Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sungkem Saya untuk Segenap Pemilik Rahim

22 Desember 2020   20:10 Diperbarui: 22 Desember 2020   23:59 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Presiden Jokowi saat sungkem pada almarhumah ibundanya/tribunnews.com

Sembilan bulan sepuluh hari. Hitungan hari dan bulan. Simbol akumulasi angka dan waktu kuantitatif. Pernah menetap nyaman di rahim ibu.

Waktu kualitatif adalah durasi psikologis dan spiritual yang hakiki, paling esensi, dan lebih penting. Di luar ruang dan waktu kuantitatif tadi. Fisik dan mekanik. Hitungan angka-angka detik, menit, jam, hari, tanggal dan tahun. Sekalipun, itu semua penting, dan takbisa dielakkan.

Tentang rahim ibu, adalah menarik bahwa dalam hadis qudsi, Tuhan berfirman:  "Aku (Tuhan) Yang Maha Pengasih (al-Rahman) yang menciptakan rahim (ibu). Aku-lah yang memberi nama rahim itu sendiri dari pecahan nama-Ku."

"Barang siapa yang selalu bertaut tali kasih dengan rahim (ibu), maka pasti Aku (Tuhan) pun bertaut tali kasih dengannya. Dan sebaliknya, barang siapa yang memutuskan tali kasih dengan rahim (ibu), maka pasti Aku pun demikian."

Kasih sayang ibu adalah pengejawantahan kasih sayang Tuhan. Mengasihi dan menyayangi ibu akan mengantarkan kepada kasih dan sayang Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Rahim adalah organ tubuh yang hanya dimiliki oleh seorang ibu (perempuan). Itulah satu hal yang paling asasi, dan membedakannya dengan seorang ayah (laki-laki).

Makanya, seorang ibu (perempuan) mengandung dan melahirkan. Adalah sebuah pengalaman fisik, psikologis, dan spiritual yang mustahil dirasakan oleh seorang ayah (laki-laki). 

Itulah sunatullah yang takbisa dimungkiri dan diubah.

Untuk itu, menjaga dan melindungi ibu dengan penuh cinta dan kasih sayang adalah keniscayaan yang harus terus dilakukan semua anak yang merasa terlahir dari rahim ibu.

Melukai hati dan mendurhakai ibu, adalah seorang anak "malin kundang" yang berhati dan berkepala batu. Diberhala oleh nafsu kesombongan dan dipasung oleh ketakaburan yang semu.

Selama hayat dikandung badan, sepenuh hati menjaga dan menyayangi ibu, pemilik rahim adalah bukti kesalehan seorang anak.

Selamat Hari Ibu 2020. Sungkem saya untuk segenap pemilik rahim. Ibu yang kasihnya terus mengalir dalam darah dan helaan napas yang takterbatas ruang dan waktu. Abadi sepanjang masa dan selamanya. 

Untuk melukiskan sosok ibu, perkenankan saya mengutip lirik lagu, "Kasih Ibu" ciptaan Mochtar Embut atau lebih dikenal dengan nama SM Mochtar yang melegenda itu, "Kasih ibu, kepada beta, takterhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia."

Merindu ibu, sehat selalu. Tabik. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun