Mohon tunggu...
Mujahiddin Jakfar Sahid
Mujahiddin Jakfar Sahid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam di UIN Mataram

saya adalah mahasiswa semester 5 komunikasi penyiaran islam, hobby saya GYM dan saya tertarik pada bidang pers, saya jugak termasuk anggota persma.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Uang, Popularitas dan Ulama Menjadi Pintu Kesuksesan Politik

30 November 2023   21:48 Diperbarui: 30 November 2023   21:48 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontestasi politik dimana uang dan tokoh agama dijadikan alat teransaksi politik, disisi lain masyarakat ingin pemimpin yang amanah, namun ketika mendapat money politik mereka menerima uang tersebut dengan alibi kita ambil uangnya jangan pilih orangnya, lalu apa bedanya orang-orang yang menerima money politik ini dengan politikus yang yang menghalakan berbagai cara agar dia terpilih bahkan sampai keranah keriminal.

Money politik  yang biasa dikenal dengan istilah serangan pajar oleh masyrakat. Biasanya dilakukan oleh tim suksek, mengelilingi desa-desa lalu mengetuk pitu-pintu rumah warga ketika pagi hari  buta sebelum pemilhan umum dimulai, memberikan sejumlah uang lalu disuruh untuk memilih paslon nomer urut sekian atas nama pulan. Alasan orang-orang menirama serangan pajar karena pada saat menjelang pemilu saja mereka bisa merasakan dampak secara langsung dari pemerintah, karena kitika para calek sudah mendapatkan kursi dampak yang dirasakan masyarakat secara pesonal itu tidak ada.

Diatas merupakan orang-orang yang memilih hanya berlandaskan uang. Tidak peduli apa visi misi dan program celek untuk daerah mereka. Tapi mari kita bercermin sebelum menghujat sistem politik di negeri kita ini, pantaskah orang-orang yang memilih karena uang, penampilan, populeritas dan panatik terhadap tokoh agama ini  menghujat politikus yang bermain kotor, miris rasanya melihat partai yang mengkader artis  untuk menjadi kader hanya untuk mengais suara dari populeritas artis tersubut. Tokoh agama banyak yang nimbrung kedunia politik mereka menyilpkan pesan-pesan politik dalam dakwah yang disampaikan kepada jamaahnya.

Oleh karena itu, peran medaia dalam mengukap kasus money politic sangat penting. Tapi saat ini kita membutuhkan media yang independen, yang benar-benar tidak berkulisi kepartai \politik. Tekanan dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus mony polotik  menjadi penghambat media untuk melaporkan kasus tersebut. Dalam mengahadipi hal tersebut media harus tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. Sebagai masyarakat yang hidup dinegeri dengen sistem Demokrasi, dimana masyarakat dijamin memeliki kebebasan untuk berfikir dan berpendapat, maka penting nya kesadaran dari kita sendiri untuk tidak ikut andil dalam praktis money politik.

Praktik money politik merusak integritas domokrasi itu sendiri. Ketika uang menjadi faktor utama dalam proses politik, resiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi semakin besar mengingat besarnya uang yang dikeluarkan agar mendapat dukungan dari masyrakat. Pemilihan umu seharusnya menjadi platform di mana ide-ide dan kebutuhan masyarakat didengar dan diwakili, bukan dimana kekuatan pinansial menjadi penentu utama.

Dalam menjaga keadilan dan keseimbangan dalam proses politik. Perlu adanya kesadaran kolektif dari masyrakat, serta kebijakan yang mengurangi pengaruh uang  dalam politik, masyrakat perlu memilih berdasarkan pada platform, visi, dan kualisi calon, bukan hanya dipengaruhi oleh kampanye-kampanye yang didukung oelh dana besar.

Penegekan hukum yang tegas tehadak prakrik money politik sangat penting. untuk menjaga integritas domokrasi, membutuhkan regulasi kuatuntuk memebtasi waktu dan pengeluran kampanye, memeperketat transparansi pendanaan politik, dan memastikan akses yang adil  terhadap media bagi semua kandidat adalah langkah-langkah menanggulangi praktik money politik.

Melihat penomena diatas. Berjuang dalam konstelasi politik di Indinesia itu tidak perlu memiliki kmpetensi dibidang politik, cukup dengan banyak uang dan popularitas yang memadai kita sudah bisa bersaing dengan orang yang benar-benar memiliki latar belakang keilmuan politik. Ketika uang, popularitas dan ulama dijadikan acuan utama dalam konstelasi politik, lalu ketika pemimpin-pemimpin dinegri ini berhianat dengan janji-janji yang disampaikan kepada masyrakat lantas siapa yang disalahkan atas hal ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun