Mohon tunggu...
Raihanah
Raihanah Mohon Tunggu... -

Women are coleris, a little spoiled, whiny, coffee lovers and drawing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Manja Ayah

2 Maret 2016   17:19 Diperbarui: 2 Maret 2016   17:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika merasakan beberapa kali arti kehilangan dan kegagalan, bahkan selalu menyembunyikan arti kesedihan, kekecewaan dan rasa sakit diri ini selalu berusaha kuat karna kata - kata yang terlontar dari sang ayah yang mengartikan "anak perempuan ayah sangat kuat, mungkin hidup kamu boleh dikatakan gagal oleh orang lain tapi percayalah ayah akan selalu disampingmu untuk menjaga dan mendukung kamu untuk hidup bahagia 

dan layak" lain lagi dengan perkataan bunda yang selalu tajam dan menyanyat hati yang mengartikan "ini hidup yang kamu pilih akibat tak mendengarkan orang tua" seketika mata ini berkaca - kaca dan menahan tangis agar terlihat tegar, tentu perkataan sang ibunda terasa sangat ngilu dihati namun karna perkataan pedas itu saya belajar untuk bertanggung jawab dengan segala pilihan yang saya pilih beserta konsikwensinya. 

Langkah demi langkah saya lakukan untuk meninggalkan kehidupan yang tak patut diingat kembali, pelan namun pasti dengan semua pengalaman yang saya dapat atas kegagalan hidup, semua yang akan saya jalani tentunya dengan meminta pendapat ayah dan bunda, lambat laun saya meninggalakan ke egoisan diri, meninggalkan sikap segala yang saya mau harus dituruti dan meninggalkan julukan "Anak yang paling ayah manja", dengan kemantapan diri saya bekerja dan keluar dari rumah dengan dalih saya ingin mandiri.

Malam itu sebelum mengirimkan lamaran kerja, saya dipanggil oleh ayah dan tepatnya saya diintrogasi, dimana tempat tujuan saya bekerja, mengapa memutuskan untuk bekerja, manfaat apa yang kamu akan dapat dalam pekerjaan dan lain lainnya, setelah panjang lebar kami berdiskusi ayahpun memberi keputusan bahwa saya boleh bekerja dilembaga sosial yang memang pada saat itu membutukan seorang asistent apoteker sebagi profesi saya, 

alasan ayah saat itu sangat simpel " kalau kamu bekerja hanya untuk mengejar uang lebih baik kamu dirumah, karna ayah tidak menyuruh kamu bekerja dan ayah masih mampu menghidupi kamu, tapi kalau kamu bekerja untuk mengamalkan ilmu yang kamu punya dan berguna bagi umat maka ayah akan mengizinkan" 

Esoknya saya mengirim lamaran hanya pada lembaga sosial sesuai petuah ayah semalam, lamaran pekerjaan lainnya yang sudah saya buatpun hanya menjadi sampah untuk mamang laok, memendam keinginan untuk bekerja di Rumah Sakit besar dan mulai meyakini setiap perintah atau keinginan orang tua akan memberikan hasil yang lebih baik bagi hidup saya. Allhamdulillah lima tahun sudah saya jalani dan mendapatkan banyak barokah didalamnya, seperti lingkungan kerja yang nyaman dan islami, keluarga baru, dan dalam perjalanan itu pula telah saya selesaikan kuliah yang sempat terhenti karna kenakalan purbakala :)

Sifat egois, manja, ingin menang sendiri dan harus selalu dituruti apa yang saya mau merupakan suatu kekhawatiran besar dalam diri ayahanda yang sempat terlontar dari bibirnya apakah kamu sudah cukup dewasa dan bisa untuk menekan semua sifat itu karna dunia kerja sangatlah berbeda. saat itu saya hanya bisa diam dan berjanji dalam hati "ayah, 

saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan ayah lagi:(" walaupun pada saat itu saya ragu namun demi hutang - hutang kekecewaan yang telah dirasakan ayah dan bunda akhirnya saya berani melangkah. Karna kekhawatiran itu pula setiap pulang kerja ayah selalu menanyakan pekerjaan saya.

Sebenarnya alesan lain yang paling mendasar saya mempunyai keputusan untuk bekerja dan menjauh dari rumah sekaligus ayah dan bunda adalah saya ingin membuktikan pada adik adik kalau saya bukan lagi "anak perempuan yang ayah manja" dan ingin memberitahu dengan sikap saya pada ayah dan bunda lepaskan perhatian yang super itu karna sekarang adalah waktu adik adik untuk diperhatikan, terkadang orang tua tak pernah meraskan kasih sayang dan perhatian yang mereka berikan lebih condong kepada siapa, 

karna yang ada dalam pikiran orang tua adalah anak mana yang sedang dan lebih membutuhkan diperhatikan lebih (Mungkin..heheh), namun sebenarnya walaupun orang tua saya mempunyai 12 orang anak, ayah dan bunda sudah sangat cukup memberi perhatian menurut pemikiran saya yang sudah dewasa, lain ceritanya ketika pemikiran saya yang masih seperti anak bawang yang banyak menuntut ini itu..hehheheeh, dan saya mendapatkan proses pembelajaran itu amatlah panjang.

Well...mungkin saat itu ayah dan bunda tidak merasakan adik adik butuh perhatian, saya mewajarinya karna memang saya adalah anak yang paling ayah tunggu dan ayah sayangi walaupun sebenarnya ayah sangat sayang pada semua anak anaknya hanya saja perlakuannya berbeda, apalagi cara ayah memperlakukan anak laki laki dan anak perempuannya, dalam perjalanan melepas sedikit demi sedikit jemari ayah yang selalu memegang erat tangan ini sangat sulit tapi itu harus saya lakukan demi ayah dan adik adik,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun