Dibalik keuntungan yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan tersebut, tentu terdapat pula dampak dampak buruk yang bisa terjadi akibat redenominasi
- Lupa dengan daya beli mata uang sebenarnya
Kebiasaan kita dalam menggunakan rupiah dengan nomnal yang banyak, biisa jadi akan membuat kita meremehkan penggunaan uang yang terlihat kecil setelah dipotong, padahal daya belinya sama. Ini tak menjadi masalah besar apabila dilakukan secara perseorangan atau kecil-kecilan. Namun hal ini berbeda apabila dilakukan dalam skala besar serupa negara, apalagi ditambah apaila kondisi perekonomian tidak stabil sehingga tingkat demand dan supply tidak seimbang. Hal ini mengingat pula bahwa kebijkana ini biasanya dilakukan oleh negara-neagra yang mengalami hiperinflasi.
Kondisi yang terlihat semakin mudah ini dapat membentuk sebuah ilusi yang dapat mnegalihkan kita dari realita sebenarnya. Karena mata uang terasa naik, maka penghematan semakin jarang dilakukan, konsumerisme akan semakin meningkat dan produktivitas semakin menurun
- Besarnya biaya dalam penerapan kebijakan
Kebijakan ini tentu akan mengeluarkan biaya besar, mulai dari pencetakan uang, distribusi uang, hingga sosialisasi yang perlu dilakukan. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak dan wilayah yang luas tentu saja perlu melakukan usaha yang besar untuk melakukan kebijakan ini.diantara yang menjadi pertimbangan adalah wilayah yang luas, tingkat intelektualitas dan buta huruf yang berbeda, kondisi geografis yang tak mudah dilewati mobilitas transportasi maupun telekomunikasi, harus dipertimbangkan karena masyarkat membutuhkan pemahaman yang baik terkait kebijakan ini sehingga memerlukan sosialisasi terus menerus.
Menurut kalian gimana nih? Perlu ga sih redenominasi itu? Share pendapat dan pandangan kalian ya ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H