Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Semua, Bertanggung Jawab dengan Anak Klepto.

4 September 2016   21:38 Diperbarui: 5 September 2016   09:12 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Anak tadi mengidap klepto. Begitu yang saya tahu dari cerita-cerita. Dari penampilan luarnya, anak ini jauh dari kesan kumuh. Orang tuanya ada. Fisiknya bagus dan lincah.

Saya dengar bisik-bisik, anak ini bukan orang lain, tapi anak yang tinggal di sekitaran daerah situ.

“udah pak, kasian. Anak itu memang punya kelainan”kata seorang.

“Dari dulu juga begitu. Udah berulang kali kejadian sampe di Alfamart pun pernah kedapatan nyolong. udah hampir bonyok sama warga. tapi tetep aja kayak gitu” sahut seorang lagi.

Orang tuanya jauh-jauh hari memilih angkat tangan dengan korban-korban masalah klepto yang diakibatkan oleh anaknya.

Untung saja masyarakat daerah situ sangat paham dengan anti kekerasan. Karena ini masjid, barangkali, semua orang –termasuk para tetangga dan warga- yang datang bisa cukup jernih melihat duduk persoalan.

Yang ada di situ sepakat untuk memanggil orang tuanya. Tapi salah seorang pengurus Masjid yang melindungi anak ini dari amukan bapak tadi, mengatakan sebaiknya tidak usah.

“biar anak ini tinggal masjid dulu, tidak usah bawa ke mana-mana.” sarannya. Saya cukup sepakat dengan keputusan yang dibuatnya ini. Ada tanggung jawab yang diperlihatkan dan dibuktikan.

Jelas, masalah ini bukan punya satu orang. Lingkungan wajib menyediakan tempat yang nyaman bagi anak-anak. Dan aman bagi mereka. Sebuah lingkungan yang memaklumi dan sekaligus mendidik mereka dengan tanggung jawab.

Jika orang tuanya sudah menyerah, lingkungan yang harus membuatnya jadi sadar. Dan tentu saya juga bukan orang yang tadi ikut berkomentar akan memasukkan anak ini ke dalam sel yang dingin. Anak ini bahkan belum cukup 11 tahun.

Saya jadi iba lantaran anak ini tetap saja menangis seperti kehilangan mainan. Mengiba agar tidak diperlakukan secara kasar. Wajahnya mengisyaratkan masih kuat untuk bermain dengan sebaya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun