Saya kira, kita ini sekarang hidup dengan dunia imajinasi. dan imajinasi yang kita bawa ini tidaklah salah. kita tahu bahwa imajinasi adalah inti kerja dari otak kanan. otak kanan yang selalu berlawanan dengan jalan otak kiri.
saya merasa kita hidup kita di Indonesia semakin hari semakin tidak menentu. kita tahu bahwa di koran, TV, atau berita online ada banyak berita berisi bom bunuh diri, ada berita begal, tidak sedikit berita pencurian dan perampokan, banyak berita pembunuhan, dan berbagai ragam berita yang berkekuatan negatif.
ditengah situasi yang pelik dan memekik hati tersebut, saya selalu memikirkan "Soekarno", presiden pertama negara kita Indonesia tercinta yang berhasil mengguncang dunia dengan pidato dan kewibawaan yang ia bawa di kancah-mata masyarakat dunia. itulah sejarah yang takkan pernah kulupakan sejak menyantap bangku pendidikan sekolah dasar (SD). mungkin sejarah ini saya akan menjaganya lalu saya ceritakan kepada anak-anak dan murid-murid saya kelak.Â
namun saya juga berfikir sejenak. apakah saya mampu menghidupkan pak Soekarno yang sudah wafat sejak lama? ini adalah pemikiran gila akibat saya banyak berimajinasi. saya juga tersadar beberapa detik. tentu saja hayalan saya untuk menghidupkan pak Soekarno adalah hal yang tidak bisa saya lakukan. andaikan saya bisa, tentu hal itu mustahil semilyar persen.
saya tetap pada kekuatan imajinasi saya yang kuat dan ngotot ini. saya berkata pada diri saya sendiri yang sedang dilanda imajinasi tinggi. saya bergumam, "kalaupun saya sanggup menghidupkan pak Karno tentunya saya harus menimba ilmu dari nabi Isa yang berhasil menghidupkan orang yang telah mati". namun nabi Isa sudah tidak ada di bumi. beliau telah diangkat Allah menuju langit. dan menurut keterangan dari orang-orang yang berilmu makrifat, nabi Isa berada di langit tingkat kedua masih dibiarkan hidup sampai hari kiamat untuk melawan Dajjal.
lagi-lagi itu tidak mungkin. karena sekarang saya hidup dan berada di Bumi Indonesia. dan menimba ilmu dari nabi Isa yang ada di langit tentunya membutuhkan banyak biaya untuk pergi kesana. dan kalaupun saya punya biaya, rasanya saya tidak bisa naik ke langit langsung. karena di langit ada malaikat yang menjaga pintu langit.Â
ibarat pergi traveling ke luar negeri, saya harus punya paspor dan visa. itupun pengurusan paspor dan visa juga sangat memakan waktu. jika dihitung dari pengalaman saya buat paspor, membutuhkan waktu satu minggu. dan saya bersyukur sudah punya paspor jadi saya hanya butuh visa dari langit.Â
berhubung visa dari langit itu bahasanya berbeda dengan visa buatan manusia yang ada di Bumi Indonesia, saya rasa itu juga sulit. katanya dari para orang yang sudah pernah buat visa, visa itu tergantung kita mau kemana dengan tujuan apa. tujuan buat visa adalah dengan kerja atau studi. jika dipikir-pikir saya buat visa untuk studi di langit. dan saya berharap di langit juga ada beasiswa, namun ini semua lagi-lagi hanyalah hayalan belaka alias mustahil terjadi.
oke, kembali ke judul membangkitkan Bung Karno. imajinasi saya masih hidup. dan saya yakin dengan perasaan radak(lumayan) gila bahwa saya sudah menghidupan bung Karno dengan imajinasi saya. tapi seusai saya menghidupkan Bung Karno saya mendapati beliau telah lesu. karena umur beliau sudah tidak muda lagi. dia sudah tak punya kekuatan lagi seperti dulu yang semangatnya terus bergemuruh dan bergelora membara. Â beliau menatap saya dengan bijaksana dan berkata:
"nak, mengapa kamu memanggil-menghidupkan saya kembali ke dunia? bukankah negara kita Indonesia sudah punya presiden penggantiku? bukankah saya juga pernah menyatakan bahwa perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. namun perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".Â
darr, darr, darr. petir menyambar imajinasiku. Bung Karno hilang. beliau lenyap dari imajinasiku.
saya tersadar atas kepergian Beliau, pak Karno. Bung Karno pun bisa menjadi lemah hanya karena melawan bangsanya sendiri. Â
dan akhirnya usaha saya menghidupkan beliau ke Bumi Indonesia gagal total. tapi setidaknya dengan imajinasi saya bisa berkomunikasi dengan menebar inspirasi.
salam
Abdullah Muis
Pemuda Penyejuk Bangsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H