Saya ingat, Amien Rais, salah seorang pelaku dan saksi sejarah runtuhnya rezim orde baru kala itu yang berani "mendobrak" kebekuan wacana politik dan mengawali. Lantang suarakan wacana suksesi. "Mengapa bicara suksesi kok tabu, pamali dan dituduh subversi?" teriak Amien Rais saat itu berapi-api.Â
Maaf, terlepas dari persepsi bahwa Amien Rais dulu agak berbeda dan berubah dengan Amien Rais kini. Kini sikap politiknya mendadak lebih condong ke "kanan", eksklusif, dan anomali. Pemikirannya kadang irasional, sesekali bercampur klenik, dan cenderung berhalusinasi. Kerap melakukan politisasi agama, mudah sekali mencaci maki, dan jauh dari rendah hati.Â
Tetapi bagaimanapun Amien Rais tetap memiliki kontribusi dalam mengangkat wacana suksesi ini, sebagai proses pergantian kepemimpinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah alami dan wajar di negara yang menganut sistem demokrasi.Â
Artinya, pergantian kepemimpinan nasional harus lewat proses regenerasi dan direncanakan jauh-jauh hari sesuai konstitusi. Di sini Amien Rais, seorang tokoh politik saat itu yang berani memulai.
Undang-undang Dasar 1945 bukanlah kitab suci yang tidak bisa direvisi. Amandemen UUD 1945 adalah mendesak dan harus dilakukan demi kepentingan masa depan bangsa dan negeri ini. Jangan sampai terulang lagi, penguasa seumur hidup yang takmungkin digonta-ganti, kecuali mati.
Saat Amien Rais Ketua MPR RI, adalah sejarah kali pertama dalam perjalanan sejarah bangsa ini, amandemen UUD 1945 terjadi.
Beberapa pasal dalam UUD 1945 itu dibongkar pasang dan dikuliti. Salah satunya, adalah pemilihan umum langsung setiap lima tahun sekali dan pembatasan dua periode masa kerja presiden/wakil presiden, dan kepala daerah yang boleh ikut pemilu lagi.
Inilah sekarang yang terjadi pada bangsa ini. Karena konstitusinya seperti itu, pilkada serentak 2020 tetap digelar di tengah pandemi, walaupun tampaknya setengah hati. Sangsi, akankah lahir klaster baru pandemi dari kontestasi pilkada serentak, 09 Desember 2020 nanti? Semoga saja takada yang terpapar pandemi. Aman, tidak anarkis, damai dan menyejukkan hati.
Dan inilah pilihan politik yang dianggap terbaik untuk Bangsa Indonesia hari ini. Entah esok hari, atau lusa nanti, perlukah konstitusi yang kini ada dirombak dan dibongkar pasang lagi? Masihkah harus ada reformasi lagi?
Mari kita serahkan kepada anggota dewan yang terhormat sebagai representasi wakil-wakil rakyat yang duduk manis dan santai di kursi empuk gedung MPR/DPR RI, sekalipun agak pesimis di hati. Karena sangsi masih adakah hati nurani mereka untuk membela rakyat yang diwakilinya di antero negeri kita tercinta ini? Tabik. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H