"Saya tidak mau lagi dipanggil Ahok," katanya. "Panggil saya BTP," tambahnya.
Kepercayaan BTP pada garis tangan ini terlihat ketika ia memamerkan kesamaan (kemiripan) guratan garis tangannya dengan garis tangan istrinya, Puput Nastiti Devi.Â
Termasuk, akhirnya, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP jadi juga didapuk sebagai komisaris utama Pertamina.Â
Apakah ini karena garis tangan, atau memang berdasarkan prestasi BTP selama ini? Kalau dilanjut pertanyaannya, (maaf) apa sebenarnya prestasi BTP selama ini?Â
Mampukah ia menjadi komisaris utama Pertamina? Bukankah ada orang yang berkata, bahwa (maaf) prestasi BTP sekadar menciptakan kegaduhan, tidak lebih?
Yang jelas, pro-kontra dan teka teki BTP akan menjabat di salah satu BUMN terjawab sudah. Kegaduhan memang selalu mengiringi sosok yang kontroversial ini sejak awal kemunculannya di kancah politik Tanah Air.
Terutama sejak menjejakkan kakinya memimpin ibu kota. Sampai ia mendekam di penjara. Karena didakwa menista agama.
Masih menjadi tanda tanya sebenarnya, apa yang membuat publik keberatan terhadap BTP, baik itu sejak ia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, ataupun hendak diangkat sebagai pejabat di BUMN?
Apakah karena ras, suku, atau agamanya, seorang yang kontroversial dengan kebijakan-kebijakannya selama ini di DKI Jakarta, perkataannya yang kasar, karakternya yang tempramental, atau--kemarin-kemarin kaitan dengan rencana diangkatnya sebagai pejabat di BUMN--mantan narapidana dan politisi partai politik (PDI Perjuangan), atau berangkat sekadar dari ketidaksukaan saja?
Bukankah BTP selama menjabat Gubernur DKI Jakarta sudah jelas prestasi dan kinerjanya itu bagus, seperti yang dinyatakan Presiden Jokowi? Â