Ini bukan mengada-ada. Ini adalah realitas yang terjadi di lokasi pengungsian. Silakan baca hasil liputan jurnalis Kompas.com di lokasi pengungsian ketika gempa terjadi di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah pada 2019 yang lalu.Â
Ini benar-benar terjadi. Kita tidak perlu menggeleng-gelengkan kepala sebagai isyarat tidak habis pikir, sambil bergumam, "Gila!". Tapi yang jelas memang tidak mungkin "bilik asmara" disediakan, jika tidak ada keresahan dan permintaan dari para korban bencana.
Ini buktinya: Â Sulitnya Pengungsi Bercinta di Lokasi Pengungsian, Sewa Penginapan hingga Minta Bilik AsmaraÂ
Maka, "bilik asmara" adalah solusi efektif dan alternatif kemanusiaan bagi pasangan suami istri, penyintas bencana dalam memenuhi kebutuhan seksualnya yang menggebu dan takbisa ditunda-tunda itu di lokasi pengungsian bencana.Â
Artinya, jangan sampai terjadi "bencana baru" yang muncul dari pasangan suami istri yang masih hot dan hasrat seksualnya tinggi, berupa penyakit uring-uringan, sakit kepala tidak jelas, stres, kesepian, disorientasi, dan gangguan-gangguan lain, baik fisik maupun psikologis, gara-gara tidak difasilitasi di lokasi pengungsian.
Inilah yang terjadi saat bencana gempa bumi di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah tahun 2019, Kabupaten Maluku Tengah tahun 2019, dan langkah antisipasi dari pemerintah provinsi DI Yogyakarta ketika terjadi erupsi Gunung Merapi dalam status siaga pada bulan Nopember dan Desember 2020 yang lalu.
Pantas, ada yang bilang, bahwa tidak saja menulis sebagai terapi kesehatan, tapi hubungan seksual (sebagai suami istri yang sah) juga adalah terapi kesehatan. Tabik. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H