Anda mungkin pernah jalan-jalan saat bulan Ramadan ke Benhil, salah satu kawasan dan daerah di Jakarta Pusat, masuk wilayah Kecamatan Tanah Abang. Atau paling tidak Anda pernah mendengarnya.
Saya perah menyaksikan sendiri, ketika saya bertugas di Jakarta Pusat dan aktif di MUI DKI Jakarta, kebetulan kantornya di sekitar Tanah Abang, bahwa di sekitar jalan raya Benhil itu, separuh jalan raya sengaja dibangun tenda-tenda atau lapak-lapak untuk masyarakat berjualan berbagai panganan dan kudapan untuk berbuka puasa. Ramai dan tumpah ruah. Bukanya menjelang berbuka puasa, sore hari sebelum magrib.
Sebenarnya bukan hanya kawasan Benhil yang disulap menjadi semacam pasar kaget yang menjual panganan dan kudapan sebagai kebutuhan berbuka puasa, tetapi fenomena serupa itu pun menjamur di hampir semua daerah lain di antero negeri ini pada musim puasa Ramadan.
Tak terbayangkan betapa tinggimya peningkatan perilaku ekonomi dan peredaran uang di tengah masyarakat saat puasa Ramadan. Ini pun realitas yang sulit terbantahkanÂ
Belum lagi begitu banyak komoditas diproduksi dan hanya ada di bulan Ramadan. Kolak pisang, kolang-kaling, apem putih, timun suri,dan kudapan-kudapan lainnya adalah juga contoh nyata.
Lain pula yang terjadi pada beberapa hari di penghujung bulan Ramadan, mendekati momen lebaran tiba, misalnya, pemandangan di pasar -pasar, baik pasar tradsional maupun pasar modern, berupa keramaian dan kesibukan kegiatan ekonomi masyarakat untuk sekadar membeli kebutuhan menghadapi momen lebaran, adalah lumrah.
Fenomena ini muncul tentu tidak saja di desa-desa tapi juga di kota-kota. Ini artinya bahwa, begitu dahsyatnya hikmah dan pengaruh momen bulan Ramadan terhadap perilaku ekonomi dan keuangan masyarakat.
Ini semua tentu merupakan hal positif yang menggembirakan dan harus disyukuri dari pengaruh momen Ramadan bagi kehidupan kita sehari-hari.Â
Tapi bukan berarti tidak ada dampak negatif di balik fenomena yang sangat menggembirakan itu, seiring pada sisi lain memerlukan kewaspadaan dan kearifan dalam merespons dan menyikapinya.
Salah satu dampak negatif yang cenderung muncul adalah perilaku konsumerisme, hasrat konsumtif, dan pemborosan di kalangan masyarakat.
Pengeluaran keuangan saat bulan Ramadan cenderung membengkak dan meningkat drastis. Kebutuhan di bulan suci Ramadan seolah-olah lebih besar ketimbang saat-saat di luar bulan Ramadan.Â