Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Floating School: Berbagi di Tiga Pulau

18 April 2017   13:51 Diperbarui: 18 April 2017   14:12 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah ini adalah inisiasi Ammy bertiga bersama Nunu Al Marwah Asrul dan Rahmat HM Mato. Proposal sekolah ini lalu diajukan untuk memperebutkan grant “YSEALI Seads for The Future”. Sebanyak 400-an proposal yang masuk dari seluruh negara, hanya tiga dari Indonesia yang berhasil diterima, salah satunya The Floating School. Alasan terpilihnya The Floating School untuk didanai karena program ini memiliki rencana keberlanjutan bagi masyarakat di tiga pulau yang terkena dampak.

“Pada mulanya, mereka berkunjung ke pulau-pulau tersebut untuk mengetahui keadaan masyarakat setempat dan menggali kebutuhan mereka” kata Ammy yang merupakan alumnus Jurusan Bahasa Inggris UNM 2006 ini menjelaskan. Ammy dan kawan-kawan lalu mencari data untuk memulai program ini. Mereka lalu mencari data lewat sajian angka-angka BPS tahun 2010. Bermula dari data besar lalu mengerucut ke data kecil hingga muncullah keputusan membuat sekolah ini.

Akhirnya mereka menemukan sekolah-sekolah yang masih sulit secara akses dan ekonomi itu berada di Jeneponto dan Pangkep. Kenapa memilih Pangkep? Selain karena kedekatan Rahmat HM Mato yang mengenal dekat Pangkep, mereka juga berpikir bahwa Pangkep butuh untuk dibantu dari segi pendidikan.

Ammy mengatakan, di Pangkep ada 117 pulau kecil dan 87 pulaunya berpenghuni. Ini berarti 75 persen infrastruktur sekolah –ini jika semua pulau didirikan sebuah sekolah- butuh bantuan karena terisolir dari darat. Baik dari segi sumber daya manusia maupun sarana-sarana penunjang pembelajaran lain. Belum lagi dengan Pulau yang berbatasan dengan Bali, sekitar 10 jam menembus laut sulawesi ke selatan. Alasan-alasan itu yang menggerakkan mereka memilih Pangkep.

Lalu kenapa harus tiga pulau yang berdekatan Pulau Saugi, Sapuli, dan Satando? Mereka menginginkan memulai dampak dari cakupan wilayah yang terdekat. Ketiga warga pulau ini masih berkerabat dekat satu sama lain. ‘Tiga Pulau Satu Kampung’ julukan ini diberikan karena ketiga pulau masih merupakan wilayah kampung yang sama, Desa Mattiro Baji.

Mereka tetap yakin untuk bisa melakukan keduanya, sehingga pendidikan yang ditampilkan masih fokus dan sejalan dengan tujuan pertama. Akhirnya, mereka membuat sekolah yangmenggabungkan pendidikan dan economic value. Pendidikan memang jembatan untuk meraih dan memperbesar kemungkinan-kemungkinan masa depan yang lebih baik, termasuk ekonomi. Tidak terkecuali anak-anak ini.

Perkembangan yang dibanggakan

Inisiasi ini masih baru. Meski begitu, ada sejumlah hal yang terjadi di luar ekspektasi. Itu membuat Ammy senang sekaligus bangga. Pertama, ia menargetkan hanya bisa merekrut 50 siswa. Kemudian mereka akan belajar selama tiap pekan saban minggu selama enam bulan hingga Agustus mendatang.

Setelah running, ternyata 90 anak berusia 13 – 20 tahun yang memiliki niat besar menjadi siswa. “Jumlah ini memberikan gambaran tingginya minat mengikuti The Floating School. Setidaknya niatan anak-anak  mereka memberi gambaran tingginya minat mereka mengikuti The Floating School.” Kata Ammy senang.

Selain itu, hal yang tidak mereka duga ialah animo fasilitator yang berhasil mereka rekrut sejauh ini. “saya sangat bersyukur memiliki fasilitator yang amazing.”  Rentang waktu dua bulan, Ammy berbangga para pengajar dengan skill yang baik ikut turun tangan mengabdi di pulau kecil ini. Sebab selain keterampilan mereka memiliki semangat mengajar tinggi dan fleksibilitas dalam hal menyampaikan pembelajaran ke anak-anak.

Ammy sangat senang dengan karakter dan perubahan mereka sepanjang ini. Perekrutan fasilatator tidak hanya mencakup aspek kompetensi, tapi juga kemauan bekerja selama setengah tahun tanpa jeda dengan fleksibilitas tinggi. Ia mengutarakan kesenangannya karena dengan ide besar yang mereka miliki mudah diterima fasilitator waktu itu. “Tidak sulit mentransfer isi kepala kami ke dalam benak-benak mereka.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun