"Realitasnya benar berdasarkan data, bahwa persentase angka kematian akibat Covid-19 di DKI Jakarta saat ini menurun, tapi yang meninggal meningkat tajam." kata gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Sori, Anda paham enggak, maksudnya ini? Sepenggal narasi itu disampaikan oleh Anies Baswedan pada konferensi pers dimulainya pemberlakuan kembali PSBB dua pekan yang lalu.
Bagi yang kurang senang atau yang memang sejak dalam pikirannya, bercokol sikap membenci Anies Baswedan, maka respons atas narasi gubernur DKI Jakarta ini adalah otomatis semburan "lumpur" nyinyir dan perisakan.
Mereka mengolok-olok Anies Baswedan atas kata yang dianggap ganjil dan janggal, kata "kematian" dan "meninggal". Menurut versi mereka, "ya podo bae, sami mawon artinya dari kata kematian dan meninggal itu". Dengan kata lain, mereka mengklaim, bahwa Anies pasti keliru, atau kalau tidak, salah dengan narasinya. Sekilas benar secara leksikal.
Namun, jika dipahami dengan mata hati yang yang jernih dan kepala dingin, hasilnya akan berbeda. Dalam konteks apa dan kenapa narasi itu keluar dari mulut mantan rektor Universitas Paramadina itu.
Jika memahami secara proposional dan tidak melulu mengedepankan pikiran negatif atas narasi Anies Baswedan itu, maka sebenarnya Anies sedang berbicara menggunakan bahasa statistik. Ingat, pahami pernyataan Anies dengan bahasa statistik. Maka dijamin tidak gagal paham.
Maaf, saya awam soal statistik. Tapi, secara simpel atau sederhananya, bisa dijelaskan seperti ini. Sekadar contoh: Misalnya, kasus sebelumnya 5 orang meninggal dari 100 orang positif Covid-19. Ini artinya 5% tingkat kematian.
Sedangkan kasus yang sekarang, 20 orang meninggal dari 1000 orang positif Covid-19. Ini artinya 2% tingkat kematian. Dengan demikian, berarti tingkat kematian turun 3%, sementara jumlah yang meninggal naik atau meningkat, karena yang positif juga jumlahnya naik atau meningkat.
Ini bukan berarti saya sedang ingin mengangkat-angkat dan menyanjung-nyanjung Anies Baswedan. Tapi memang seharusnya ketika kita mengkritik siapa pun dia, adalah baik dan elegan dengan cara bijak, rasional dan proposional, termasuk kepada Anies Baswedan.
Mengkritik siapa pun. Mengkritik orang lain, atau autokritik, sekalipun, adalah baik dan penting. Setidaknya, kritik yang membangun, bersikap etis, elegan, rasional, dan proposional. Tidak merendahkan secara pesonal. Tidak mencemarkan nama baik, dan juga penting, tidak melanggar peraturan perundang-undangan, UU ITE, misalnya.
Cenderung Pernikahan Bedolan