Bahkan, Bilal pernah mengusulkan kepada Nabi SAW untuk menambah kalimat, "as-shalaatu khairun minannauum" (salat lebih baik daripada tidur) pada azan salat subuh. Nabi pun menerima usul itu. Dan kalimat itulah yang sampai kini dikumandangkan dalam azan salat subuh.
Bilal tetap mejadi muazin Rasulullah sampai Beliau wafat (11 H/632 M). Dan setelah Nabi wafat, tatkala Abu Bakar sebagai khalifah (pemimpin), dikisahkan bahwa Bilal tidak mau lagi mengumandangkan azan saking masih merasa sedih dan kehilangan atas wafatnya Rasulullah.Â
Konon, ia kembali mengumandangkan azan untuk terakhir kali dan disaksikan khalifah Umar bin Khattab ketika Bilal sudah tinggal di Syam (Damaskus, Suriah). Bilal pun wafat di Damaskus tahun 640 Masehi.
Jejak Bilal bin Rabah sebagai orang pertama yang mengumandangkan aza tetap melegenda dan membekas sampai hari ini. Bahkan, namanya pun, "Bilal" diabadikan untuk menyebut seorang muazin, termasuk di Indonesia.
Dari kisah teladan Bilal bin Rabah ini dapat dipetik pelajaran bahwa aspek profesionalitas, integritas, dan loyalitas itu adalah penting dalam sisi kehidupan.
Islam adalah agama yang menentang perbudakan, mengajarkan egalitarianisme, anti diskriminasi dan anti rasisme, last but not a least, Islam adalah rahmat bagi semesta.Â
Berikut saya kutipkan nada suara azan senada dengan azan Bilal bin Rabah yang dikumandangkan oleh Syekh Hisam Thiyarah, Damaskus, Suriah yang riwayat sanadnya (ditengarai) bersambung ke Bilal bin Rabah. Wallahualam. Tabik. []
--------------
Rujukan:
Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, "Bilal bin Rabah" (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), hal. 109