Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Esai-esai Politik di Kompasiana, Mengapresiasi Fery Widiatmoko dan Elang Salamina

22 Januari 2021   19:10 Diperbarui: 22 Januari 2021   23:09 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto dari Kompasianer Penulis Berbalas (KPB)

Fery Widiatmoko dan Elang "Maulana" Salamina. Adalah dua Kompasianer—bukan saya bermaksud berlebihan dan menafikan yang lain— dari segenap Kompasianer yang secara khusus, khusyuk menulis esai politik. Soal-soal atau isu-isu politik aktual hampir tidak pernah luput dari sorotan mereka berdua.

Sebenarnya tidak sedikit, tapi juga bisa jadi tidak begitu banyak, penulis atau Kompasianer yang lumayan getol dan konsisten menayangkan tulisan atau esainya yang lebih banyak menyoroti perihal politik aktual atau hal-hal yang berbau politik di Kompasiana ini.

Mungkin hampir semua orang bisa jadi terbiasa bicara politik dan memiliki naluri politik, tapi kerap kesulitan menuangkannya dalam sebuah tulisan. 

Atau mungkin sudah ciut (takut dan tidak berani) duluan mengudarnya dalam sebuah tulisan. Karena politik itu cenderung bersinggungan dengan hal-hal yang sensitif, kalau tidak hati-hati, bisa-bisa tersandung masalah. 

Saya pernah mengalaminya dulu di tengah memanasnya kontestasi pilpres 2019 yang lalu. Tulisan saya diganjar peringatan (diblok) oleh admin, karena ditengarai menyerang secara personal (lembaga atau pihak lain), pencemaran nama baik, dan pelanggaran UU ITE.

Saya menduga mungkin karena dari segi judulnya itu terlalu mencolok, bias, terlalu memihak, dan mengarah pada klaim sepihak. Seingat saya saat itu, saya membuat judul tulisan saya, adalah: "Prabowo Subianto Kalah, Inilah Skenario Timsesnya". 

Nah, tulisan itu saya tayang malam harinya setelah beberapa jam pemungutan suara pilpres 2019 berlalu. Akhirnya, saya sempat kaget juga, sontak tahu-tahu diblok oleh admin. Tapi, kemudian saya ganti saja judulmya, dan saya tayangkan lagi. Dan, bersyukur selamat dari jerat blok, walaupun minus label. It's oke.

Padahal tulisan saya itu adalah semacam prediksi. Namanya juga prediksi tentu saja saya seakan-akan mendahului sesuatu yang belum terjadi. Mendahului penghitungan suara Quick Count dan KPU. Pokoknya, mendahului takdir. 

Sekalipun, akhirnya, di kemudian hari, takdir dan langkah-langkah politik (skenario politik) pasangan Prabowo -Sandi dan timses-nya atau Badan Pemenangan Nasional (BPN) adalah berbanding lurus, persis seperti apa yang saya tulis, dan benar adanya.

Maka jadilah tulisan saya itu, setelah ganti judul, tapi saya tetap tidak merevisi isinya sih, seperti ini: Menyaksikan Drama Politik Pasca Quick Count. 

Saya beberapa kali (kalau tidak bisa disebut sering) dan tidak sedikit menulis esai politik di awal-awal bergabung dengan Kompasiana. Hanya akhir-akhir ini atau belakangan ini saja saya sesekali menulis tentang politik. Ya, terus terang saya mikir-mikir dulu sekarang kalau mau nulis politik. Hehe...

Bukan apa-apa, saya merasa agak berhati-hati atau sedikit "ngeri-ngeri sedap" menulis tentang politik itu. Salah satunya karena pernah diblok oleh admin itu dan kekhawatiran muncul respons negatif "di luar sana" yang bisa jadi bumerang.

Dari kejadian itu, ada beberapa draf tulisan saya tentang politik, akhirnya, saya urungkan untuk menayangkannya. Atau terpaksa saya menghindari dan memberi jarak untuk menulis soal-soal atau isu-isu politik. 

Pada gilirannya, saya lebih baik melarikan diri dari tulisan-tulisan yang berbau politik, dan menulis soal-soal lain di zona aman dan nyaman saja. 

Menulis di zona aman dan nyaman itu (di luar kategori politik), misalnya, adalah kategori humaniora (filsafat, edukasi, sosbud), hiburan (film, musik), wisata (travel, kuliner), gaya hidup, fiksiana, atau sekarang ada kategori baru, Lyfe.

Dulu, beberapa (tidak sedikit) tulisan saya tentang politik itu ternyata kerap tidak mendapat label apa pun (minus label). Di samping itu, kayaknya dulu itu saya tidak pernah menperhatikan label (tidak peduli mau dapat label atau tidak), atau jangan-jangan belum ngeh. Saya itu menulis-menulis saja. Enggak ngurusin gitu-gituan. 

Padahal kalau saya buka-buka arsip tulisan saya yang dulu di awal saya menulis esai politik di sini, di Kompasiana, lumayan bagus, menarik, dan selalu aktual kok. Tidak jelek-jelek amat. 

(Enggak apa-apalah, sesekali memuji diri sendiri, mumpung belum ada UU yang melarangnya. Juga, biarin aja dibilang, laut kok digaramin.)

Dus, saya tetap salut dan mengapresiasi Fery Widiatmoko dan Elang Salamina, pun Kompasianer lainya yang selalu getol dan secara khusus khusyuk menulis esai politik di Kompasiana ini.

Terlepas, ada yang bilang bahwa esai-esai politik di Kompasiana itu tidak lebih sekadar mengulang-ulang informasi dan isu politik yang sudah dilansir oleh media-media arus utama (mainstream), Kompas.com sebagai ibu kandung Kompasiana, misalnya, dan media-media lainnya.

Benarkah seperti itu? Yang jelas, realitasnya, esai-esai politik atau tulisan tentang politik di Kompasiana selalu laris manis, terpopuler, dan mendulang bejibun pembaca (viewers) yang tidak diragukan lagi. 

Sekalipun, hampir jarang tulisan Fery Widiatmoko dan Elang Salamina tentang politik menjadi Headline (Artikel Utama), tapi justru esai politik mereka berdua itu sering menghuni rubrik "Tren Pekan Ini", bukan?

Kenapa bisa begitu? Jawabannya, barangkali, itulah (esai) politik, selalu menarik, menggelitik, aktual, bernas, analitis, ada sesuatu yang berbeda, dan berangkat dari sudut pandang (paradigma) yang lain.

Dan, terus terang sering juga, saya mendapat informasi dan isu-isu tentang politik aktual dari esai-esai politik di Kompasiana.

Itulah yang dipraktikkan dan dirasakan oleh Fery Widiatmoko dan Elang Salamina, pun penulis-penulis esai politik di Kompasiana ini begitu ngetop dan luar biasa harum namanya. 

Makanya, adalah layak dan patut, Fery Widiatmoko dan Elang Salamina, dua Kompasianer kita ini, mendapat apresiasi dan didapuk untuk menjadi narasumber bersanding dengan Gun Gun Heryanto, pakar komunikasi politik dan pengamat politik, dalam sebuah webinar dan blogshop kolaborasi Kompasiner Penulis Berbalas (KPB) dan Kompasiana.

Blogshop bertajuk "Menulis Artikel Politik Populer yang Bernas dan Mawas" ini akan digelar 04 Februari 2021 mendatang di Kompasiana. Selamat dan sukses! Tabik. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun