Teater sebagai gerakan dipergunakan untuk merebut kekuasaan (dalam pengertain yang lebih luas). Pada konteks ini, ada sejumlah peperangan konsep dan ideologi yang akan dilalui seorang teaterawan. Ada estetika yang ingin dimenangkan. Distrik penting dalam ruang-ruang media informasi mesti direbut dan diwarnai dengan kecenderungan dan corak estetika yang ingin ditawarkan.Â
Gerakan ini akan berhasil apabila seseorang atau sekelompok telah memerdekakan diri mereka dari kusut-masai wacana di tengah paradoks penafsiran. Artinya teater bukan sebagai ilmu dan gerakan semata, melainkan menjadi sebuah kesadaran spiritualitas tentang kompleksitas kehidupan yang bagaikan permainan tanda dan senda gurau belaka. (Zelfeni Wimra: Menimbang masa depan ideologi teater kampus di sumatera barat)
Akhirnya mengembangkan ideology dalam teater bisa di tempuh dalam aspek: pertama, penguasaan persoalan terkait tema, konten, pesan yang berkaitan dengan realitas, kritik sosial, menyuarakan aspirasi kaum miskin dan pinggiran serta tertindas. Kedua, pengolahan simbol yaitu penuturan kisah, pembangunan tokoh, pemilihn alur, pembangunan suasana, dan membangun klimk drama yang efektif dan tidak salah fokus. Ketiga, membangun pementasan yang berisi secara ideologis, secara estetis dan pesan yang dimuat benar-benar sampai kepada penonton. / jb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H