Bagaimana pembelajaran dikembangkan di tengah situasi seperti ini? Jawabannya adalah ada atau tidak ada internet pembelajaran harus jalan terus. Belajar itu bisa tentang apa saja, dimana saja, kapan saja dan sebenarnya boleh belajar dengan siapa saja. Sumber belajar bisa dari materi di sekolah, dari guru, masyarakat dan dari alam disekitarnya.
Kadang siswa waktunya habis di kelas dari jam tujuh pagi hingga jam satu siang, sehingga kehabisan waktu untuk mengamati alam sekitar, mencatat kejadian dan peristiwa, mengamati dan meneliti kebiasaan dan budaya di masyarakatnya dan lain sebagainya.Â
Dengan adanya belajar dari rumah anak bisa belajar kehidupan bapak ibunya, potensi di kampungnya, pengembangan ekonomi dan produksi warga desa, dan lain sebagainya. Anak bisa belajar menanam ke ladang, berkelana ke hutan, berenang dan mencari ikan di sungai, mengamati pantai dan mungkin sesekali ikut bapaknya melaut sehingga terbangun juga keberanian dan kecintaan pada laut yang luas itu. Untuk melakukan semua ini tidak begitu tergantung pada koneksi internet.
Anak anak di sekitar hutan bisa mencatat potensi hutan yang ada, potensi ladang dan kebun yang dimiliki orang tuanya, potensi wisata yang mungkin bisa dikembangkan di desanya dan sebagainya. Khawatirnya saat ini anak petani tidak hafal bedanya beras menthik susu dan menthik wangi. Atau keliru memilih serai dan jahe. Jangan jangan anak anak tidak hafal lagi bedanya merica dan ketumbar. Atau kesulitan membedakan rumput gajah dan serai.
Jangan jangan mereka tidak membedakan kusen dari kayu jati dan kayu mahoni, atau sulit membedakan antara kayu waru dengan kayu meranti? Hal ini mungkin saja terjadi karena walaupun mereka anak petani waktu mereka tersita cukup banyak disekolah. Bagaimana mau mencintai pertanian, kehutanan dan lautan kalau memahami saja masih keliru keliru? Orang tua dan masyarakat mereka adalah referensi dan sumber belajar yang bagus untuk belajar kekayaan sekitar anak, dan ini mudah dilakukan walaupun tidak ada koneksi internet.
Dengan adanya pademi ini anak anak justru berkesempatan untuk belajar secara nyata dan bersentuhan langsung dengan materi yang dipelajari. Kemudian bisa berdiskusi, berdialog, bertanya, mengingat, memahami, membedakan, mengelompokkan, merawat, mengawetkan, memelihara, memperbanyak, memperkaya, mengembangkan, menghayati, Â dan belajar mengontrol. Sehingga segenap sumberdaya yang ada di sekitar mereka bisa mereka kelola untuk kebaikan kehidupan mereka, kesejahteraan mereka, dan kemakmuran bangsa.
Situasi saat ini mengingatkan bahwa belajar itu sangat banyak aspeknya, sangat banyak sumbernya dan sangat banyak bidangnya. Anak, orang tua dan masyarakat punya sangat banyak pilihan dan bebas memilihnya. Sekolah salah satunya saja.
Selamat Belajar untuk kita semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H