“setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru” Roem Toepatimasang.
Setidaknya, itulah penggambaran yang bisa diberikan pada perkumpulan kreatif satu ini. Tidak ada yang disebut sebagai guru, karena semua orang bisa berbagi apa saja. Juga tidak dikenal ada satu tempat pasti untuk belajar, karena belajar boleh mengambil tempat dimanapun. Dan makannya bisa beragam, asal murah. Barangkali itu selintas gaya komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri. Hehe.
Didirikan pada 25 November satu dasawarsa silam dan tetap guyub hingga sekarang, tentunya bukan upaya yang mudah. Hingga hari ini, nyaris sepuluh tahun semenjak angingmammiri.org diumumkan ke publik sebagai ‘tempa’ kumpulna blogger Makassar’.
Anging Mammiri sendiri memiliki arti literer ‘Angin Sepoi-Sepoi’. Apakah penamaan ini ada kaitannya dengan lagu daerah Makassar? Atau barangkali proksimiti para pengagas yang ingin selalu terngiang dengan hembusan sepoi-sepoi angin di Pantai Losari?
Terlepas dari sejuknya penamaan itu, komunitas ini memang diharapkan agar para pegiat –blogger/netizen- yang bekerja di dalamnya selalu saling memberikan angin sejuk untuk senantiasa begiat menulis, menyebarkannya dengan semangat positif, dan menjaga atmosfer itu tetap dalam koridornya: perkabaran ala warga kota.
Menulisnya boleh hal apa saja, tidak ada batasan dalam hal ini. Namun karena yang menjadi ‘pokok’ -kota Makassar- dan ‘tokoh’ -orang Makassar-, maka berita-berita yang bersebaran dan tumpah ruah tentu tidak terlepas dari konten lokal. Gawai dan media sosial yang terserak di dalamnya semakin memudahkan proses diseminasi atau persebaran berita-berita tersebut.
Tentang Sulawesi Selatan, khususnya kota Makassar, tentang kulinernya, budayanya, wisatanya, permainan tradisional, kisah warga biasa, kisah warga kelas atas, pergumulan yang terjadi di dalamnya, dan beragam informasi yang menggugah dan inspiratif yang digali dari berkelindannya hubungan antara warga, kota, dan pemerintahnya. Macam-macamlah.
Informasi ini dikemas menarik dengan gaya bahasa ala warga yang spontan, inspiratif, digali dari beragam sudut pandang, dan terkadang cukup bernas. Katakanlah, kita mengambil contoh dua blogger teraktif dan populer di kalangan blogger di Makassar. Pertama Lelakibugis.net yang dikelola Om Lelaki Bugis, kadang disapa Om LeBug. Selanjutnya ada Daenggassing.com yang dijaga dan dipelihara oleh Om Ipul atau Kak Ipul.
Teman-teman bisa melihat tulisan-tulisan di dalamnya rajin menyinggung masalah-masalah perkotaan atau urban trendyang lagi merebak. Yang juga selalu ditunggu oleh ummat-nya kedua tokoh ini adalah ketika mereka mengulas tentang suatu tempat budaya, kuliner, atau tentang tips dan trik nge-blog yang kreatif.
Dikemudian hari, sejumlah orang di Anging Mammiri menjadi pengelola Kelas Menulis Kepo, termasuk Om LeBug dan Kak Ipul. Wadah belajar alternatif ini merupakan tempat berlatih nge-blog secara intensif dalam kurun waktu tiga bulan bagi para blogger Makassar. Diutamakan bagi yang serius ingin meningkatan kualitas konten tulisan dan laporan-laporannya yang ala ‘warga biasa’. Pertemuan dilakukan sekali seminggu.
Hingga sekarang, di usia yang kesepuluh tahun, blogger-blogger Anging Mammiri telah menelorkan banyak peran termasuk di Kelas Menulis Kepo yang sudah memasuki angkatan ke-tiga. Ini berarti, perlintasan informasi lokal yang centang perenangnya di kancah netizen Makassar menjadi semakin beragam.
Sehingga dengan sendirinya menghasilkan sudut pandang yang begitu kaya. Dengan ini, bertambah banyak lagi para blogger Makassar yang siap bereksperimentasi khas jurnalis dalam menyuguhkan materi-materi di blog.
Menulis Standar gaya Anging Mammiri
Bisa dibilang, gaya penulisan orang-orang di Anging Mammiri mengambil bentuk feature. Jenis bacaan yang selalu punya nilai tersendiri kapanpun di baca. Tidak seperti jenis penulisan rilis yang sekali baca dan tanggal terlewat, usang pula kontennya. Saya rasa, ini yang akan dipertahankan oleh orang-orang di Anging Mammiri.
Mengapa semuanya menjadi mungkin? Para penggiat di komunitas ini selalu merujuk pada kaidah-kaidah dasar kepenulisan suatu laporan sederhana. Jadi setidak-setidaknya, ada empat hal yang akan selalu diulang-ulang untuk menjaga ‘sehat’ dan ‘segar’ nya konten-konten yang disajikan.
Pertama adalah tentang Ide dan Sudut Pandang.
Dalam menulis, para blogger dianjurkan untuk menghindari asumsi “buat apa ditulis, toh orang juga pada tahu semua”. Ini anggapan yang sungguh-sungguh harus dihindari.
Banyak hal yang sebenarnya kita tahu dan sudah menjadi kebiasaan, tapi itu adalah hal yang baru dan mengejutkan bagi orang lain. Apalagi dengan pengetahuan para blogger yang spesifik di bidang masing-masing, kemungkinan pertukaran ide akan menjadi lebih ramai.
Saya pernah dengar suatu nasehat dalam menulis, dari seorang pengarang terkenal Indonesia “menulislah, tulislah apa saja yang membuatmu terkejut”. Bukankah banyak sekali hal tersebut kita jumpai dalam keseharian?
Mental block yang kedua adalah, asumsi “saya tidak tahu banyak tentang sesuatu, jadi saya tidak tahu mau menulis apa”. Barangkali jawabannya: mulailah dari hal-hal yang dekat dengan dirimu. Lingkungan sekitar, kegiatan sehari-hari masyarakat di kompleks, kegiatan-kegiatan seru yang membuatmu tertawa atau kaget setengah mati. Begitu berlimpah.
Memang tidak mudah menulis hal yang di luar jangkauan kita. Jangan dipaksakan. Tidak mungkin juga kita yang sehari-hari sebagai guru misalnya, menuliskan analisa kebijakan ekonomi yang akan diterapkan Trump. Yah, barangkali bisa tentang kisah lucu anak-anak di sekolah yang sedang senang-senangnya mencoba bercocok tanam di kebun sekolah.
Atau para blogger dari kalangan siswa sekolah menengah menulis di blognya tentang tinjauan kritis atas minimnya solidaritas terhadap pengungsi global dari negara-negara Uni Eropa. Ya, pasti stress jadinya. Atau, ia akan berteriak “bunuh saja Akuuuuhhh”
Coba kalau dia menulis tentang biaya bimbel di semua lembaga tempat kursus persiapan SBMPTN di Makassar yang berkisar 10 jutaan ke atas, kemungkinan besar tulisannya perfect karena ia bersikap sebagai konsumen. Dan, akan menuai banyak pembaca. Setidak-tidaknya dari kalangan teman-temannya sendiri. Tinggal tunggu media sosial memainkan kuasanya.
Oke, intinya begini. Seorang blogger di Anging Mammiri punya ilustrasi yang mudah dimengerti. Ada sekitar sepuluh lembar kertas HVS yang dibagikan ke sepuluh orang. Mereka diperintahkan melihat dan menerawang kertas tersebut. Maka ketika ditanya, bisa dipastikan mereka akan merespon dengan cara berbeda-beda.
Kertas tersebut adalah IDE. Jawaban beragam itu adalah SUDUT PANDANG. Seperti itu kira-kira. Perbedaan itu tergantung dari apa yang ia serap selama ini. Nilai-nilai yang mereka anut, pengetahuan yang mereka kuasai, atau juga agama yang mereka yakini.
Jadi, jangan takut menuliskan hal yang sama. Karena pemikiran orang begitu beraneka ragam.
Kedua adalah, Kerangka Tulisan dan Alur. Mengapa harus ada kerangkan tulisan? Ayo coba jawab.
Karena ini tulisan feature yang taat prinsip jurnalistik –karena kalau tidak ini mengkhianati ajaran Bill Kovach dan Tom Rosenstill. hehe…- maka 5 W + 1 H juga harus terjawab dalam tulisan yang dibuat para blogger. Jadi sampai di sini, kita anggap 5 W + 1 H ini adalah kerangka tulisan. Pada tau kan 5 W + 1 H. hehe.
Oke, kalo tidak mengerti juga, saya istilahkan dalam bahasa Indonesia: ABIDKASIM. Kependekan dari Apa, Bagaimana, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa. Oiya, ada satu tambahan W lagi. Harus ada unsur WOW. Jangan lupa. hihihh.
WOW itu bisa merupakan unsur kebaruan dalam tulisan, orisinalitas diri penulis, atau juga cerita-cerita humor dan anekdot yang menghibur pembaca. Tips ini –katanya sih, katanya- dengan AMPUH, ANEH, AJAIB, DAN MEYAKINKAN bakal mampu menarik para pembaca yang malas2. WOW.
Melengkapi fungsi kerangka, selain membuat tulisan lebih sistematis dan rapi, pada dasarnya kerangka membuat tulisan para blogger menjadi FOKUS.
FOKUS menjadi begituuuuu penting dalam menulis. Oke, dalam kepala kita, begitu banyak ide, begitu melimpah data dan informasi yang kita terima. Belum lagi materi-materi yang dapat memperkaya tulisan kita.
Tapi, sayang sekali, maaf sekali lagi, para blogger punya prinsip “DIBUANG SAJA, TIDAK USAH DISAYANG”. Dalam merangkai tulisan, kita harus tetap menyentuh sebuah benang yang namanya FOKUS. Kalau tulisan dianggap ngawur ke sana ke mari, buang saja. Jangan disayang-sayang.
Ilustrasi GM (Goenawan Mohamad) berikut mudah-mudahan bisa dipahami. Tukang bangunan selalu memasang benang ‘unting-unting’ untuk menjaga agar pasangan batu, tegel, dan hasil cor-an selalu lurus dan rapi.
Nah, benang itu juga yang harus selalu tersentuh pada saat menulis. Jangan sampai keluar terlalu jauh. Pembaca akan bosan dan tidak melihat adanya konsistensi dalam diri blogger. Bener, nggak? Hehe.
Cara yang diberikan Kak Ipul bisa dijadikan pedoman ringkas. Mula-mula, tentukan ide besar sebuah tulisan, lalu susun pernyataaan mendasar seputar ide menggunakan kerangka 5W1H. Langkah selanjutnya jawab dengan singkat pertanyaan tersebut, kemudian kembangkan jawaban dengan menambahkan data-data (hasil mini riset, wawancara, dan sebagainya). Terakhir, pilih alur tulisan.
Alur ini bisa berarti cara untuk menjelaskan sesuatu hal. Biasa yang paling mudah adalah alur kronologis, sesuai dengan urutan kejadian. Kemudian ada alur khusus-umum dan umum-khusus. Wah kebangetan nih kalo pada gak tau. Dosa sama guru Bahasa Indonesia tidak akan terampuni. Heheh. Selanjutnya ada alur sebab-akibat atau akibat-sebab.
Poin ketiga adalah menyajikan deskripsi. Jadi begini, kebiasaan kita dalam bertutur atau bahkan menulis adalah terlalu banyak menghamburkan KATA-KATA SIFAT. Pensifatan yang terlalu terhadap suatu objek atau peristiwa itu akan membuat tulisan menjadi terlalu ringan dan membosankan. Cantik, Bagus, Keren, Kaya, Miskin adalah kata-kata yang terlalu sering tampil di setiap tulisan. Padahal sebenarnya, keadaan itu tidaklah melulu sama.
Sebaiknya, kata sifat itu digambarkan sedemikian rupa menjadi sebuah deskripsi yang menggambarkan objek tersebut –biarkan pembaca yang menilai- sesuai dengan karakter yang inginkan. Caranya hanya dan akan selalu hanya pada: kekuatan deskripsi.
Kalau kata Om Lelaki Bugis, deskripsi membantu penulis menghindarkan dirinya dari penyematan label/asumsi yang berlebihan pada orang/objek. Biarkan indra memaksimalkan fungsinya dan tugas kita adalah menuliskannya sehingga menjadi latar suasana yang mengagumkan.
Nah, makanya, Om LeBug selalu mewanti-wanti agar para blogger memiliki waktu yang cukup untuk melakukan observasi. Memang penilaian kita akan menjadi objektif terhadap sesuatu, tapi itulah pengamatan, sebuah praduga tanpa konfirmasi.
Nantinya akan terkonfirmasi sendiri setelah dilakukan serangkaian wawancara/riset dengan orang yang menjadi objek tulisan. Begitu katanya.
Deskripsi membuat tulisan menjadi lebih hidup, mendekatkan pembaca pada objek yang kita tulis. Tapi, terlalu banyak deskripsi juga membuat pembaca bosan, makanya perlu kehati-hatian dalam menggambarkan objek sehingga lagi-lagi tidak keluar dari FOKUS/KERANGKA –lagi-lagi- yang kita sudah patok sejak awal.
Nah, saya punya tips yang menarik bagaimana sebuah deskripsi itu dibangun secara pelan-pelan lalu kemudian menenggelamkan pembaca dalam pusaran peristiwa.
Ada satu Novel klasik Indonesia yang patut dibaca bagi para pemburu deskripsi. Judulnya Harimau! Harimau karya Muchtar Lubis. Saking jelasnya objek dan situasi yang ia gambarkan dalam karyanya, beliau diganjar kalangan sastrawan dengan julukan “PELUKIS SUASANA”. Hebat kan.
Nah, kemudian yang terakhir adalah Wawancara. Proses ini begitu penting karena kita akan mengorek informasi dan melakukan konfirmasi terhadap hal-hal yang ingin kita tulis. Apalagi, wawancara membantu kita menggali perspektif orang biasa terhadap suatu masalah.
Contohnya, kita akan menulis tentang trend bermain futsal di kalangan anak-anak muda yang sedang tinggi di kota Makassar. Jika saya seorang blogger, maka kemungkinan saya akan melakukan hal-hal berikut:
- Saya akan mendatangi dua atau tiga tempat lapangan futsal dan melakukan wawancara dengan beberapa kelompok pemuda yang sementara menyewa tempat.
- Saya akan bertanya pada petugas parkir mengenai keriuhan anak-anak muda di lapangan
- Saya akan mendatangi beberapa pemilik tentang omset dan intensitas penyewaan lapangan futsal.
- Saya akan mendatangi penjual sepatu bola yang harganya murah meriah di jalan Kumala di lorong sempit menuju Stadion Andi Mattalatta atau penjual jersey yang banyak di jalan-jalan.
Nah, kebayang kan nantinya kayak gimana? Tidak rumit, hanya butuh keseriusan dan rasa penasaran. Hehe. Siapkan notes, media perekam jika diperlukan, atau minimal ingatan (weits jago.hehe).
Setidak-tidaknya lakukan hal berikut dalam mewawancara3: buar kerangka wawancara, daftar narasumber, dan menjaga etika dengan tiap-tiap tipe narasumber. Khusus untuk yang terakhir, akan sangat berbeda jika dialog dilakukan dengan masyarakat biasa dan pejabat misalnya.
Meski begitu, di antara semua teknis-teknis wawancara yang barangkali pernah kita pelajari, hal yang penting menurut saya ialah mendengarkan dengar aktif, mendengar dengan sabar, gunakan bahasa-bahasa yang fokus dan dimengerti untuk mendapatkan penjelasan.
Gambarannya, ya, kita sedang dalam intensi untuk mendengar, bukan untuk berdialog apalagi berdebat. Dalam sebuah video TEDTalk, memaksimalkan perhatian pada objek wawancara membuat orang lain akan menjadi respek dan membuat orang lain merasa aman untuk membocorkan apapun rahasianya pada Anda. Jadi, merasa bodohlah dihadapan narasumber. Hehe…*ups
Di atas semua hal yang sudah disebutkan, satu hal yang begitu ditekankan dalam percaturan Anging Mammiri, bahwa proses belajar tidak boleh dihentikan. Terus belajar, membaca, membaca, dan membaca. Lalu menulis, menulis, dan menulis.
Hampir lupa, di Anging Mammiri juga ada grup Blogger MAM (Makkunrai Anging Mammiri) lho. Makkunrai dalam bahasa Bugis artinya Perempuan. Lalu lintas dan proses belajar juga terjadi di kelompok blogger perempuan Makassar selain Tudang Sipulung atau kopi darat resmi yang diadakan sebulan sekali.
Oiya, bagi teman-teman yang ingin merasa ada ikatan dengan Makassar. Tidak penting sejauh mana, cukup Anda merasa memiliki perasaan senang bila nama Makassar disebutkan, silahkan bergabung dalam komunitas ini. Dan mulailah mengabarkan apa saja.
Barangkali tentang Pantasi Losari. Barangkali tentang sampah, ruang-ruang publik yang tercerabut dari masyarakat, atau hal-hal yang menyentil sisi-sisi kemanusiaan. Saatnya mengabarkan. Terus mengabarkan!
Selamat Ulang Tahun.
Selamat Satu Dasawarsa Komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri.
***Bahan tulisan***
Judul di atas mengadopsi pemaparan “Diseminasi Informasi Ala Orang-Orang di Panyingkul!” Lily Yulianti Farid (2009) ketika ulang tahun ke-empat media warga Panyingkul.com di Grand Clarion Makassar. International Conference and Workshop “Japan-Indonesia Relations from Citizens’ Perspectives and Personal Digital Archiving”
Seandainya Saya Wartawan Tem po (Edisi Revisi). Proses Kerja Redaksi TEMPO Menulis dan Menyusun Berita. 2014.Tempo Publishing. Goenawan Mohamad.
Materi-materi disadur dari Workshop Blogger Pemula Anging Mammiri, Sabtu 12 November 2016 Makassar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H