Kenapa Harus Menikah?
Pernikahan atau perkawinan itu, di samping adalah peristiwa hukum, juga peristiwa agama, sekaligus merupakan peristiwa budaya.
Peristiwa hukum, berarti bahwa pernikahan itu harus sesuai dengan hukum agama masing-masing dan kèpercayaannya itu, juga harus tercatat sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Peristiwa agama, berarti bahwa pernikahan itu sakral, suci, ada nilai spiritual, nilai ibadah, dan nilai kebaikan.
Peristiwa budaya, dengan kata lain, bahwa pernikahan kerap kali bermuatan nilai-nilai budaya dan adat istiadat setempat. Ada kearifan lokal yang mengiringi prosesi pernikahan.
Pernikahan itu fitrah dan gaya hidup.
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan dewasa (cukup umur) untuk meraih kebahagiaan. Â Pernikahan itu komitmen dan perjanjian suci yang sangat kuat dan kokoh (mitsaqan qaliza).
Kenapa pernikahan kadang, kalau tidak, bahkan sering, kandas di tengah jalan? Atau kenapa perceraian begitu mudah terjadi dan angkanya cenderumg meningkat dari tahun ke tahun?
Pernikahan meniscayakan bagi pasangan suami istri untuk saling menyadari dan menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam pernikahan harus terjadi hubungan yang baik dan sehat (mua'asyarah bi al-makruf). Hindari hubungan toksik (toxic relationship), yaitu hubungan beracun atau hubungan yang tidak sehat antara pasangan suami istri, yang cenderung berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
Menjalin komunikasi yang efektif, baik verbal maupun nonverbal, bersikap dan berucap yang baik dan elegan, penuh sopan santun, adalah sangat penting.
Suami istri harus terus memupuk rasa saling mencintai dan menyayangi. Saling menjaga dan melindungi. Saling support (menguatkan, menyokong, mendukung, mendoakan).
Saling tepa selira. Tepa selira adalah sikap yang berarti menjaga perasaan orang lain dengan berperilaku sopan dan santun. Tepa selira juga dapat diartikan sebagai sikap tenggang rasa.
Tepa selira merupakan konsep yang berasal dari budaya Jawa. Sikap ini menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan menghindari perkataan atau tindakan yang dapat menyakiti hati orang lain atau pasangan.
Menata ego dan emosi. Tidak boleh ingin menang sendiri. Hindari sikap mudah menghakimi (men-judge) dan over thinking terhadap pasangan. Biasakan tabayun (klarifikasi) dan berpikir positif, jika ada hal-hal yang ganjil. Khawatir menimbulkan kesalahpahaman.
Setia pada komitmen, janji suci, dan niat yang mulia dalam menyatukan hubungan Anda, hatta sampai ke pelaminan dan menikah.
Jadikan kejujuran dan keterbukaan sebagai kunci untuk keharmonisan, kenyamanan, kesejahteraan, kemakmuran, dan pintu keberkahan.
Ibarat mendayung bahtera (sampan), Anda berdua sebagai pasangan suami istri sudah sepakat melepas jangkar, bersiap mengarungi lautan luas kehidupan berumah tangga. Â
Bersiap menghalau angin, menerjang gelombang, memecah karang, menari bersama di atas ombak, untuk bersama-sama berlabuh sampai ke dermaga atau pantai impian (harapan).
Yaitu kebahagiaan bersama. Bahagia sehidup di dunia, kini, dan bahagia sesurga di akhirat, nanti. Sakinah mawaddah wa rahmah. Sebuah keluarga sakinah, nan penuh ketenangan dan kenyamanan itu bertumpu pada mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Tentang anak-anak, sebagai buah hati, karunia, dan amanat Tuhan, maka kedua orang tuanya wajib merawat, mengasuh, dan mendidiknya dengan baik, penuh tanggung jawab, penuh cinta dan kasih sayang. Cintai dan sayangi anak-anak Anda dengan tulus.
Berikan asupan ASI (Air Susu Ibu), paling tidak, sampai rentang usia anak dua tahun, dan makanan yang bergizi, sehat, dan baik untuk petumbuhan fisik dan kecerdasannya. Ikhtiar untuk mencegah terjadinya stunting pada anak-anak.
Carilah nafkah lahir (kebutuhan lahiriah, bersifat materi) dari rezeki yang halal dan dengan cara baik (proses yang baik dan nirkriminal). Faktor ekonomi sangat penting dalam menopang kehidupan rumah tangga dan keberlangsungan keluarga. Manajemen keuangan keluarga itu kudu (harus).
Judi, apa pun modelnya, judi offline atau judi online adalah krimininal. Sangat merugikan. Bikin sengsara. Nirfaedah dan nirguna sama sekali. Hindari judi.
Narkoba adalah racun bagi siapa pun, pun suami istri. Berdampak kepada keharmonisan rumah tangga. Bahaya akut (sangat merusak) bagi akal dan psikis. Sebuah keluarga yang terpapar penyalahgunaan narkoba pasti hancur. Berantakan. Kecuali insaf.
Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Abu al-'Atahiyya (748–828 M) atau bernama lengkap Abu Ishaq Isma'il ibn al-Qasim ibn Suwayd Al-Anzi, penyair Irak, mengatakan, "Tarjun-najaata wa lam tasluk masaalikaha, innas-safiinata la tajri 'alal yabas."
Artinya, Anda mengharap keberhasilan (kebahagiaan), walakin Anda tidak lalui prosesnya, yaitu jalan menuju keberhasilan atau kebahagiaan itu, sesungguhnya bahtera (kapal) itu tidak akan pernah berlayar dan melaju ke tengah lautan, jika masih berada di daratan.
Teruslah berproses dan berikhtiar. Sebab kapal itu benar-benar berfungsi sesuai tujuannya untuk apa dibuat, jika melaju dan berlayar ke tengah lautan lepas. Dus, jangan pernah takut menikah. Tabik. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI