Mohon tunggu...
Muhtolib
Muhtolib Mohon Tunggu... Freelancer - Seneng ngopi sambil bermacapat

Berbagi yukk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sosok Pelajar Pancasila; Siapa dan Bagaimana?

4 Juni 2022   07:58 Diperbarui: 4 Juni 2022   08:18 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah pelajar pancasila menjadi tidak asing lagi saat Kemendikbud RI launching kurikulum Merdeka Belajar. Pelajar Pancasila solusi dalam pembentukan generasi penerus bangsa, terutama dalam menyiapkan Indonesia emas 2045. Siapa itu sosok pelajar pancasila? Bagaimana wajahnya? Ataukah seorang  yang gagah perkasa  atau cantik dan penuh kelembutan?

Konsep tentang sosok pelajar Indonesia yang ideal, mampu membumikan semua falsafah pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Tak hanya di kalangan siswa, para guru pun masih bertanya "apakah telah ada dan hadir di sekolah, sosok pelajar Pancasila di tengah-tengah kita?" jawabannya, saya kembalikan menurut kita masing-masing.

Pelajar Pancasila, manusia Pancasila, ataupun duta Pancasila. Ketiga konsep ini sebenarnya tidaklah terlalu jauh. Konsep manusia Pancasila sebagai manusia ideal bangsa Indonesia telah lama dibahas oleh para ahli, akademisi, maupun praktisi. Dalam buku Manusia Indonesia, karya Mochtar Lubis, mendefinisikan manusia Indonesia yang ideal adalah manusia Pancasila. 

Manusia yang menghayati dan membuat dasar serta pedoman hidupnya dasar tingkah laku dan budi pekertinya berdasar pada lima sila pancasila; Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan Indonesia, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Manusia Pancasila dijadikan rujukan sebagai manusia yang paling ideal dari segala agama/keyakinan, suku/ras, dan cita-cita emansipasi manusia oleh berbagai ideologi.

Lalu bagaimana dengan pelajar Pancasila? Bila mengacu pada sejumlah ciri dan sifat manusia atau dalam dunia psikologi lebih dikenal dengan istilah "profil". Profil Pelajar Pancasila adalah pegangan bagi para guru dalam membangun karakter siswa di sekolah. Sosok pelajar Pancasila tentu tidak dicari atau ditemukan, melainkan dibentuk. 

Ada proses di dalamnya, kurikulum, dan terutama adalah aktor perubahan. Dalam konsep kurikulum Merdeka Belajar, aktor perubahan yang dimaksud adalah guru penggerak.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter berdasar nilai-nilai pancasila. Konsep ini tidak berbeda jauh dengan manusia Pancasila yang diungkapkan Mochtar Lubis. 

Dalam profil pelajar Pancasila setidaknya ada 6 (enam) dimensi yang membentuknya, semua dimensi merupakan satu kesatuan dan bukan bagian yang terpisah satu sama lain. Enam dimensi itu diantarnya adalah 1) Beriman, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebhinekaan global; 5) Bernalar kritis, dan; 6) Kreatif.

Dimensi pertama, Beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia lebih menitikberatkan pada akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap alam, dan akhlak terhadap Negara. Kedua, Mandiri. Konsep ini lebih menekankan pada pemahaman situasi diri siswa dan regulasi diri. Ketiga, Bergotong-royong menuntut siswa untuk peduli dan mampu berkolaborasi. 

Keempat, Berkebhinekaan global memfokuskan pada siswa untuk mengenal dan menghargai budaya, melakukan komunikasi dan interaksi antar budaya, refleksi dan tanggungjawab terhadap pengalaman kebhinekaan, dan berkeadilan social. 

Kelima, Bernalar kritis lebih mengupayakan siswa untuk memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisa dan mengevaluasi penalaran, merefleksi dan mengevaluasi pemikiran sendiri. Terakhir, keenam, kreatif. Dalam dimensi ini siswa harus mampu menghasilkan gagasan yang orisinal, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal, dan memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

Bagi para guru tentu harus mengenali dan menjalankan profil pelajar Pancasila ini terlebih dahulu. Kita harus mengejawantahkan enam dimensi tersebut dalam kesehariannya. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk meniru sikap dan perilaku gurunya. Disinilah pentingnya sentuhan guru pada siswa. Ada kekhasan tersendiri. Siswa cenderung mudah diarahkan oleh guru. Penanaman nilai dan karakter akan terus tumbuh dengan sentuhan dari guru.

Dan yang terdalam, adalah krisis moral dan budaya, tergerusnya karakter karena arus media dan teknologi sudah sedemikian rawan. Semua seruan budaya hanya menjadi slogan-slogan kosong. Marilah kita mulai berinovasi, berimprovisasi untuk belajar secara bebas, mandiri, dan kreatif. Sebuah konsep pendidikan yang memanusiakan manusia guna terbentuknya profil dan terwujudnya sosok pelajar Pancasila.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun