Biasanya dimulai dari surat ad-Dhuha-sampai an-Nas dan diakhiri membaca do'a khotmil Qur'an, kemudian dilanjutkan acara tahlil, pembacaan maulid al-Barjanji dan Mau'idhah hasanah (pengajian Kyai, Ust, Habib).
Bagi kalangan anak-Anak yang bisa mengkhatamkan al-Qur'an dengan tradisi arak-arakan, menjadi suatu momen yang besar. Sehingga menjadi kebanggan bagi mereka yang bisa menyelesaikan mengaji al-Qur'an 30 juz, dan akan memberikan motivasi atau dorongan bagi anak-anak yang lain yang belum selesai mengaji al-Qur'an. Bagi Keluarga juga merupakan momen yang penting, sebagai ajang silaturahim dengan mengadakan pesta syukuran, seperti halnya pesta perkawinan, mengundang makan saudara, kerabat dan tetangga sekitar.
Ada beberapa nilai yang terkadung dalam tradisi arak-arakan khataman al-Qur'an: Pertama, nilai Sosial, yakni kebersamaan yang dipengaruhi oleh rasa kekeluargaan dengan kebersamaan menyiapkan tempat, sarana prasarana dan lainnya; Â kedua, bagian dari dakwah Islam (religi), agar anak-anak senantiasa membaca Al-Qur'an sebagai pedoman kitab suci umat Islam;
Ketiga, Nilai Pendidikan, menanamkan pendidikan untuk saling menghargai, anak yang sudah berprestasi, menghargai  guru ngaji/ Kyai, Ustadz yang sudah berjasa terhadap pendidikan Agama Islam. Keempat, Nilai budaya, yakni setiap arak-arakan Khataman al-Qur'an, masyarakat akan bergembira menunggu datangnya arak-arakan melewati jalan kampung, dengan sabar hati sambil bercengkrama menyaksikan arak-arakan dan juga dengan senang hati minta gagar mayang yang dipayungi keanak yang khatam al-Qur'an dengan harapan mendapat keberkahan bisa juga mengakhatamkan al-Qur'an 30 juz. Wallahu a'lam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H