12 Desember 2019, jalan tol layang Jakarta - Cikampek (Japek) diresmikan oleh Presiden Jokowi. Akhirnya, selesai juga proyek pembangunan jalan tol layang ini. Berarti mulai hari ini dan hari-hari ke depan jalan tol layang Japek sudah boleh digunakan masyarakat.
Saya yang saban hari melewati jalan tol Jakarta - Cikampek, dan tinggal di Bekasi, kalau ditanya, bagaimana respons saya dengan selesainya pembangunan jalan tol layang Japek ini, senangkah saya atau justru sebaliknya?
Jawabnya, di satu sisi, tentu saja saya merasa senang dengan selesainya pembangunan jalan tol layang Japek ini. Karena dengan begitu berarti selesai juga sudah penderitaan saya selama ini yang secara langsung kena imbasnya, merasakan kemacetan luar biasa di jalur ini.
Senang karena ke depan berarti saya terbebas dari kemacetan di jalan tol yang saya lalui tiap hari selama ini. Atau paling tidak mengurangi kemacetan di jalur ini. Jelas-jelas konsekuensinya pasti volume kendaraan terbagi. Karena ada jalur alternatif dan akses jalan baru, yaitu jalan tol layang Japek.
Tapi, di sisi lain, saya terus terang kurang senang dan kesal juga kalau mengingat penderitaan dan kesengsaraan saya tiap hari dalam tiga tahun terakhir ini selama adanya proyek pembangunan jalan tol layang ini.
Berjam-jam saya menembus kemacetan di jalur pulang pergi dari rumah ke tempat kerja. Pergi kena macet, pulangnya juga kena macet. Padahal kalau lancar ditempuh paling banter memakan waktu cuma 30 menit.
Kawan-kawan saya sampai ada yang berseloroh, "Ente mah bener-bener tua di jalan ya!" Atau ada yang nyeletuk seperti ini, "Ente itu hidup dalam kegelapan. Berangkat (saat) gelap, pulang juga (sudah) gelap. Gelap-gelapan!"
Dan sekarang sudah selesai pembangunan jalan tol layang Japek. Tetapi sayang seribu sayang, tetap saja rasa-rasanya saya tidak akan pernah menikmatinya.Â
Karena jalan tol layang Japek ini ternyata digunakan bagi masyarakat yang khusus melakukan perjalanan jarak jauh.
Jalan tol layang ini melintas sepanjang Simpang Tol Cikunir sampai Karawang Timur - Cikampek atau sebaliknya.
Jalan tol layang Jakarta - Cikampek ini memang berbeda dengan jalan tol layang yang sudah ada lebih dulu, seperti jalan tol layang Wiyoto Wiyono yang menyediakan akses keluar masuk tol jarak dekat.Â
Lagi-lagi, sayang, jalan tol layang Japek ini hanya ada akses keluar masuk tol dari ujung ke ujung saja. Tidak dibangun askes keluar tol untuk Bekasi (daerah yang terletak sepanjang lintasan tol layang Jakarta - Cikampek ini). Misalnya, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Tambun, Cibitung, Cikarang Barat, dan seterusnya. Akses keluar masuk tol layang ini hanya ada di Simpang Tol Cikunir dan Karawang Timur atau Cikampek saja .
Jadi sudah nasib saya dan yang lainnya yang tinggal di Bekasi, cuma bisa menanggung sengsara dan menderita saat dibangun selama ini, dan tampaknya tidak pernah akan menikmatinya setelah jalan tol layang Jakarta - Cikampek ini selesai dan diresmikan.
Kecuali sengaja mau jalan-jalan mencoba jalan tol layang ini. Cuma kalau dipikir-pikir kayak nggak ada kerjaan saja. Nggak jelas, di samping, ngabis-ngabisin bensin saja, juga masa sampai segitunya. Walaupun informasinya jalan tol layang Japek masih digartiskan sampai akhir tahun ini.
Tetapi, suatu hari, tidak ada angin, tidak ada hujan, saya sontak ditelepon Pak Jokowi untuk menghadap Beliau di Istana Negara (tentu bukan untuk jadi menteri atau staf khususnya) untuk menerima sejumlah uang kerahiman, atau uang kompensasi atau apalah namanya.Â
Hitung-hitung untuk mengganti uang pijit punggung dan kaki saya selama ini. Selama pembangunan jalan tol layang Jakarta - Cikampek yang berimbas kemacetan yang luar biasa itu.
Maaf, itu hanya andai-andai yang kebawa mimpi dalam tidur saya. Entah apa yang merasuki pikiran saya sempat-sempatnya berkhayal sampai ke situ. Padahal, itu suatu hil yang mustahal.Â
Pegal punggung dan kaki selama ini gegara macet di sepanjang jalan tol Jakarta - Cikampek karena efek proyek pembanguan jalan tol layang Japek, tentu adalah risiko saya, ngapain mau dan siapa suruh tinggal di Bekasi.
Yang jelas, sekarang saya merasa tenang dan senang. Itu semua terbayar sudah. Karena hari-hari ke depan, saya akan menikmati kelancaran perjalanan pulang pergi dari rumah ke tempat kerja.
Anggap saja, ini adalah proses perjalanan "Sengsara membawa nikmat." Ibarat bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Bukan begitu, Pak Jokowi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H