Mohon tunggu...
Mujab Mujab
Mujab Mujab Mohon Tunggu... Buruh - Wahana menuangkan karya dan gagasan

Saya aktif di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Selain itu aktif di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Majukan Pertanian Indonesia Pak Presiden Pabowo

15 Oktober 2024   10:58 Diperbarui: 15 Oktober 2024   11:30 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor pertanian Indonesia menjadi fokus utama dalam upaya mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan. Dengan terpilihnya Presiden Prabowo, tantangan dan peluang baru muncul untuk pengembangan sektor ini. Jika tantangan tersebut bisa diatasi dengan baik, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan pangannya dan meningkatkan kesejahteraan para petani. Namun, jika tidak, kondisi pertanian Indonesia berisiko semakin terpuruk.

Salah satu masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah ketergantungan pada impor pangan seperti kedelai dan gula. Ketergantungan ini menjadi tantangan besar bagi kedaulatan pangan, meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi pangan dalam jumlah yang cukup. Langkah konkret perlu diambil untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan memaksimalkan potensi domestik.

Indonesia sebenarnya diberkahi dengan kekayaan alam yang luar biasa, termasuk lahan pertanian yang luas dan subur. Dengan pengelolaan yang tepat, sektor pertanian dapat menjadi kekuatan utama perekonomian. Indonesia berpotensi menjadi negara superpower di bidang pangan sebelum membangun kekuatan militernya. Dari beras hingga buah-buahan tropis, umbi-umbian, sayur-mayur, dan palawija tumbuh dengan subur di tanah Indonesia yang berada di kawasan cincin pasifik, didukung oleh tanah yang subur, iklim tropis, dan curah hujan yang cukup.

Namun, meskipun sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Mayoritas penduduk di perdesaan bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Sayangnya, pengelolaan lahan yang tidak optimal menjadi kendala. Lahan yang seharusnya produktif seringkali tidak dikelola dengan baik karena masalah tata kelola, konflik lahan, atau alih fungsi lahan untuk industri dan perumahan. Kondisi ini mengurangi produktivitas pertanian dan ketersediaan lahan bagi para petani, sementara konversi lahan pertanian menjadi ancaman serius bagi masa depan sektor ini.

Selain itu, meskipun tenaga kerja di sektor pertanian melimpah, banyak dari mereka memiliki keterampilan yang rendah. Minimnya pelatihan yang memadai membuat produktivitas pertanian stagnan dan tidak mampu bersaing di pasar global. Padahal, program-program pemerintah seperti food estate, subsidi pupuk, dan inovasi teknologi pertanian seharusnya bisa memberikan dukungan signifikan bagi para petani. Infrastruktur seperti bendungan, jalan, dan irigasi juga sangat penting untuk memperbaiki akses dan distribusi hasil pertanian agar petani bisa menjual produknya dengan lebih efisien.

Sayangnya, kebijakan pemerintah sering kali tidak tepat sasaran. Program-program yang diluncurkan sering kali tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan petani karena distribusi bantuan yang tidak merata atau bahkan dikorupsi di tingkat lokal. Fokus kebijakan yang sempit pada komoditas tertentu juga membuat sektor pertanian secara keseluruhan kurang diperhatikan.

Beberapa masalah besar lainnya yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) adalah minimnya inovasi teknologi di kalangan petani. Sebagian besar masih menggunakan metode tradisional dan peralatan sederhana, sehingga tidak dapat memanfaatkan potensi teknologi modern untuk meningkatkan hasil produksi. Akses modal juga menjadi kendala, dengan banyak petani yang kesulitan mendapatkan kredit atau pendanaan yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Program permodalan yang ada sering kali tidak menjangkau petani kecil, atau prosedurnya terlalu rumit.

Pendidikan dan keterampilan petani yang rendah juga menghambat adopsi teknologi baru. Sistem pendidikan pertanian belum memberikan perhatian yang cukup, dan pelatihan bagi petani masih sporadis serta kurang berkelanjutan. Selain itu, fragmentasi lahan pertanian juga menjadi tantangan besar, karena petani mengelola lahan kecil dengan hasil yang terbatas, membuat mereka rentan terhadap fluktuasi harga dan gagal panen.

Namun, peluang bagi sektor pertanian Indonesia masih sangat besar. Permintaan bahan pangan dalam negeri yang besar merupakan potensi yang bisa dimaksimalkan. Dengan populasi lebih dari 275 juta jiwa, kebutuhan pangan setiap hari sangatlah besar. Sebagai contoh, konsumsi beras nasional diperkirakan mencapai 1,26 juta ton per bulan. Selain itu, pasar ekspor produk pertanian Indonesia juga memiliki peluang besar, terutama dengan meningkatnya permintaan global terhadap produk pertanian organik dan berkualitas tinggi.

Teknologi pertanian seperti precision farming dan smart agriculture juga mulai diterapkan di Indonesia, memberikan harapan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Pengembangan komoditas baru dan produk turunan dari hasil pertanian juga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk Indonesia di pasar domestik dan internasional.

Namun, peluang besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia masih mengalami keterbatasan dalam diversifikasi produk. Pengembangan produk organik dan bernilai tambah seringkali gagal karena kurangnya dukungan kebijakan dan infrastruktur. Kualitas produk pertanian Indonesia juga sering kali belum memenuhi standar internasional, yang menghambat daya saing di pasar global. Infrastruktur penyimpanan dan distribusi yang buruk menyebabkan kerugian pasca panen yang tinggi, sementara sistem distribusi yang tidak efisien menambah ketergantungan petani pada tengkulak.

Selain itu, ancaman serius yang dihadapi sektor pertanian adalah perubahan iklim. Cuaca ekstrem dan bencana alam dapat mengancam produksi pangan nasional. Respon pemerintah terhadap perubahan iklim masih minim, terutama dalam penerapan teknologi untuk menghadapi cuaca ekstrem dan perubahan pola tanam.

Ketergantungan pada produk impor yang lebih murah juga melemahkan daya saing produk lokal. Upaya untuk meningkatkan produksi domestik sering kali gagal karena lemahnya eksekusi kebijakan dan infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya, produk lokal sulit bersaing dengan produk impor, baik di pasar domestik maupun internasional.

Masukan untuk Presiden Prabowo dan Menteri Pertanian:

  1. Penguatan sistem pengawasan dan evaluasi kebijakan: Pemerintah perlu memperbaiki pengawasan terhadap program-program yang diluncurkan agar tepat sasaran dan berdampak langsung bagi petani.
  2. Peningkatan akses terhadap teknologi dan inovasi: Petani perlu didorong untuk mengadopsi teknologi modern melalui subsidi alat pertanian dan pelatihan berkelanjutan.
  3. Reformasi sistem pendidikan pertanian: Pendidikan pertanian harus lebih fokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan petani tentang inovasi baru. Program pelatihan intensif dan berkala perlu diperkenalkan.
  4. Diversifikasi dan peningkatan kualitas produk ekspor: Pemerintah perlu mendorong pengembangan produk bernilai tinggi dan meningkatkan kualitas produk lokal agar dapat bersaing di pasar internasional.
  5. Penguatan sistem ketahanan pangan domestik: Produksi pangan dalam negeri harus didorong untuk mengurangi ketergantungan pada impor, sehingga Indonesia dapat mencapai kemandirian pangan.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, sektor pertanian Indonesia dapat tumbuh lebih kuat dan memberikan kesejahteraan yang lebih besar bagi petani serta kedaulatan pangan nasional yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun