Kerja seorang editor konten seperti itu, saya membayangkan, tidak main-main, perlu keterampilan, kecerdasan khusus, tidak saja kecerdasan intelektual, emosianal dan spiritual, tapi juga kemampuan lain, kayaknya perlu "indera keenam" (semacam indigokah begitu)?
Live Streaming optimasi konten di Kompasiana yang digelar sore tadi (Kamis, 09/04/2020), adalah kali pertama tutorial literasi dalam bentuk live streaming yang saya ikuti.Â
Berbinar mata saya, buka lebar telinga saya, dan jari saya agak repot, turun naik bermain di layar hape.
Karena tidak bisa langsung menulis komentar di kolom dekat layar live streaming. Harus turun dan turun lagi, mencari kolom komentar yang terletak agak di bawah.
Tutorial semacam ini secara virtual, hanya tidak live streaming (rekaman video) pernah juga saya ikuti di tempat lain yang hampir serupa dengan Kompasiana.
Artinya, apa yang disampaikan oleh Mbak Widha Karina itu sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Materinya hampir sama. Tidak jauh berbeda. Seperti itu dalam beberapa hal yang pernah saya dapat.
Yang membedakan dan menarik adalah fokus topik bahasannya, bagaimana optimasi konten biar menarik, dan syukur-syukur menjadi artikel utama (AU), tidak membosankan untuk dibaca, dan berdampak positif.
Konten yang memperhatikan orisinalitas, komperehensif, unik, otentik, menarik, tidak plagiat, tidak sekadar salin tempel, menyertakan gambar yang benar dan legal, memilih diksi, menulis huruf judul dan usahakan lebih menarik, bersih tipo, atau jangan buru-buru nafsu tayang kalau masih banyak tipo, dan sebisa mungkin lakukan penyuntingan sendiri.
Banyak tipo itu ibaratnya, jangan dibiasakan menambah pekerjaan dan merepotkan editor atau mediator konten untuk menyeka dan membersihkan sisa makanan yang masih blepotan dan menempel di mulut Anda.Â
Songong, kata orang Betawi. Tidak tahu adat. Tidak sopan itu. Perlakukan editor konten merasa senang, nyaman, terpesona, dan terpukau dengan konten yang Anda tayangkan.
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Selain itu, penyampaian Mbak Widha Karina yang lugas, padat berisi, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit. Subtansinya sampai ke sasaran, dan yang jelas "usaha sampai" (meminjam jargon aktivis HMI).