Bukankah itu justru akan mengundang, mengandung, dan melahirkan kemarahan nasional. Di mana-mana orang meradang. Menerjang apa saja. Huru-hara dan kerusuhan di mana-mana. Korban jatuh bergelimpangan.
Oh, tidak! Jangan. Jangan lagi terjadi seperti yang saya saksikan kasatmata tentang tragedi kerusuhan 1998 itu. Pembakaran, penjarahan, pemerkosaan, penembakan, penculikan, Â dan penganiayaan terjadi di mana-mana. Mencekam. Menyayat hati.
Sori, bukan mengesampingkan dan menafikan hasil survei dari beberapa lembaga survei (tidak perlu saya sebutkan, sudah masyhur) akhir-akhir ini, bahwa tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Jokowi tetap berada pada level persentase 70 persen lebih. Masih tinggi.
Juga, bukan memungkiri realitas yang terjadi dalam berbagai faktor dampak pandemi ini, terutama faktor ekonomi.
Cobalah para tokoh bangsa ini dilibatkan untuk berembuk baik-baik, bagaimana yang terbaik menghadapi problem bangsa ini demi kebaikan bersama.
Bukan sekadar memuaskan birahi kekuasaan dan meluluskan kepentingan segelintir orang dan golongan dengan mengabaikan kepentingan bangsa dan negara tercinta.
Ringkasnya, penundaan pemilu 2024, jika itu benar-benar dilakukan, adalah nirfaedah bagi "kita" semua. Legawa. Biarkan suksesi berjalan pada jalannya. Selamat hari Jumat, tetap semangat dan sehat. Tabik. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H