Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nirguna Represif, dan Takbisakah Persuasif?

8 Desember 2020   20:11 Diperbarui: 9 Desember 2020   12:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suasana malam hari di jalan tol Jakarta - Cikampek / Dokumen Pribadi

Tidak usah diceritakan lagi orang-orang yang masih saja eyel dengan prokes di suatu tempat di Jakarta. Di beberapa momen itu pada beberapa waktu yang lalu. 

Semua sudah tahu, dan imbasnya secara hukum masih ditangani pihak yang berwenang sampai hari ini. Bukan saja melahirkan klaster baru Covid19, tapi juga dicopotnya para pejabat terkait dan pemangku kepentingan yang lengah, dan ditengarai takbisa mengendalikan keadaan, sehingga terjadi pelanggaran. 

Tampaknya cerita ini masih berlanjut. Belum selesai sampai di situ. Panjang episodenya. Akan terus kejar tayang. Yang mau menonton, tontonlah. Gratis, kok. 

Sementara, cerita lainnya mengenai korupsi, juga takada habisnya. Sambung-menyambung, dan enggak kelar-kelar. Tidak usah disebut satu per satu kasus korupsi di negeri ini. Malu. Kemarin baru saja, dan masih hangat kasusnya. Korupsi ekspor benur dan dana bantuan sosial (bansos) wabah Covid19. Namun yang dulu-dulu juga masih buaaanyak.

Belum lagi yang berkaitan dengan masalah yang baru saja terjadi dini hari kemarin (07/12/2020). Masih bertaut dengan masalah imbas dari aktivitas simpatisan ormas tertentu: Bentrok aparat kepolisian versus aktivis ormas tertentu itu di jalan tol Jakarta-Cikampek kilometer 50.

Informasi dan berita yang berkembang masih simpang siur. Dari pihak kepolisian sudah merilis pernyataan dalam konferensi pers tentang kronologis peristiwa itu. 

Sementara dari pihak ormas tersebut membantah mentah-mentah pernyataan dari pihak kepolisian. Pihak ormas mempunyai cerita dengan versi yang berbeda. 

Dalam kondisi seperti ini, publik berhak untuk mengetahui dan mengakses informasi berdasarkan fakta yang benar dan valid. Solusinya adalah hukum harus ditegakkan. Biar terang benderang masalahnya.

Akhirnya, terlepas dari cerita peristiwa yang sama tapi berbeda versi itu, dan bagaimana yang terjadi sesungguhnya, adalah pelajaran penting dan mendasar yang kembali harus disadari oleh semua pihak bahwa, nirkekerasan dan komunikasi persuasif mestinya menjadi prioritas. Apa pun masalahnya.

Tindakan kekerasan dan represif, baik fisik ataupun psikologis, sekecil apa pun, wajib dihindari oleh semua pihak. Siapa pun harus menahan diri, dan jangan terbawa emosi agar tidak menimbulkan bentrok, konflik sosial horizontal, dan korban dari berbagai pihak.

Bentrok dan konflik sosial horizontal kerap terjadi karena dipicu oleh berbagai faktor. Bisa persoalannya bertumpu pada kepentingan pribadi, kepentingan politik, paham keagamaan, ketimpangan sosial, kemisikinan, dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun