Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Cak Nur dalam Memaknai Kemerdekaan Indonesia Kita

17 Agustus 2020   23:39 Diperbarui: 18 Agustus 2020   16:48 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian koleksi buku-buku Cak Nur | koleksi pribadi (MUIS SUNARYA)

Pada HUT 75 RI, dan jelang peringatan wafatnya (29 Agustus 2005) atau haul ke-15 tahun ini, saya teringat guru bangsa dan cendikiawan muslim Indonesia, Prof. Dr. Nurcholish Madjid--akrab disapa Cak Nur--dalam memaknai kemerdekaan Indonesia kita. Semoga kasih sayang dan rida Tuhan melimpah dalam petirahannya yang abadi di alam baka. Lahu al-fatihah.

Menurut hemat saya, bahwa pemikiran Cak Nur itu ibarat membentangkan benang jika ditarik maka akan sangat panjang. Menembus batas tradisi, dan tak pernah berakhir. Karena harus terus digaungkan dan dilanjutkan oleh "anak-anak ideologis" Cak Nur, atau kerap disebut Caknurian sebagai penerus perjuangannya. 

Pemikiran Cak Nur (lahir di Jombang Jawa Timur,  17 Maret 1939) ini mengikat dengan simpul yang sangat kuat dua pangkal benang itu dengan ikatan corak budaya keindonesiaan sebagai benang merah. 

Satu pangkal adalah khazanah pemikiran (keilmuan) Islam klasik, dan pada pangkal yang lain adalah khazanah pemikiran (keilmuan) Barat modern.

Pemikiran sang penarik gerbong (lokomotif) pembaruan Islam di  Indonesia ini--meminjam julukan majalah Tempo di tahun 1970-an untuk Cak Nur--memang tumbuh dan berkembang di saat-saat Indonesia tengah gegap gempita membangun, mengisi, dan memaknai kemerdekaannya. 

Jejak dedikasi dan kontribusi Cak Nur tetap relevan dan sangat signifikan dalam memengaruhi perjalanan kehidupan kemerdekaan Indonesia sebagai proses berbangsa dan bernegara sampai hari ini, dan masa depan Indonesia.

Formulasi yang sangat terkenal, atau bisa juga dibilang postulat, dari pemikiran pembaruan Islam Indonesia ala Cak Nur, adalah bertumpu pada bingkai besar dan proyek strategis pemikirannya yang bersifat kultural dan dinamis-progresif tentang "Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemodernan".

Perpaduan rujukan dua khazanah keilmuan (pemikiran), Islam klasik dan Barat modern yang mengantarkan Cak Nur sangat mumpuni dan diakui dalam mengelaborasi, memformulasikan dan mengatualisasikan pemikirannya dalam pembaruan Islam di Indonesia.

Pemikirannya tetap konsisten dan selalu beranjak dari sumber otentik nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan.

Formulasi yang selalu dirujuk oleh Cak Nur dalam mengembangkan pemikiran pembaruan Islam Indonesia  adalah prinsip dalam rangka "menjaga tradisi lama (klasik) yang dianggap baik dan maslahat, dan mersepons tradisi baru dan tidak lepas dari kekinian (kemodernan) yang lebih baik dan maslahat." (Al-muhafazatu 'ala al-qadim al-salih wa al-akhdu bi al-jadid al-aslah).

Pemikiran Cak Nur dalam pembaruan Islam di Indonesia itu lebih bercorak kepada Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan toleransi, tidak diskriminasi, nirkekerasan, inklusif, egalitarianisme, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya nusantara (keindonesiaan), berkemajuan dan merespons modernitas.

Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa apa yang dirintis Cak Nur itu identik dan relevan dengan corak Islam yang dikembangkan oleh dua ormas Islam besar Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dengan "Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan" itu.

Lebih sederhananya bisa diterjemahkan bahwa, Anda itu beragama Islam, Anda juga adalah orang Indonesia, dan Anda tidak bisa melepaskan diri dari konteks modernitas.

Ini sekadar pengantar dalam membaca pemikiran Cak Nur yang sering disalahpahami dalam konteks keislaman, dan keindonesiaan kita. 

Kesalahpahaman mereka terhadap Cak Nur, mudah-mudahan karena mereka belum mengenal Cak Nur, atau tidak membaca dan memahami secara baik pemikirannya. Atau bisa jadi belum mendapat hidayah Tuhan.

Dan kontribusi pemikiran Cak Nur sebagai tokoh bangsa dengan tidak menafikan tokoh-tokoh yang lain, sedikit banyak, bahkan sangat memengaruhi proses perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia kita sampai hari ini.

Sampai di sini, baik saya jeda dulu. Nanti kita lanjut lagi dalam membaca pemikiran salah satu tokoh bangsa yang tidak bisa dilepaskan dalam proses memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia, khususnya menuju Indonesia maju: Cak Nur. Wallahualam. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun