Mohon tunggu...
Muja Hidin
Muja Hidin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas mulawarman

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ~pramoedya ananta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diskursus Demokrasi Deliberatif dalam Konteks Demokrasi Pancasila

4 September 2020   16:43 Diperbarui: 4 September 2020   16:31 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam aspek negara hukum yang demokratis sebagaimana yang dimaksud "Jurgen habermas" adalah bagaimana proses penyusunan regulasi/ kebijakan dengan model "deliberalisasi" yang kita kenal dalam kultur demokrasi di Indonesia adalah musyawarah tentunya inilah kemiripan yang saya maksud dalam demokrasi Pancasila  ,bahwasannya prosesnya juga secara prosedural harus melibatkan partisipasi publik sehingga dengan keterlibatan tersebut juga mampu membentuk suatu bentuk regulasi/kebijakan yang memiliki legitimasi yang cukup kuat di dalam linkungan masyarakat sosial .maka ketika kontekstualisasi yang dimaksud  itu benar benar terelasisasi di dalam kultur demokrasi di negara kita maka bukan hal mustahil cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan lagi menjadi suatu hal yang mustahil untuk kita wujudkan .

Namun sejatinya untuk mencapai itu perlu sebuah sinergiritas yang harus selalu kita bangun ,sebagaimana istilah yang sering kita dengar dalam teori demokrasi yaitu sebuah "konsensus" (kesepakatan bersama) maka dari sinilah kita harus menarik bahwasannya problematika-problemetika hari ini akan kita selesaikan secara gotong royong sehingga akan menghasilkan sebuah konsensus yang  yang menjadi cita-cita dan tujuan  negara kita yang tertuangkan di dalam sila ke 5 yaitu, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun