-upaya maksimal misalnya dengan memperketat border supaya memperlambat masuknya Omicron, masa karantina untuk WNI dan WNA yang baru tiba di Indonesia setelah perjalanan luar negeri berubah menjadi 10 hari.Â
Namun ternyata tidak bisa menghindari 100 persen, hanya memperlambat. Mengingat varian baru corona ini telah menyebar di 77 negara termasuk di negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Tetap waspada
Kecepatan penularan menjadi salah satu karakter dari Omicron. Meskipun demikian, belum ada bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah.Â
WHO masih meneliti lebih lanjut seberapa cepat penularan, dampak terhadap fasilitas layanan kesehatan, serta dampak terhadap efikasi vaksin yang telah ada.
Secara global angka kematian akibat Omicron masih sangat kecil. Inggris menjadi negara pertama yang mengumumkan kematian pertama akibat varian Omicron pada Senin, 13 Desember 2021 dan terdapat 10 orang yang dirawat di rumah sakit.Â
Sementara di Amerika, Omicron menyumbang sekitar 3 persen dari kasus yang ada, angka ini diperkirakan akan meningkat pesat seperti yang terjadi di negara lain.
Oleh karena itu, upaya deteksi dini harus terus dilakukan mengingat saat ini ada peningkatan signifikan pelaku perjalanan dari luar negeri yang sebelumnya hanya sekitar 300, saat ini mencapai 4 ribu kedatangan (Kemenkes, 2021)
Meskipun jumlah kematian yang diakibatkan oleh varian Omicron lebih rendah dibandingkan dengan gelombang sebelumnya, kewasapadaan tetap harus dikedepankan dan hendaknya tidak berkesimpulan bahwa ini adalah penyakit ringan.Â
Pemerintah dan masyarakat perlu bertindak cepat untuk mengendalikan penularan, melindungi sistem kesehatan dan yang terpenting adalah tidak berpuas diri.
Karena pada situasi pandemi ini, segala sesuatu bisa terjadi. Tidak boleh lengah, karena kasus Omicron pertama yang ditemukan ini bisa saja berkembang menjadi situasi yang berbahaya.
Selain itu, momen libur Nataru juga menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat. Apakah situasi pandemi yang terkendali ini dapat dipertahankan atau tidak. Mengingat pada pengalaman sebelumnya lonjakan kasus Covid-19 selalu terjadi setelah libur panjang.Â
Vaksinasi adalah kunci
Pelajaran dari munculnya varian Omicron ini adalah tingkat vaksinasi yang rendah di banyak negara termasuk Afrika sebagai tempat Omicron pertama kali terdeteksi yang memiliki tingkat vaksinasi baru 24 persen dan ini ditengarai menjadi tempat berkembang biak untuk varian baru.
Per 16 Desember 2021, berdasarkan data Kemenkes total vaksinasi dosis ke-2 telah mencapai 105 juta atau sekitar 50,53 persen. Capaian ini termasuk baik karena telah melebihi arahan dari WHO yitu 40 persen dari jumlah penduduk sudah harus tervaksinasi Covid -19 dosis kedua hingga akhir 2021.
Meskipun demikian mengingat jumlah penduduk yang besar dan cakupan wilayah yang luas, upaya-upaya percepatan dan perluasan vaksinasi menjadi salah satu kunci bagi Indonesia untuk menghadapi kemungkinan penyebaran dari varian Omicron ini sekaligus untuk mencapai kekebalan komunal.
Terutama vaksinasi pada masyarakat rentan, kelompok usia lanjut dan petugas publik. Sosialisasi dan upaya promotif dengan pendekatan kreatif dan menggandeng pihak agamawan dan budayawan perlu ditingkatkan.
Menjadi catatan penting sampai dengan Desember 2021, beberapa daerah memiliki tingkat vaksinasi yang rendah dikarenakan masih adanya penolakan atau resistensi terhadap vaksinasi dengan alasan-alasan tertentu sehingga stok vaksin yang ada menjadi rusak ataupun kadaluarsa. Tentu ini sangat disayangkan.
Bersatu dan saling percaya antara masayarakat dan pemerintah tampaknya menjadi faktor yang penting dalam mengahadapi pandemi dan dalam penanganan munculnya Omicron di Indonesia.Â
Ada baiknya kita mendengarkan arahan Menteri Kesehatan terkait ditemukannya kasus Omicron pertama ini agar masyarakat tidak panik, lebih cermat dan siap dalam melakukan berbagai antisipasi.
Mulai dari disiplin menerapkan protokol kesehatan secara ketat, rutin melakukan identifikasi kontak erat, serta disiplin apabila diharuskan menjalani karantina.Â
Termasuk menghindari mobilitas berlebihan untuk sementara waktu. Terutama mobilitas atau aktivitas bepergian ke luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H