Pontianak, Jum'at 12 Desember 2024. Di tengah gegap gempita teknologi, dan arus globalisasi, pemuda masa kini menghadapi tantangan yang jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Di satu sisi, kemajuan teknologi membawa berbagai kemudahan dalam hidup, tetapi di sisi lain, teknologi juga menjadi senjata dua mata yang bisa menghancurkan jati diri seseorang. Media sosial, berita palsu, hingga budaya populer menjadi alat yang tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga menyusupkan nilai-nilai yang merusak moral. Pemuda menjadi sasaran empuk dari berbagai ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan kita melalui sabdanya,
"Akan datang di akhir zaman berbagai fitnah bagaikan potongan malam yang gelap gulita"
 (HR. Abu Dawud).
Dalam konteks zaman sekarang, fitnah itu bisa muncul dalam bentuk berita hoaks, pola pikir ekstrem, hingga standar hidup yang jauh dari nilai kebaikan. Keberagaman informasi yang tidak terkendali dapat menyesatkan pemuda yang tidak memiliki pegangan yang kokoh. Inilah mengapa penting bagi kita untuk memiliki sikap selektif terhadap informasi yang diterima, dan terus memperkuat iman kita.
Namun, di balik tantangan tersebut, pemuda adalah harapan masa depan. Dunia menunggu peran aktif generasi ini untuk menjadi penggerak perubahan. Di tengah banyaknya fitnah yang menyerang, akan selalu ada pemuda yang berdiri teguh menjaga prinsip, dan nilai-nilai kebenaran. Ketangguhan pemuda terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi, mengolah informasi dengan bijak, dan tetap mempertahankan akidah yang benar.
Pemuda: Pilar Peradaban Sejak Dulu
Islam tidak hanya memandang pemuda sebagai masa depan yang harus dipersiapkan, tetapi juga sebagai pilar peradaban yang harus diberdayakan. Sejak zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, pemuda telah membuktikan bahwa mereka memiliki potensi besar dalam membangun, dan mempertahankan peradaban. Kisah-kisah inspiratif dari sejarah Islam menunjukkan bahwa kekuatan mereka terletak pada keberanian, keimanan, dan tekad kuat.
Misalnya, Nabi Ibrahim alaihi salam, yang sejak remaja sudah berani melawan sistem kezaliman, dan menyatakan penolakan terhadap berhala-berhala. Keberaniannya menghancurkan berhala adalah sebuah manifestasi dari iman yang tak tergoyahkan, meskipun harus berhadapan dengan ancaman kematian. Keberanian ini menunjukkan bahwa pemuda, meski masih muda, mampu memiliki pandangan jauh ke depan dan tidak takut untuk bertindak demi kebenaran.
Kemudian, ada kisah Ashabul Kahfi, sekumpulan pemuda yang memilih untuk bersembunyi di gua demi mempertahankan iman mereka dari ancaman tirani yang ingin memaksakan penyembahan kepada selain Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an,
"Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk"