Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kecele, Dengar Lagu "Berjuang di Tengah Wabah" Budi Cilok Berasa Suara Iwan Fals

23 Juni 2020   00:14 Diperbarui: 23 Juni 2020   18:05 2118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya tak sengaja membaca cuitan Haidar Bagir--Presiden Direktur Penerbit Mizan, penulis, pendiri Sekolah Lazuardi Hayati, aktivis Islam Cinta, dan RAK (Random Act of Kindness)--di akun twitter-nya tentang video klip lagu berjudul "Berjuang di Tengah Wabah " yang ditengarai sebagai suara Iwan Fals.

Dalam cuitannya, ia mengajak warganet untuk perlunya mendengar lagu ini dengan telinga dan hati. Karena lagu berjudul "Berjuang di Tengah Wabah " ini memang sarat pesan dan makna dalam menyikapi wabah pandemi Covid-19.

Ada pesan sosial dan kemanusiaan. Pesan agar kita tidak boleh acuh, jaga jarak, jaga diri, dan tidak menyepelekan virus corona ini, karena nyawa taruhannya. Tetap berbagi, sebarkan kebaikan, berempati, dan memberi bantuan sosial dan kemanusiaan bagi korban efek domino wabah corona ini. Baik itu dari sisi kesehatan, psikologi, sosial, budaya, juga ekonomi.

Saya memang penasaran. Sontak saya buka video itu, dan dengarkan. Sekilas suara itu adalah suara khas Iwan Fals. Awalnya saya tak menaruh curiga. Saya pun percaya, dan menikmatinya, bahwa itu adalah lagu terbaru Iwan Fals. Bagus liriknya, dan saya suka. 

Tapi tiba-tiba, karena terus terang saya memang penggemar Iwan Fals, dan follower media sosialnya selama ini, saya dihinggapi rasa ragu.

Jadi saya hampir selalu up date tentang Iwan Fals. Dalam benak, saya bertanya, benarkah Iwan Fals merilis singel baru yang berkaitan dengan wabah pandemi covid-19?

Akhirnya, saya cari tahu tentang video itu di YouTube. Ketemu, ternyata itu bukan suara Iwan Fals. Tapi suara yang mirip persis suara Iwan Fals. Pelantunnya adalah Budi Cilok.

Setelah itu, saya reply cuitan akun dengan nama "Islam Cinta", milik Haidar Bagir yang dikelola bersama admin, dengan maksud, saya memberikan koreksi atas cuitannya. 

Gayung bersambut, segera respons tawadu' (rendah hati) Haidar Bagir menulis permohonan maaf, dengan tanpa mengurangi apresiasi terhadap pelantun asli lagu itu, Budi Cilok, yang memang mirip suaranya, dan genrenya dengan Iwan Fals, sekaligus sebagai koreksi atas kekeliruan cuitan awal.

Jujur saya pun tidak pernah tahu, dan kenal dengan penyanyi bernama Budi Cilok ini. Dari namanya saja, saya baru tahu. Siapa gerangan yang kalau sekilas mendengar suaranya akan terkecoh, dan kecele, karena serasa mendengar suara Iwan Fals. Saking miripnya.

Coba saja dengarkan. Kalau hanya mendengar suaranya, tanpa melihat orangnya, kita akan mengira, bahwa itu suara Iwan Fals. Padahal ternyata itu suara Budi Cilok, yang sering dijuluki oleh warganet sebagai Iwan Fals KW itu.


Budi Cilok adalah nama panggungnya. Nama aslinya adalah Budi Mulyono. Urang Bandung, ternyata. Kelahiran tanggal 28 Mei 1978. Di YouTube memang ia banyak melantunkan (meng-cover) lagu-lagu Iwan Fals yang populer dan melegenda itu, seperti Oemar Bakrie, IBU, Bento, Surat Buat Wakil Rakyat, dan yang lainnya.

Budi Cilok sendiri sebenarnya sudah merilis beberapa singel lagu, yaitu Nyandung (2013), Pasukan Semut (2016), dan yang terbaru, Berjuang di Tengah Wabah (2020), dan satu album bertajuk  Jejak Hujan Kemarin (2019), yang berisi 11 (sebelas) lagu.

Dari lagu-lagunya ini, Budi Cilok memiliki warna vocal, atau timbre yang mirip banget dengan suara khas Iwan Fals. Walaupun, ia sendiri merasa keberatan, menolak, dan bahkan sempat frustasi, karena sering disebut-sebut meniru Iwan Fals, dan dikait-kaitkan dengan nama besar Iwan Fals.

Ia sendiri mengakui sangat dipengaruhi dan terinspirasi oleh Iwan Fals. Sebenarnya ia tidak saja penggemar dan suka dengan Iwan Fals. Tapi Juga suka dengan Rhoma Irama, Slank, dan almarhum Gombloh. Ia juga tidak menafikan jika suaranya mirip Iwan Fals.

Baginya, suaranya yang nota bene mirip suara Iwan Fals itu adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Tapi ia tidak mau dibilang disama-samakan, dikait-kaitkan, dan mendompleng nama besar dan legenda Iwan Fals. Ia tetap ingin menjadi dirinya, dan berkarya sesuai warna vocal, keunikan, dan kekhasannya sendiri sebagai Budi Cilok yang berbeda dengan Iwan Fals.

Sementara Iwan Fals sendiri tidak keberatan dengan Budi Cilok yang dalam bernyanyi kerap diasosiasikan dengan dirinya (suaranya). Makanya, ia pun sudah memberi restu pada Budi Cilok untuk bebas berkarya dan bernyanyi. "Selamat bertemu di karya," ujarnya.

Budi Cilok sendiri pernah bertemu dan bicara dengan Iwan Fals. Bahkan pernah bernyanyi satu panggung duet dengan Iwan Fals melantunkan lagu Bento.

Dalam dunia hiburan (intertainment), kasus Budi Cilok yang suaranya mirip Iwan Fals, atau mungkin ada banyak orang yang juga mirip, atau sengaja meniru suara, atau kebetulan wajahnya mirip dengan beberapa tokoh dan publik pigur.

Biasanya juga tidak ada masalah bagi tokoh dan publik pigur yang bersangkutan. Apalagi dibarengi dengan minta izin, dan atau mengantongi restu sebelumnya dari tokoh dan publik pigur yang diasosiasikan, diperankan, atau sebagai role model di panggung hiburan.

Terlepas apa pun niatnya. Apakah itu sekadar demi kebebasan mengekspresikan diri, berkarya,  kemampuannya memerankan, dan mengasosiasikan dirinya dengan tokoh dan publik pigur, atau sekalian mendapat keuntungan popularitas, dan materi.

Itu tampaknya, sah-sah saja. Asal ada semacam simbiosis mutulisme, tidak saling merugikan, tidak melecehkan, tidak mencermarkan nama baik, dan syukur- syukur dapat restu dari tokoh dan publik pigur yang bersangkutan. Aman.

Memerankan karakter, atau memiliki kemampuan untuk meniru, dan mengasosiasikan dirinya dengan popularitas tokoh dan publik pigur itu juga, adalah hal yang tidak mudah, dan termasuk talenta, keterampilan, dan kelebihan tersendiri.

Karena tidak semua orang bisa melakukan itu. Jadi perlu juga diberi apresiasi. Itu adalah talenta, dan anugerah yang bisa jadi mendatangkan berkah. Tapi, adalah hal yang baik, untuk tetap menjadi diri sendiri. Sehingga tidak terperangkap hidup dalam bayangan. Be yourself. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun