Saat perempuan ngidam memang sangat aneh-aneh, ada-ada saja permintaanya mulai dari yang paling ringan hingga kepada yang berat sekalipun. Ngidam anak pertama tak masalah, walau agak berat tetapi masuk akal dan bisa dipenuhi. Tetapi ngidam anak yang kedua nyaris sama mulai dari rujak sampai kepada diantarin naik benhur yang ditarik kuda keliling kampung. Tetapi satu lagi permintaan yang tidak masuk akal dan membuat hati ini agak sedikit kesal. Bayangkan istriku pengen makan bulan yang ada diujung langit. Tentu saja permintaan itu sesuatu yang tak masuk akal sama sekali dan bagaimana mungkin nulan yang ada dilangit harus dipetik kemudian dipersembahkan untuk dimakan. Tetapi aku coba menyiasatinya dengan caraku sendiri. Waktu itu bulan purnama cahayanya memancar menerangi bumi. Kuajak dia keluar rumah dan mencari area bebas dengan pandangan tanpa hambatan menuju bulan, kita duduk disitu sambil bercerita betapa indahnya dunia ini. Bercerita seperti itu selera pengen makan bulan semakin menggebu, akhirnya kurebahkan tubuhnya dirumput seraya muka mendongak kelangit. Ternyata usaha itu berhasil tanpa disadari dia melahap bulan dan mengunyahnya hingga puas, saya pun tidak lagi dituntu untuk menghadirkan bulan dipangkuanya untuk dimakan. Setelah puas dia minta pulang dan berhasil memakan bulan sampai kenyang....he he he. Giliran melahirkan anaku berjenis kelamin perempuan dan mukanya bulat mirip bulan, juga lumayan putihnya, sayangnya aku tidak menamakanya dengan 'Sri Bulan Purnamawati' untuk menjadi kenang-kenangan. Kini usainya sudah SMP kelas 3 dan berharap bisa seperti bulan selalu menyinari bumi dimalam hari. [caption id="attachment_290845" align="alignnone" width="500" caption="Anaku saat dalam kandungan merindukan bulan"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H